Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

RIP Luther Kombong dan Kisah Taylor Lokal

Posted on Sabtu, 10 Juni 2017 Tidak ada komentar

Sabtu, 10 Juni 2017


Saat saya mendapat kabar meninggalnya pak Luther Kombong, salah satu anggota DPR dari fraksi Gerindra, dapil Kaltim-- saya sedih sekali.

Walau tidak kenal secara pribadi, nama beliau pernah dengan sengaja ku googling. Dari cara berpakaian beliau, saya tahu benar beliau sosok yg nasionalis.
Kalau ada yang bertanya, "kenapa bisa begitu?"

Ya, setelan jas dan blazernya memakai motif yang tidak lazim. Saya yakin betul itu bukan beli jadi di toko ala-ala kapitalis, tetapi dijahit di taylor. Bahan nya pasti ngubek2 mencari kain meteran yang modelnya sesuai hatinya. 

Banyak persepsi yang salah mengenai jas dan blazer ini. Kesannya tidak merakyat. Coba deh sesekali main ke buyung-buyung atau Aa-aa Taylor.

Bakal banyak yg terkejut kalau setelan jas komplit dengan bahan lokal buatan cimahi/solo harganya sama atau bahkan lebih murah drpd baju jadi yang branded.

Bahkan kalau mau kita perhatikan, penjahit-penjahit jas ini rata2 sudah tua. Kadang kala saya khawatir generasi penerusnya tidak ada lagi karena anak sekarang lebih suka baju batik jadi atau jeans pabrikan bermerk.

Bahkan sempat saya sempat berkaca-kaca ketika sowan ke buyung-buyung, penjahit minang langganan saya yang berulang kali mengucapkan banyak terima kasih masih mau menjahit jas/blazer aneka warna. 

Masih mau keluarkan ongkos jasa jahit yang memang lebih tinggi daripada harga bahan lokalnya.

Beliau bilang, "kalau gak ada anak muda seperti kamu. Kami-kami ini pasti sudah jadi tukang permak levis keliling..."

Selamat jalan pak Kombong, tetap jaya taylor lokal Indonesia.

Hazmi Srondol

Deklarasi Nahdatul Ulama tentang HUBUNGAN PANCASILA dan ISLAM Tahun 1983

Posted on Sabtu, 03 Juni 2017 Tidak ada komentar

Sabtu, 03 Juni 2017



DEKLARASI NAHDATUL ULAMA TENTANG HUBUNGAN PANCASILA DAN ISLAM TH.1983

Mendadak saya teringat saat masa-masa penataran dan lomba cerdas cermat P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Saat itu, beberapa hal mengenai Pancasila-- baik dari konsep dan rumusan awal, design gambar, fungsi dan kedudukan, serta pengesahannya format akhir seperti menjadi makanan pokok yang harus dihapal, dipahami serta dituntut untuk mampu mengamalkannya.

Namun untuk kali ini, saya sedang tidak membahas mengenai perjanjian luhur pendiri bangsa ini beserta penjabarannya.


Saya lebih tertarik untuk menyimak hal yang sempat terlewatkan, yaitu tentang hubungan Pancasila dan Islam berdasarkan hasil musyawarah nasional alim dan ulama dari Nahdatul Ulama yang diselenggarakan di Situbondo, Jawa Timur tahun 1983.

Padahal lembar deklarasi ini sangat penting. Isi dan esensinya seharusnya sudah menjadi pandangan yang final. Tidak perlu ada perdebatan mengenai Pancasila dan Islam lagi.



Lembar yang saya terima dari sahabat via grup WA masih berupa tulisan berbahasa Indonesia dengan huruf Arab Pegon. Untuk mempermudah membacanya, berikut saya ketik ulang hasil konversi dalam huruf latinnya:

BISMILLAHHIRAHMAN NIRRAHIM

PANCASILA

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawarahan/Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

DEKLARASI

Tentang hubungan Pancasila dan Islam
1. Pancasila sebagai dasar dan falsafah Negara Republik Indonesia bukanlah agama, tidak dapat dipergunakan untuk menggantikan kedudukan agama.
2. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, sebagai dasar Negara Republik Indonesia menurut pasal 29 ayat (1) Undang-undang Dasar 1945yang menjiwai sila-sila yang lain mencerminkan tauhid menurut keimanan dalam Islam.
3. Bagi Nahdatul Ulama, aqil dan syari'ah, meliputi aspek hubungan manusia dengan Allah dan hubungan antara manusia.
4. Penerimaan dan pengamalan Pancasila merupakan perwujudan dari upaya umat Islam Indonesia untuk menjalankan syari'at agamanya.
5. Sebagai konsekuensi dari sikap di atas, Nahdatul Ulama berkewajiban mengamankan pengertian yang benar tentang Pancasila dan pengamalannya yang murni dan konsekuen oleh semua pihak.

Situbondo, 12 Rabiul Awal 1404 H
       21 Desember 1983 M

Musyawarah Nasional Alim Ulama Nahdatul Ulama

***

Salam Indonesia Raya,
Hazmi Srondol
Don't Miss