Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Pilkada DKI vs Kabupaten Bekasi 2017

Posted on Senin, 26 September 2016 Tidak ada komentar

Senin, 26 September 2016



Tolong jangan terlalu baper. Memang kalau dilihat dari query pencari di Google, hanya 2 lokasi Pilkada 2017 yang terlihat rame dibicarakan. Kalau gak DKI Jakarta dengan pasangan trio pasangan heboh, ya satunya di KABEK (Kabupaten Bekasi) lewat sosok Ahmad Dhani-nya.
Harap maklun kedua daerah ini besar sekali perputaran ekonominya, dimana:
DKI terdapat 22T pajak dan 34T PAD dengan APBD tahun 2016 67T, 
KABEK terdapat 75T pajak jika dihitung dari setoran dari kawasan Industri saja, dan sekitar 100T++ jika pajak tambah migas Kabek dihitung juga. Sedangkan PAD Kabek sekitar 1,3 T dengan APBD 5,3T. 
Agak pincang memang. Namun disinilah serunya Pilkada kedua wilayah ini. Yang satu (DKI) adalah merupakan wujud citra politik negara Indonesia sedangkan yang satu sedang dalam pengolahan menuju revolusi Re-Branding Kabek yang dipelopori oleh Ahmad Dhani dan pasangannya H Sa'duddin.
Selamat menikmati,
[ Hazmi Srondol ]

note: T disini adalah satuan dari Trilyun Rupiah. banyak tho?

Pilih Anies Baswedan, Terbuat dari Apakah Hati Prabowo?

Posted on Minggu, 25 September 2016 Tidak ada komentar

Minggu, 25 September 2016

"Kalo sandi jd wakil kecewa gak?"
DEG!
Jantungku terasa mau copot saat mendapat pertanyaan balik seperti ini dari sosok yang siang malam mendampingi pak Prabowo ini.
Saya sudah menebak arahnya. Pasti ke mas Anies Baswedan. Hanya saja, untuk menepis rasa sesak yang mulai terasa penuh di dada, kualihkan pembicaraan ke sosok Yusril.
"Nomer 1 siapa? Yusril? Oke deh..." 
Yup, ini basa basi. Kutahu pasti bukan Yusril jawabannya. Kemudian kusebut nama-nama yang kuharap bukan mas Anies seperti ustadz Yusuf Mansur dan lain sebagainya. Namun tetap saja, akhirnya nama Anies juga yang menjadi ujung jawabannya.
Bukan, bukan saya membenci mas Anies. Saya bahkan pernah begitu dekat dengan mas Anies. Saat itu, sekitar tahun 2011 saya pernah bahu mambahu membangun sebuah BTS mikro di pulau Karas, sebuah pulau kecil di ujung Papua. 
Saat itu, mas Anies dan gerakan Indonesia Mengajar-nya sedang hangat-hangatnya berkembang. Misi nya pun sangat menyentuh, pendidikan. 



Mas Arif, salah seorang Pengajar Muda-lah yang menjadi pintu masuknya persahabatan ini. Saat itu, mas Arif yang sesama blogger ini bertugas di pulau Karas. Kesulitan berkomunikasi ke luar pulau menjadi catatan curhatnya. Sebuah catatan yang kubawa ke rekan-rekan sejawat kerja, lintas divisi hingga menghadap langsung ke pak Hari Sasongko--dirut Indosat saat itu.
Semangatku begitu membara untuk mewujudkan mimpi besar ini, membuka tabir komunikasi warga Papua di sebuah pulau yang sangat terpencil. Semangat yang timbul setelah beberapa kali bertemu mas Anies di kantor Indonesia Mengajar. 
Saya masih ingat betul kata "merajut tali kebangsaan" yang disampaikan mas Anies. Saya juga ingin berkontribusi untuk bangsa ini. Saat itu, hanya dunia telekomunikasi yang paling memungkinkan untukku berkontribusi. Sedangkan untuk menjadi pengajar muda untuk dikirim ke penjuru negeri, rasanya waktu sudah sangat terlewat. 
Diskusi demi diskusi pun terjadi. Sosok ini pernah kuanggap sangat luar biasa. Semacam injeksi kesadaran berbangsa dan bernegara mulai tumbuh. 
Hanya saja, saat masuk era Pilpres 2014. Awalnya hanya terasa seperti goresan di hati. Lama-lama membesar. Seperti lubang menganga. Dimulai saat mas Anies tidak lolos konvensi Partai Demokrat. Jika saat konvensi demokrat--mas Anies menyebut yang dilakukan Jokowi adalah pencitraan maka setelah itu, semua terbalik.
Mas Anies mulai tampak seperti jubir Jokowi ini beberapa kali mengeluarkan statmen yang begitu menyerang pribadi pak Prabowo.
Dari menganggap temuan kebocoran 1000 Trilyun Prabowo adalah kemustahilan hingga menyindir soal orang baik hanya berkumpul dengan orang baik. Kata bersayap memang, tetapi itu jelas merujuk ke kalimat, "Anies orang baik, berkumpul dengan Jokowi dan berarti: Jokowi baik sedangkan Prabowo orang tidak baik". 
Dan masih banyak lagi. Bisa saudara-saudariku cari rekam jejak digitalnya di google.
Rasanya saya sangat maluuuu sekali ke pak Prabowo. Bagaimana tidak malu. Pernah dalam suatu malam menjelang dini hari di Padepokan Garuda Yaksa, Bukit Hambalang--saya pernah diajak berdiskusi perihal calon wakil presiden Prabowo di Pilpres 2014. Nama yang saya sebut dan rekomendasikan adalah: ANIES BASWEDAN!
Alasannya jelas, saat itu saya merasa mas Anies begitu klop dengan Prabowo. Tutur bahasanya ringan dan teratur, terbayang jika konsep Prabowo disampaikan oleh mulut sekelas Anies Baswedan, tentu masyarakat lebih mudah memahami dan ikut tergerak bersama-sama menyelamatkan aset negara kita ini. Bahkan konsep pelatihan para Pengajar Muda untuk menempa fisik dan kedisiplinan juga bergaya semi militer. 
Hal yang tidak jauh berbeda dengan pelatihan kader Gerindra. Sudah begitu, jika pendidikan dasar seperti ini dilakukan oleh mas Anies--saya jamin tidak akan ada yang berani menyebut fasis seperti halnya jika dilakukan oleh Prabowo dan Gerindra.
Rekomendasi yang ditampung dan disimaknya baik-baik. Hanya saja, pak Prabowo memintaku untuk menggali lagi tokoh-tokoh nasional yang bisa sinkron dengan konsep ekonominya. Konsep ekonomi berbasis pasal 33 UUD1945 yang asli untuk menghadapi era paling kritis dalam usia sebuah negara. 70 tahun.
Dimana cadangan devisa semenjak awal reformasi hingga kini tidak beranjak dari angka $100 milyar, cadangan migas dan batubara yang semakin menipis, jumlah penduduk yang terus bertambah dan tentu sebanding dengan tambahan tanggung jawab memberi makan jutaan mulut baru serta pendapatan dari pajak yang hanya 12% dan tidak mampu mencapai 16% dari GDP seperti halnya saat era orde baru. Dan memang, akhirnya--hanya bang Hatta Rajasa yang sesuai untuk mendampingi beliau untuk menyelamatkan Indonesia dari kebangkrutan ini. 
Namun, sayang sekali. Saat berbeda kubu, sikap mas Anies saat kampanye Pilpres 2014 seperti mencoreng muka ku di depan pak Prabowo. Maluuu.... Hingga nama ini tak berani kusebut-sebut lagi di depan Prabowo.
Sempat saya tanyakan ke mas Arif, kenapa mas Anies jadi begini? Mana kalimat santunnya? Mana kalimat diskusi yang asyik yang bisa mempertemukan dua ide berbeda menjadi satu ide baru seperti biasanya? Kemana mas Anies yang kukenal dulu? :'-(
Mas Arif pun sempat menjawab bahwa dalam internal para Pengajar Muda (PM) pun pernah ditanyakan mengapa terburu-buru masuk ke politik? Mas Anies menjawab bahwa bisa jadi yang dilakukannya malah terlambat. Dan mas Anies meminta para PM untuk tetap cool dan menganggap bahwa ajang Pilpres adalah sebuah festival saja. Apapun pilihannya, ketika tanggal 9 Juli 2014--semua berakhir. Selesai. Semua kembali dalam kehidupan normalnya sehari-hari.
ya, boleh saja mas Anies menganggap begitu. Tapi saya masih belum bisa menerima semua statemen-statemennya. 
Rasa sakit di hati ini terasa pedih dalam beberapa saat usai pendaftaran pasangan Anies Baswedan - Sandiaga Uno ini. Sempat juga uring-uringan sendiri dirumah hingga istri tidak berani mengganggu. Bahkan saya pun malas untuk ber selfie ria saat pendaftaran seperti halnya rekan-rekan kader Gerindra lainnya. Saya memilih segera pulang dari kantor. Menerabas hujan dari stasiun. Berharap segera tidur dan sejenak melupakan pendaftaran ini.
Sayangnya, saya malah tidak bisa memejamkan mata. Terbayang satu wajah di pelupuk mata, PRABOWO!
Dalam hati kubertanya, "Wahai Prabowo, terbuat dari apakah hatimu? Baja, platinum atau jangan-jangan material dari planet krypton? Kok begitu kuat dan tegarnya?" 
"Wahai Prabowo, selebar apa hatimu itu? Sedalam danau Toba-kah? Danau yang tak pernah bisa dikur dalamnya itu?"
Engkau begitu telah disakiti. Engkau begitu mengalahnya hingga kadermu sendiri dijadikan ban serep saja alias nomer kedua. Tapi kok wajahmu datar-datar saja? Ngamuk kek, lempar henpon kek kayak fitnah jaman dulu yang beredar itu. Jangan-jangan engkau bukan manusia? Jangan jangan engkau malaikat yang kesasar di bumi? 
Ah sudahlah. Saya pening. 
Kepeningan kepala yang esok harinya baru agak mereda saat membaca status mas Sugiono, Waketum termuda Partai Gerindra di linimasa facebooknya, 
"Dalam sebuah perjuangan besar untuk Merah Putih dan bangsamu, tidak boleh ada ruang untuk perasaan pribadi."
Ya, sepertinya mas Sugi juga merasakan dan menanyakan hal yang sama saya rasakan. Mungkin statusnya adalah jawaban pak Prabowo.
Jawaban yang identik dan konsisten dengan komplainku ke Prabowo perihal sikap hormat sempurna ke Jokowi saat sebelum pelantikan menjadi Presiden. Mungkin bedanya, mas Sugi tidak sampai mewek sepertiku saat itu. 
Baiklah, terima kasih untuk mengingatkanku untuk menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi, plus perasaan pribadi, pak. Saya paham, saya mengerti. Walau levelnya masih dalam taraf mencoba saja. belum 100% mampu.
Toh tak lama kemudian ada status dari Mas Hasto Dayat--kakakku di Semarang yang sepertinya memberiku kode lewat statusnya: 
"Umar bin Khattab dulu ngga cuma pembully, bahkan musuh yg serius ingin membunuh Muhammad SAW... Tetapi justru pada waktu selanjutnya menjadi sahabat, pembela dan bahkan saudara yg tangguh. Semoga demikian juga dengan ..... :)"
Ya, semoga demikian juga dengan mas Anies. Semoga Allah memang mengirim mas Anies sebagai "Umar bin Khattab" nya Prabowo. 
Karena apapun yang pernah terjadi, mas Anies adalah sahabat lama. Saya mesti bertanya dan klarifikasi langsung dari hati ke hati. 
Semoga tidak mengecewakan.
[Hazmi Srondol]

Jam 3 Pagi -nya Prabowo Subianto

Posted on Kamis, 22 September 2016 Tidak ada komentar

Kamis, 22 September 2016



Suatu hari pak Prabowo pernah menjawab pertanyaan, "bagaimana cara memutuskan calon yang diajukan ke pilkada, pak"
Jawab beliau, "Ya, kadang pencerahan datang saat saya merenung di tengah malam sekitar pukul tiga pagi"
Harap sabar sodara-sodara. Kali ini tentu merenungnya lebih dalam. Pertanyaannya jauh lebih berat dalam renungannya. Bukan sekedar 'siapa yang bakal memenangkan pilkada" seperti tahun 2012 saja. 
Namun juga pemenang Pilkada DKI sekaligus sosok yang loyal terhadap dirinya, arah perjuangan partai dan kesetiaan terhadap warga daerah yang akan dipimpinnya.
Ya, nasib pendamping Sandiaga Uno ditentukan jam 3 pagi nya Prabowo. Bukan ditentukan oleh sekedar tabuhan gendang musik social media.

[ Hazmi Srondol ]

Mistifikasi Politik Ala Gusdur

Posted on Selasa, 20 September 2016 Tidak ada komentar

Selasa, 20 September 2016



Dunia politik itu luas. Ada pakem yang berdasarkan hal-hal yang berbasis data dan akademis seperti index popularity, prosentase anu ini, political cost segini segitu, dukungan media plus buzzer dan hal-hal sejenisnya. 
Politik juga ada sisi yang lain. Ada yang dalam pengambilan keputusan politik berdasarkan pesan gaib yang datang melalui mimpi (wangsit) secara pribadi atau lewat kyai/paranormal. 
Bahkan segala bentuk aktivitas, tindakan atau langkah politik yang menyimpang dari permasalah politik yang sebenarnya di luar rasionalitas, logika dan kebiasaan politik.
Hal ini disebut "MISTIFIKASI POLITIK".
Adakah yang sukses dalam sisi ini? Ada, Gus Dur contohnya...
Salam,
Hazmi Srondol

Deklarasi Sa'duddin - Ahmad Dhani Untuk Kabupaten Bekasi (KABEK)

Posted on Minggu, 18 September 2016 Tidak ada komentar

Minggu, 18 September 2016




Siang ini (18/9/2016) jam 14.30 di Hotel @HOM, Tambun Kabupaten Bekasi (KABEK) saya menghadiri deklarasi majunya pasangan Sa'duddin - Ahmad Dhani dalam Pilkada KABEK 2016.
Ya, banyak yang belum tahu--Kabek yang sering diledekin sebagai "planet" menyimpan harta kekayaan yang luar biasa.
Bukan hanya luas daratan nya (1484 km2) yang dua kalilipat luas daratan Prov DKI (661 Km2). Tidak dihitung dengan pulau reklamasinya loh. Atau 7 kalilipat Kota Bekasi (210km2) dan jauh dibandingbluas Kota Solo nya Jokowu saat menjadi walikota yang hanya 44km2.
Namun di Kabek terdapat:
1. Puluhan SUMUR MINYAK disisi utara Kabek spt Babelan, Muara Gembong, Jayabakti, Sindang Jaya dll... Kapasitasnya mencapai 1900 Barrel oil per day. Bahkan cadangan kinyak di Babelan mencapai 233 juta barrel. Ngeriiik!
2. KAWASAN INDUSTRI terbesar di Asia Tenggara. Batam sudah lewat kayaknya. Ada MM2100, EJIP, KI Hyundai, Jababeka, greenland dll...
3. SAWAH, Bekasi pernah menjadi lumbung beras nasional. Namun entah kenapa beberapa tahun ini anjlok produksinya. Jadi perumahankah?
Namun demikian, dibalik perputaran uang yang begitu besar di Kabek ini--banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh pasangan ini. Seperti ketimpangan sosial dan pendidikan.
Saya sendiri pernah berkunjung ke desa Setu Kabek. Salah satu desa termiskin sedangkan sebelah desanya adalah daerah industri yang kaya.



Belum lagi besaran angka buta huruf warganya. Sudah begitu, di Kabek terdapat universitas termahal di Indonesia tanpa adanya universitas negeri dengan biaya subsidi dari APBD. Mosok PAD segede itu nggak mampu sih?
Nah, Sa'duddin yang mantan Bupati Bekasi. Sempat dalam periode satu masa kerja nya pernah membuat kebijakan menaikan UMR Kabek paling tinggi di Indonesia mesti mulai pintar-pintar merangkul para pengusaha kawasan Industri lagi.
Jangan sampai isyu yang saya dengar ia kalah di pilkada keduanya 2012 karena pengusaha kawasan industri ini pada kesal dan tidak mendukungnya terulang. Cari solusi tengah. Buruh senang, pengusaha tenang.
Untuk mas Dhani, ya, secara pribadi saya mengenal beliau. Pemikirannya out of the box. Boleh dibilang jenius mesti memaksimalkan pesona yang memancar didirinya.
Saya lihat tadi, para jawara dan mandor sepetti nge-fans ama mas Dhani. Padahal jawara Betawi Kabek ini adalah pewaris silat cingkrik ala si Pitung. Sejenis beladiri bergaya jujitsu atau aikido dengan kuncian mematikan dan kelihaiannya memainkan golok.
Para jawara Kabek ini terkenal hitam putih. Iya iya, enggak enggak. Suka ya suka, benci ya benci. Pernah dengar patung lele di bakar para jawara hanya gegara diledek tempat kotor? Pernah dengar patung bundaran Harapan Indah dicopotin? Pernah dengar kantor Indosat Bekasi hampir diremuk gegara iklan lebih murah daripada telpon ke Aussie? 
Nah... Begitulah karakter keras jawara dan para mandor disana. Nyali seupil, mending gak usah cari perkara.
Dan terakhir, saya berharap pasangan ini mampu merangkul para ulama dan kyai di Kabek. Sudah harga mati kalau pengaruh kyai disini paling tinggi. Perang Karawang Bekasi ini dulu juga dipimpin ulama seperti KH Noer Ali dll dengan pasukan Hizbullahnya.
Ya, saya doakan abang berdua menang. Sudah saatnya kantor Bupati Kabek diisi. Soalnya saya dengar, walau mempunyai kawasan pemerintahan yang luar biasa megah di kawasan Delta Mas. Yang punya kursi malah jarang duduk disana. Kan kasihan warga Kabek yang mo lapor dan curhat berkeluh kesah.
Serta paling penting, tunjukan bahwa Kabek juga benar-benar Jawara, Jawara dalam mensejahterakan dan memberikan fasilitas kepada warganya.
Juoozzz!

Ketika Orang Desa Membangun Properti Untuk Orang Kota dan Asing

Posted on Rabu, 07 September 2016 Tidak ada komentar

Rabu, 07 September 2016


Begini pola arus "uang" nya.
Bank-bank di Indonesia, baik swasta atau negeri menghimpun dana dari masyarakat. Baik di kota maupun di desa dan kampung-kampung. 
Nah dana itu, oleh bank di pinjamkan ke developer property. Bunganya untuk operasional bank dan ke penabung. Walau bunga untuk penabung nggak ada se upil-upilnya dibandung bunga kredit yang dikucurkan.
Nah, berhubung developer kesulitan menjual property yang sudah dibangun karena ekonomi rakyat dalam negeri lagi susah bin sengsara. Sedangkan tagihan dari bank terus muncul maka potensi kolaps kalau sampai developer menyerah alias mengaku pailit.
Bank dan developer akan sama-sama koit.
Jadi, datanglah pahlawan itu. Pemerintahan orde ondel-ondel ini. Dengan alasan diatas, maka agar arus keuangan bank lancar lagi, maka ASING yang notabene lagi banyak duit, apalagi kurs dollar yang lagi yahuud di perbolehkan membeli property tersebut.
Nah, ada beberapa point yang bisa kita lihat dari kejadian ini:
1. Kedaulatan negara mulai terkikis. Asing yg banyak modal akan puas menguasai property dan lahan-lahan ini. Rakyat paling jos adalah yg lagi nyicil KPR. Itu pun kalau telat disemprit mulu dan didatangi debt collector. Yang lain, sudah bisa bayar kontrakan rumah petak aja udah Alhamdulillah.
2. Ternyata, uang dari desa untuk orang Kota. Uang tersebut sangat sedikit (jangan-jangan malah gak ada) yang kembali ke pedesaan via kredit pertanian. Kebanyakan buat kredit perumahan. Dibeli asing pulak. 
Jadi, rakyat Indonesia, khususnya daerah pinggiran dan pedesaan memang sungguh hebat-hebat. Mampu membiayai property untuk asing. 
Sangar yah rakyat Indonesia...
Hahaahahha
Hahaha

Tentang Kembalian Rp.100

Posted on Selasa, 06 September 2016 Tidak ada komentar

Selasa, 06 September 2016


Wahai Tokomaret, tahukah anda? Koin Rp.100 ini memang seperti tiada arti nilai nominalnya. Namun ketika anda memberikan kion ini, kami merasa sangat dihargai. 

Dihargai utuh sebagai seorang pembeli. 

Bukankah anda juga merasa tak dihargai ketika kami membeli sesuatu di tempat anda, dan kami kurang duit Rp.100 juga kan?

So, kembalilah ke khittah para pedagang. Ada uang ada barang. Ada uang ada kembalian, bukan pertanyaan, "Seratus rupiahnya mau disumbangin, pak?"

Ya enggaklah. Kalau saya nyumbang, pengennya milyaran. Bukan recehan..


[ Hazmi Srondol ]
Don't Miss