Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Anak Kodhok Jenenge...?

Posted on Senin, 23 Februari 2015 Tidak ada komentar

Senin, 23 Februari 2015



Waktu masih sekolah SD dulu, kurikulum yang saya dapatkan ada yang namanya “bahasa daerah”. Mungkin jika dihubungkan dengan zaman sekarang, masuk dalam mata pelajaran muatan lokal.

Nah, pelajaran bahasa daerah inilah yang dulu paling saya sukai. Tentu saja karena bahasa ibu yang tidak bakal keselip hurup “I” menjadi “E” seperti saat menyebut kata “Indonesia” yang sering terdengar seperti “endonesya”.

Selain itu, dalam bahasa daerah—khususnya Jawa, ada sejenis pelajaran yang selalu membuat kami riang gembira. Bab itu adalah ketika sedang belajar menyebut nama-nama hewan.

Ya, mungkin seperti daerah lainnnya, tiap hewan punya nama lain khusunya anaknya. Waktu itu kami suka sekali menyebut nama-mana ini sambil berteriak lantang dan tertawa-tawa. Apalagi kadangkala nama anak hewan tersebut terdengar lucu ditelinga kami. Makin keras saat menyebut nama anak 'luthung' (sejenis monyet) yang bernama 'kowe' atau bisa berarti lain ; elu, kamu atau anda. hahaha...!

Nah, contohnya yang lain adalah sebagai berikut:

JENENGE ANAK KEWAN (Nama anak hewan):

anak (semut) angrang  jenenge : kroto anak asu (anjing) jenenge : kirik anak ayam (pitik) jenenge : kuthuk anak babi jenenge : gembluk anak (ikan) bandeng jenenge : nener anak baya (buaya) jenenge : rete anak bebek jenenge : meri anak bulus jenenge : ketul anak cacing jenenge : lur anak cecak jenenge : sawiyah anak celeng jenenge : genjik anak coro jenenge : mendhet anak (burung) dara jenenge : piyik anak emprit jenenge : indhil anak gagak jenenge : engkak anak gajah jenenge : bledug anak jangkrik jenenge : gendholo anak jaran jenenge : belo anak kadhal jenenge : tobil anak kebo jenenge : gudel anak kidang jenenge : kompreng anak kethek jenenge : munyuk/kenyung anak kura jenenge : laos anak laler jenenge : set/singgat anak lawa jenenge : kampret anak lele jenenge : jabrisan anak lintah jenenge : pacet anak macan jenenge : gogor anak manuk jenenge : piyik anak menjangan jenenge : kompreng anak menthok jenenge : minthi anak merak jenenge : uncung anak sapi jenenge : pedhet anak singa jenenge : dibal anak tikus jenenge : cindhil anak tumo jenenge : kor anak ula jenenge : kisi/ucet anak wedhus jenenge : cempe anak welut jenenge : udhet anak yuyu jenenge : beyes

Kurang lebih seperti itu dan masih banyak lagi nama-nama anak hewan dalam bahasa Jawa.

Nah, sekarang ada sedikit kuis untuk rekan-rekan semua untuk pelajaran bahasa daerah kali ini. Pertanyaannya adalah:

Anak kodhok jenenge ....?

Bagi yang menjawab 'kecebong', mohon maaf jawaban anda salah.

Yang bener adalah 'precil'. Karena kecebong adalah anak katak--yang termuat dalam mata pelajaran lain zaman dulu yaitu IPA Biologi.

====

follow: @hazmiSRONDOL

Pesan Prabowo Soal Kapolri: "Jokowi, Jadilah Pendekar!"

Posted on Kamis, 19 Februari 2015 Tidak ada komentar

Kamis, 19 Februari 2015

Usai ulang tahun Partai Gerindra ke-7 beberapa minggu yang lalu, saya duduk di karpet gedung/tenda serbaguna yang dipakai untuk sholat Jumat berjamaah sekaligus tumpengan sederhana sebagai puncak acara Milad Partai.

“Mas Ndol, kayaknya kita ganti nama bapak (Prabowo) jadi Sunan, Resi, Bikshu atau apa, kek!” kata salah seorang staff terdekat Prabowo dengan bersungut-sungut dan sesekali memperbaiki posisi peci hitam yang dipakainya.

“Lha emang kenapa, mas?” tanyaku keheranan.

“Pokoknya gubrak banget deh, mas. Mosok sudah jelas-jelas bapak yang dipanggil ke Istana Bogor. E, pas keluar Istana malah bilang datang atas permintaan sendiri selaku ketua Pencak Silat sambil ngasih gelar pendekar pulak!” Katanya lagi dengan wajah penuh dongkol.

“Terus?”

“Kurang dikerjain apa bapak pada Jokowi? Kok sekarang malah diminta memastikan Jokowi menyelesaikan jabatannya. Udahlah, aku nggak ‘nyampek’ ama pola pikir bapak sekarang. Udah langitan. Nggak mudeng-nggak mudeng!” Katanya lagi.

Ya, saya dan kader-kader muda partai lainnya sebenarnya sama. Sama-sama masih masih terbengong-bengong dengan beberapa instruksi Prabowo agar tidak usah memikirkan atau membahas soal impeachment atau istilah sejenis pendongkelan jabatan Jokowi.

Padahal kami tahu betul pengorbanan Prabowo untuk semua ini. Dari biaya, waktu hingga perasaan. Kadang masih terlintas soal perjanjian batu tulis, kibaran bendera Gerindra di KPUD saat pendaftaran Jokowi sebagai Cagub DKI hingga ucapan "copras-capres” atau “ramikir-ramikir” Jokowi saat detik-detik jelang pencapresannya.

Lalu setelah ‘sebegitunya’, masih juga Prabowo pasang badan untuk Jokowi sebagai Presiden. Khususnya soal hak preogratifnya memilih Kapolri.

Sabdo Pandhito Ratu, mas” kata salah satu staff pribadi lain pak Prabowo hari yang lalu menjawab pertanyaanku perihat sikap Prabowo sekarang. Tetap atau berubahkah perihal pasang badan untuk Jokowi ini?

Tan keno mencla-mencle...!. Walau kita sama-sama sakit, sikap bapak nggak berubah. Yang disampaikan di Istana Bogor perihal Kapolri juga tidak berubah. Apa pun keputusan Jokowi soal Kapolri, Prabowo dan KMP mendukung!” Jelasnya lagi.

Aku hanya terdiam, mendadak sedikit ada gatal-gatal dikepala yang ingin kugaruk-garuk tetapi aku tahan. Banyak sekali sekelebatan pikiran ini hilir mudik didalam kepala.

Aku fikir, dengan berjalannya waktu. Apalagi usai sejenak kutinggalkan rimba beton Jakarta untuk mengunjungi pegunungan Jayawijaya di Papua—ada perubahan sikap dan kebijakan Prabowo. Setidaknya ada kelonggaran buat kami-kami yang masih muda ini untuk memuaskan diri menyindir Jokowi atas ketidakmampuannya menghadapi pusaran arus deras dan dalam di lingkungan politiknya sendiri.

Kadangkala sempat pula ingin aku tertawa terbahak-bahak saat awal Januari 2015 kudengar kabar Jokowi mulai merasa sendiri dan terasing dilingkungannya. Serasa ada bisikan setan yang mendorongku mengatakan “emang enak masuk program akselerasi?”

Astagfirullah, niat ucapan itu segera kucabut.

Mendadak teringat kata Prabowo agar mengubur dalam-dalam ego pribadi dan mengangkat tinggi kepentingan bangsa dan negara. “Kita belum utuh menjadi seorang manusia, sebelum kita menjadi bagian dari perjuangan yang lebih besar dari diri kita sendiri…!”. Kurang lebih itu yang pernah disampaikannya saat makan malam di kediaman pribadinya di Bukit Hambalang.

Dan kini, situasi bangsa dan negara dalam titik yang kritis. Persoalan Kapolri baru pasca berhentinya Kapolri terdahulu (pak Sutarman) masih terus mengambang. Rakyat menunggu. Rakyat galau. Rakyat butuh kepastian.

Calon tunggal Kapolri yang diajukan Jokowi juga masih belum jelas pengangkatannya. Bahkan tampak masih ‘mbulet’ walau sudah dibentuk tim ini dan itu.

Kalau memang BG harus dilantik, lantiklah! Prabowo dan KMP mendukung. Jangan biarkan intitusi Kepolisian, salah satu alat negara seperti ayam kehilangan induk. Kejelasan hirarki komando berantakan dan aparatnya kleleran.

Bahkan jika akhirnya dibatalkan—Prabowo dan KMP mendukung!

Segera lantik calon Kapolri yang baru. Tidak perlu khawatir dengan kabar burung yang beredar di social media yang mengatakan jika BG akan membongkar kecurangan Pilpres 2014 jika pelantikannya batal. Kalau pun akan dibongkar sekali pun, memangnya Prabowo akan mengungkit-ungit dan nggrenjengi untuk memundurkan waktu? Tidak!

Prabowo tidak serendah itu.

Saya jadi sepakat dengan kata kawan sebelumya jika Prabowo sudah beda ‘maqom’ nya. Sudah kelas langitan. Ciri-cirinya sangat mudah dikenali. Salah satunya adalah dari statemenya yang pendek ala bait hikmah para sufi dan terdapat pesan dalam bahasa sanepan atau sanepo/kiasan.

Pemberian gelar “pendekar” pencak silat saat di Istana Bogor misalnya. Artinya tentu bukan “pendek tapi kekar” tapi isyarat bahwa Prabowo meminta Jokowi agar menjadi ksatria pilih tanding. Kuat dan berani menjaga idealisme dan wibawa jabatan kepresidenan.

Ya, suka tidak suka—boleh dipanggil tim survey saat Pilres sebelumnya untuk mengukut tingkat kelelahan rakyat dengan kondisi ini. Rasanya tak elok jika terus diulur-ulur. Imbas ketidakpastiannya merembet kemana-mana. Jangan sampai nanti rakyat kesal, mereka melempari mobil kepresidenan dengan telur busuk.

Ya, kalau ributnya hanya internal satu bangsa. Bagaimana jika dalam kondisi ini masuk pihak asing yang mengakibatkan kerugian dan kekacauan yang diluar bayangan kita?.

Contohnya tentu statement Tony Abott-- PM Australia, di media ia mengancam akan mengambil respon diplomatik yang cukup keras. Mendompleng kasus eksekusi bandar narkoba.

Apa kita tidak lupa ancaman serupa saat sebelum lepasnya Timor-timur tahun 2000-an?

Siapa nanti yang repot coba? Jokowi, Prabowo atau kita semua sebagai rakyat Indonesia?

Jadi Jokowi, jangan ragu-ragu soal Kapolri baru. Jikalau pun ada apa-apa. Istana Bogor ke Bukit Hambalang tidak jauh tempatnya. Saya rasa Prabowo akan sangat terbuka mendapat tamu seorang Presiden. Sekali-kali coba racikan kopi Prabowo yang terkenal sedapnya. Boleh cek ke semua anak buahnya selama beliau masih aktif di Kopassus.

Kalau masih juga ragu-ragu dengan ketulusan Prabowo, silahkan cek juga wajah Prabowo dan para “ojek payung” pribadinya. Ceria dan tanpa dendam. Walau sambil hujan-hujanan.

Sekian, selamat siang dan tetap MERDEKA!

====

Note:

Sabda panditha Ratu: Ucapan pemimpin adalah titah/perintah. Tan keno mencla-mencle : ucapan pemimpin harus konsisten, tidak boleh berubah-uba

Pesan Prabowo untuk Legislator Gerindra di Gd. DPR-RI

Posted on Kamis, 05 Februari 2015 Tidak ada komentar

Kamis, 05 Februari 2015



Saudara-saudara,

Besok Jumat, tanggal 6 Februari 2015—Partai Gerindra tepat berusia 7 tahun. Pak Prabowo sendiri dengan tegas menyatakan bahwa kader dan anggota legislatif Gerindra adalah para “PEJUANG POLITIK”, bukan sekedar “poli-tikus” yang suka mengkrikiti harta rakyat, apalagi “poli-kodok” yang selalu menginjak rakyat dibawahnya untuk bisa naik keatas.

Perintah yang dengan nada serupa tertulis jelas di Gedung DPR-RI, ruang Nusantara 2 sebagai berikut:

“Jika masih ada, anggota legislatif Partai Gerindra yang masih ragu-ragu dengan garis perjuangan Partai Gerindra untuk rakyat,
Silahkan PULANG sekarang juga !”

“… JIka ada… Anggota Legislatif yang tidak setia dan mengkhianati rakyat Indonesia, maka Partai Gerindra tidak akan ragu-ragu untuk MEMECATnya…”

Jadi saudara-saudara,

Jika saudara melihat kader atau anggota legislatif Partai Gerindra baik tingkat pusat atau daerah yang tidak bergerak dan berkerja bahkan mengkhianati rakyat Indonesia,

Apalagi ditambah kelakuannya yang “kemlinthi” bahkan kebanyakan “petengsang petingsing”, mari kita laporkan bersama-sama agar disuruh pulang atau bila kebangetan sekalian dipecat saja.

Demikian, DIRGAHAYU PARTAI GERINDRA !
Don't Miss