Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Pengukuhan Prof. Mudrik Alaydrus; Antara Profesor & Panzer

Posted on Selasa, 31 Maret 2015 Tidak ada komentar

Selasa, 31 Maret 2015

Siang tadi saya menghadiri pengukuhan Prof Mudrik Alaydrus yang menjadi Guru Besar di Universitas Mercubuana, sebuah kampus yang salah satu founding fathernya adalah Prof. Soemitro Djojohadikusumo.

Dalam acara tersebut, 3 guru besar yang dilantik memberikan sedikit pidato mengenai bidang-bidang yang dikuasainya.


Betapa terkejutnya saya, para profesor tersebut banyak bicara mengenai hal-hal yang sering disebut-sebut oleh pak Prabowo seperti index Gini, neraca pendapatan, turunan produksi batubara dan minyak bumi, teknologi elektronika terapan dan tepat guna dan lain sebagainya.

Hal yang disebut sebagai "Strategi Dorongan Besar" yang terpapar dalam buku "Membangun Kembali Indonesia Raya" karya Prabowo Subianto.

Dari acara inilah saya paham kenapa Prabowo pernah menyatakan jika lebih baik didukung para Profesor dan Guru Besar daripada ratusan Panzer.

Karena mereka bisa melihat apa yang kita belum sampai lihat, dan mereka berkerja dengan caranya sendiri, salah satunya--memberikan petunjuk arah yang benar. Agar kerja kita efisien dan tepat.

Bukan sekedar "kerja-kerja-kerja" saja. Karena kalau sekedar "berkerja", mengutip kata Buya Hamka--kera dan kerbau juga berkerja.

Selamat malam, selamat beristirahat.

Ziarah Kostrad ke Makam Pak Harto, Ada Apa?

Posted on Minggu, 29 Maret 2015 Tidak ada komentar

Minggu, 29 Maret 2015

 

Sore tadi (29/3/2015), para Prajurit Kostrad (Komando Strategis Angkatan Darat) melakukan ziarah ke makam Presiden RI kedua, Jendral Besar TNI Soeharto beserta istri di Astana Giribangun, Metesih. Kata "astana" sendiri dalam bahasa Jawa berarti "makam" atau "sarean".

Ziarah ini dipimpin langsung oleh KSAD Jenderal Gatot Nurmantyo yang didampingi oleh Panglima Kostrad Letjen Mulyono. Dalam acara ini, dibacakan surah Yasin, tahlil, pembacaan doa, tabur bunga dan ditutup dengan makan siang bersama antara para prajurit dan panglimanya.

Acara ziarah ini mungkin tampak biasa saja. Sekilas baca informasinya seperti sekedar untuk memperingati hari ulang tahun Kostad yang didirikan oleh pak Harto pada tanggal 6 Maret 1961.

Namun entah, secara pribadi saya merasakan ada sesuatu yang "berbeda" dihajatan ziarah ini.

Seperti kita ketahui, acara ziarah dalam Islam adalah kegiatan yang pernah dilarang orang Rasulullah namun pada kemudian hari diperbolehkan dengan tujuan agar umat Islam bisa mengingat kematian, sebuah hal yang paling pasti dalam kehidupan ini.

Sedangkan untuk orang Jawa, budaya ziarah ada beberapa hal yang sedikit berbeda pemahamannya. Ziarah atau sering disebut "nyadran" ini lazimnya dilakukan pada awal atau pertengahan bulan Ruwah menjelang masuk bulan Ramadhan.

Dalam pelaksanaanya, nyadran ada berbagai macam jenis dan motivasinya, antara lain: Ngalap berkah, gorowasi, widiginong, samaptadanu.

Sedang ziarah diluar waktu bulan Ruwah, biasanya merupakan kegatan dadakan sebagai acara meminta restu apabila orang Jawa tersebut sedang ada hajat atau proyek besar kepada arwah leluhurnya.

Hal inilah yang membuat saya menjadi bertanya-tanya. Apakah TNI AD dan Konstrad sedang ada "hajat besar" sehingga harus meminta restu kepada leluhur Kostrad? Apalagi dalam kondisi politik Indonesia saat ini yang sedang gonjang ganjing?

Entahlah, saya hanya sebatas menduga duga mengingat ternyata di acara tersebut, hadir juga rombongan keluarga besar Kostrad baik bapak-bapak mau pun ibu-ibunya sebagai berikut:

Pangdivif 1 dan 2 Kostrad, Kasdivif 2 Kostrad, Irkostrad, Asren Kostrad para Asisten Kaskostrad, Kabalak Kostrad dan Komandan satuan jajaran Kostrad Serta Ketua Persit Kartika Chandra Kiranan, Ketua dan pengurus Persit KCK PG Kostrad.

Yah, kita tunggu bersama-sama untuk memastikannya. Tak lupa sedikit luangkan waktu untuk ikut serta mendoakan arwah pak Harto yang masih "hidup" di alam baka sana.

"Suma ila ruhi khususon Bapak Haji Muhammad Soeharto, Al Fatihah...!"

===

Sumber berita: http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/15/03/29/nlyxnl-ksad-dan-pangkostrad-ziarah-ke-makam-soeharto

Tambang Bawah Tanah PT Feeport (Grasberg's Underground Mine DOZ)

Posted on Jumat, 27 Maret 2015 Tidak ada komentar

Jumat, 27 Maret 2015

VIDEO ASLI kondisi tambang bawah tanah (Underground DOZ) PT Freeport Indonesia yang berada di kawasan Grasberg, Papua, Indonesia. Bandingkan dengan video yang tampak "serupa" tapi tak sama pada logo di helm, rompi, mobil dan lain sebagainya. Juga perhatikan wajah-wajah pekerjanya yang juga ASLI INDONESIA.

Tentang "Kosakata Kehidupan" untuk Anak

Posted on Tidak ada komentar
 

Pernah suatu hari, Thole pulang sekolah dan mengucapkan kata yang tidak pantas diucapkan anak seusianya. Sepertinya ia mulai tercemar oleh pergaulan barunya.

Kami marah besar, kursi putih yang sudah lama tidak terpakai untuk menghukumnya. Kembali dikeluarkan dari gudang.

Kali ini, kami tidak hukum dengan menyuruhnya duduk diam di kursi hingga berjam-jam.

Namun saat itu, kami beri Thole beberapa buah buku tebal. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, kamus bahasa Inggris Indonesia hingga beberapa buku eksikopeldi.

Dengan suara tinggi dan menggelegar, kami bilang "Baca! Ada milyaran kata di kamus itu. Kenapa kamu pilih kata jorok seperti itu. Bapak maraaaaah!"

Thole tampak menggigil ketakutan dan membolak-balik buku sambil berlinang airmata.

Saya tahu, ini situasi yang sangat mencekam dan akan selalu terkenang sepanjang umurnya.

Itu terbukti, sampai saat ini pun, ia lebih suka menyebut "guk-guk" untuk menyebut salah satu binatang, walau kami bisa mentolerir menyebut nama aslinya jika merujuk ke benda sebenarnya. Bukan sebuah makian.

Lalu kini, ketika ada seseorang dengan jabatan gubernur dengan ringannya memakai kata-kata makian dalam acara TV yang sangat terbuka.

Walau dengan dalih menentang "kemunafikan", bagi kami--itu juga sebuah kemunafikan.

Hati dan pikiran yang kotor tercemin dari mulutnya. Saya sangat yakin, jika posisi dibalik dengan lawan politiknya--hasilnya pasti sama saja. Bahkan mungkin jauh lebih parah.

Terserah jika si gubernur lungsuran tersebut bangga dengan segala macam kosakata makiannya. Atau bahkan jika ia merasa yang dilakukannya adalah revolusioner.

Aturan keluarga kami tetap tidak berubah.

Jabatan gubernur itu sangat ecek-ecek untuk keluarga kami. Ada sebuah amanah yang jauh lebih berat dan besar, yaitu menjadi seorang "bapak" ketika ia dilahirkan.

Selamat sore, selamat beristirahat.

Ternyata Tahun 1986 Freeport Akan Keluar Dari Indonesia

Posted on Selasa, 24 Maret 2015 Tidak ada komentar

Selasa, 24 Maret 2015

Dari berbagai macam pandangan mengenai keberadaan PT Freeport Indonesia di Papua, Indonesia—salah satunya adalah desakan agar perusahaan tambang ini keluar atau mundur dalam proyek ekplorasinya disana.

Namun, ada sebuah catatan menarik dari George A. Maeley—seorang geologist dalam bukunya yang berjudul “GRASBERG, Mining The Richest & Most Remote Deposit of Copper & Gold in The World, In The Mountains of Irian Jaya, Indonesia”.

Freeport Pergi dr Indonesia

Dalam buku tersebut, ternyata tanpa diminta pun—ternyata Freeport sendiri pernah akan menghentikan diri dari kegiatan penambangannya, hal ini terjadi ketika mereka masih mengelola penambangan di Erstberg saja.

Penyebab rencana mundurnya Freeport ini berasal dari keenganan para pemodal awal Freeport yang dalam 7 hingga 10 tahun awal operasi penambangan hanya mampu mendapatkan keuntungan $15 juta dari $300 juta dana modal awalnya. Sangat kecil dari sudut bisnis manapun. Tak sampai 1% dari total investasinya.

Bahkan hingga saat belum ditemukannya tambang baru Grasberg, Freeport sendiri sudah dalam kondisi keuangan yang megap-megap. Pas-pasan saja.

Hal yang sebenarnya pernah diingatkan investor tambang pada saat tahun 1937 ketika Jean Jacquest Dozy—seorang ahli geologi sekaligus fotographer geologi pertama dunia memberikan laporannya mengenai penemuan bukit Erstberg ini.

Saat itu, para investor mencibir dan mengatakan “Ersberg bagaikan gunung emas di bulan”.

Ya, di bulan. Di luar angkasa. Bagaimana tidak dicibir, lokasi Ertsberg berada di ketinggian 4200-an meter tanpa ada jalan, tidak ada pelabuhan serta tidak ada pabrik. Hanya roket Apollo yang bisa mencapai ke sana (bulan).

Bahkan saat petinggi BPM (Bataafsche Petroleum Maatschappij)—tempat Dozy berkerja dan membiayai ekspedisinya bertanya “Apa yang akan anda lakukan dengan Erstberg (gunung bijih) ini?”.

J.J Dozy pun hanya bisa mengangkat bahu. Tidak mengerti juga.

Namun untunglah ada pak Ali Budiardjo—salah seorang tim delegasi Indonesia dalam Perjanjian Linggarjati dan Perjanjian Renville serta mantan Sekjen Pertahanan dan Direktur Pembangunan Nasional di era Pemerintahan Soekarno. Ali Budiardjo juga merupakan master bidang manajemen industri lulusan Massachutts Institute of Technology yang menjadi tim konsultan dan negosiator Freeport di tahun 1966.

1427108516104900740

Ali Budiardjo, Presiden Direktur PT Freeport Indonesia 1974 sd 1986


Salah satu tugasnya melakukan reformasi budaya di PT Freeport Indonesia. Sedangkan langkah pertama yang dilakukannya adalah mengajarkan tatacara dan tatakrama ala Jawa yang halus dalam berbisnis kepada para pemodal khususnya yang merupakan orang Amerika.

Ali Budiardjo paham, orang Amerika tidak menyadari bahwa secara politis dan psikologis terdapat perbedaan antara Amerika dan Indonesia. Orang indonesia tidak bisa berbicara secara terbuka. Orang Indonesia diajar untuk tidak mempertanyakan, apalagi menentang pikiran orang tua atau para atasan mereka. Ali Budiarjo mengajarkan pula kepada orang-orang Amerika tersebut bagaimana menangkap pikiran orang Indonesia yang tersirat atau pun tersurat.

Bahkan dengan tegas, Ali Budiardjo juga mengatakan “Anda boleh saja berlaku sebagai orang Amerika, tetapi sebagai orang Amerika yang sopan, terutama kepada pejabat Pemerintah!”.

Dan ajaran ini terbukti bisa memperbaiki manajemen Freeport lewat sistem kontrak yang diinisiasinya yang berimbas pada perbaikan keuangan perusahaan. Sekaligus menjawab cibiran dari perusahaan tambang dunia lainnya yang mentertawakan kebodohan atas kenekadan Freeport Sulfhur (nama lama) yang terlalu berani berinvestasi 150% lebih mahal daripada pembukaan tambang serupa di Chili atau Amerika Selatan yang lebih mudah pembukaan lahannya.

Ya, untuk membuka lahan tambang Erstberg, setidaknya juga harus dibangun kota ‘satelit’ ditengah-tengah pantai Timika dan Erstberg yaitu Tembagapura yang berada di ketinggian 2000 meter sebagai titik temu pembuatan jalan dari atas dan bawah sekaligus pemukiman bagi karyawannya. Belum lagi infrastruktur yang lain. Hal itu tentu membutuhkan biaya yang besar.

Selanjutnya, Ali Budiarjo juga bertugas menemukan titik temu antara konsep “bagi hasil”--sesuai petunjuk pelaksanaan kontrak perminyakan asing ala Pemerintahan Soekarno dengan kondisi riil investor tambang.

Ya, konsep kontrak “bagi hasil” hanya menarik untuk bidang perminyakan yang dapat menghasilkan dengan cepat, tetapi tidak untuk pertambangan tembaga yang memerlukan modal awal yang besar dan lama hingga awal produksi.

Pemerintahan era Soeharto waktu itu pun sebenarnya menyadari hal ini. Namun tim pejabat Pemerintah Indonesia tidak memiliki kewenangan membuat kerangka kontrak yang baru. Kemudian tim pejabat memberikan tawaran kepada Freeport untuk membuat konsep yang sekiranya dapat menguntungkan kedua belah pihak.

Ali Budiarjo pun akhirnya mengutus ahli hukumnya, Bob Duke untuk menterjemahkan konsep kontraknya dalam format hukum yang berbentuk dokuman yang dinamakannya “kontrak karya”.

Kontrak karya ini adalah jalan tengah antara model “konsesi” ala zaman kolonial Belanda dimana kontraktor asing mendapatkan hak penuh terhadap mineral dan tanah, dengan model kontrak bagi hasil dimana negara tuan rumah langsung mendapatkan hak atas peralatan dan prasarana dan dalam waktu singkat seluruh operasi menjadi milik negara.

Alasan Ali Budiarjo dalam pemilihan jenis kontrak karya ini disadarkan dari keyakinannya bahwa investasi ini akan akan bermanfaat bagi Indonesia. Apalagi saat itu, modal dalam negeri sangat sedikit dan sulit untuk berperan. Ditambah lagi, saat itu belum ada BUMN bidang pertambangan non migas.

Ketika tanggal 5 April 1967, saat penandatanganan Kontrak Karya pertama dilakukan antara pemerintah Indonesia dan Freeport selama 30 tahun pun tetap muncul berbagai masalah.

Ternyata pemerintah Indonesia tidak selembek yang kita perkirakan, saat itu seringkali pemerintah marah kepada Freeport perihal pasal-pasal dan persyaratan tertentu. Dalam buku catatan George A. Maeley pun sempat ditulis kalimat :

“Mereka datang kepada kami dan berkata: ‘Kita harus batalkan persyaratan ini..!’. Freeport sepakat, meskipun pemerintah meminta perubahan terhadap hal yang dapat menjadi masalah bagi Freeport. Pokoknya tidak ada sesuatu pun yang dipaksakan sepihak dan semua diselesaikan berdasarkan musyawarah mufakat yang saling menguntungkan. Hubungan yang benar-benar sangat baik”.

Atas kemampuan negosiasi inilah, akhirnya Ali Budiardjo dipercaya untuk menggambil alih pimpinan tertinggi PT Freeport Indonesia dari tangan direktur utama sebelumnya, Forbes Wilson di tahun 1974.

Walau pun ujian bagi Ali Budiarjo tidak berhenti, setelah sukses dengan konsep kontrak karyanya, industri tembaga dihamtam krisis ditahun awal beliau memimpin perusahaan tambang ini. Harga tembaga sempat anjok pada harga terendah. Era kabel tembaga mulai mendapat pesaing dengan munculnya bahan kabel lain seperti alumunium dan mulai munculnya teknologi kabel serat optik.

Saat itu, kembali investor dan kreditor tidak lagi yang bersedia membantu untuk membiayai perusahaan. Ali Budiarjo kembali menghadap pemerintah, dan nasib baik masih bersamanya. Pemerintah Indonesia menanyakan “apa yang dapat kami lakukan untuk membantu?”.

Freeport pun menyampaikan kesulitan keuangan yang dialaminya, meminta penangguhan pembayaran pajak dan royalti selama dua tahun tanpa bunga. Pemerintah Indonesia pun menyetujui. Dan selama dua tahun tersebut, harga tembaga mulai membaik akibat efek perang Vietnam yang membutuhkan banyak tembaga untuk peralatan perang sehingga Freeport bisa melunasi hutang pajak dan royaltinya.

Lalu kembali di tahun 1986, krisis kembali menimpa PT Freeport Indonesia. Saat itu, cadangan bijih tembaga Erstberg sudah sangat menipis. Produksinya tidak mencukupi lagi untuk operasional perusahaan. Manajemen sudah sangat risau.

Diujung usia pensiunnya, beliau tetap bersikeras perlunya mempertahankan keberadaan perusahaan, walau pun investor dan kreditor kembali mengancam keluar dari PT Freeport Indonesia.

Karena baginya, sangat berbahaya jika Freeport sebagai perusahaan investasi asing pertama ini kabur dari Indonesia, maka investor lain akan menyusul. Apalagi kondisi negara Indonesia yang sudah mulai menumpuk hutangnya. Butuh income untuk pendapatan negara dari kegiatan penambangan non migas.

Saat itu, ia mempunyai firasat, ya firasat bahwa akan ada cadangan bijih tembaga lain yang bisa melangsungkan roda perusahaan. Selama dua tahun, disebarlah pencarian lokasi tambang baru.

Benar firasat Ali Budiardjo, akhirnya ditemukan lokasi baru tambang tembaga baru yang jauh lebih besar. Bahkan dalam catatan George A. Maeley—lokasi baru ini bisa menghasikan tembaga dengan jumlah yang ‘eksponensial’. Bahkan sejak mulai berproduksi tahun 1991, setahun produksi di tambang baru ini bisa mengalahkan produksi Erstberg secara keseluruhan.

Lokasi ini adalah Gunung Rumput atau kita kenal sebagai “Grasberg”. Grasberg sendiri juga memberikan bonus hasil tambang lain, yaitu : emas (gold).

Atas segala ilmu, kontribusi dan firasat Ali Budiardjo inilah, akhirnya di lokasi tambang PT Freeport Indonesia di Papua, Indonesia—terdapat sebuah tunnel yang dinamakan “Terowongan Ali Budiardjo” sebagai penghormatan untuk beliau yang wafat pada tahun 1999.

=====

follow: @hazmiSRONDOL

Judul Berita "Anak Buah Prabowo", Cara Baru Media Merusak Nama Prabowo

Posted on Minggu, 15 Maret 2015 Tidak ada komentar

Minggu, 15 Maret 2015


Saya terhenyak ketika tak sengaja membaca ulang beberapa puisi dari Jalaludin Rumi, salah satu tokoh sufisme dunia yang baitnya kurang lebih seperti berikut:

"...silince is the language of God, all else is poor translation.."

artinya:

"...diam adalah bahasa Tuhan, segala yang lainnya adalah terjemahan buruk..."

Sebuah bait puisi yang sangat mengingatkan sosok Prabowo Subianto ini.

Ya, memang akhir-akhir ini Prabowo Subianto sangat irit mengeluarkan statement. Lebih banyak diam, kalau pun berbicara selalu yang singkat-singkat saja. Hal yang bagi pendukungnya tentu bikin gemas dan geregetan. Apalagi dalam situasi kehidupan riil yang sedang sulit-sulitnya. Rakyat butuh pegangan dan komando.

Saya bisa memahami, Prabowo sudah kenyang asam garam dan pengalaman dalam hidup. Sudah banyak situasi yang mengharu biru oleh nikmat hingga membiru lebam karena begitu pahitnya. Aneka fitnah, tekanan dan hal lainnya sudah khatam dijalaninya.

Boleh jadi, beliau sedang merasakan adanya situasi yang memaksanya untuk lebih baik diam. Lebih banyak berbicara dengan alam dan Tuhannya.

Hal yang tentu saja juga membuat banyak orang yang berbeda kubu juga mendadak blingsatan. Ingin memelintir statment--tak ada bahan plintiran. Ingin mencela, bingung mencela sisi yang mana? Ini tak ubahnya melempar batu ke tengah danau yang tenang.

Plung! danau beriak sedikit lalu kembali hening.

Namun, bukan iblis namanya jika tidak kehabisan akal. Dibisikannya trik lain untuk tetap membuat nama Prabowo rusak dalam heningnya. Dibuatlah keyoword "ANAK BUAH PRABOWO" dalam judul berita tersebut untuk memperbanyak sentimen negatif.

Lumayan, sudah ada ribuan keyword ini beredar di laman pencarian google. Lebih dari puluhan ribu link dengan kalimat ini. Walau isi tidak ada nyambung dengan sosok Prabowo yang asli, pokoknya tujuannya satu: rusak nama Prabowo!

Ya, silahkan. Teruskan saja sepuasnya kalau itu membuat para oknum media tetap hidup dan merasa bahagia.

Belajar Kesetiaan & Rasa Terima Kasih pada Maldini & Mike Tyson

Posted on Jumat, 13 Maret 2015 Tidak ada komentar

Jumat, 13 Maret 2015

Ada dua tokoh sepakbola dunia yang sangat saya kagumi dan menjadi salah satu inspirasi dalam menjalagi kehidupan ini,

Paolo Maldini & Mike Tyson,


Paolo Maldini mengajarkan saya, bagaimana setia dan totaliter dalam menjalani karirnya. Seumur hidupnya, ia tak pernah sekalipun berpindah klub. Selalu AC Milan dari awal karir hingga pensiun. Tak perduli Milan dalam kondisi puncak atau terseok-seok dalam liga.

Sedangkan Mike Tyson, petarung besar yang terkenal dengan jurus "cilukba" atau "pee-ka-boo" ini sampai sekarang masih selalu terkenang dengan sosok pelatih tercintanya, Cus De Amato.

Bahkan jika kita lihat header foto akun social medianya--foto Cus De Amato masih terpampang jelas disana. Tyson tahu betul bagaimana caranya berterima kasih kepada sosok yang disebutnya "malaikat" yang mengeluarkannya dari zaman (daerah) gelap Broklyn ke masa keemasan.

Ya, harus kita akui--mereka berdua adalah contoh-contoh ksatria di era modern.

Lokasi foto: AC MILAN Point di Milan, Italia

Survey LSI & Bukti Kepanikan Ahok

Posted on Rabu, 11 Maret 2015 Tidak ada komentar

Rabu, 11 Maret 2015



Saya jadi geleng-geleng kepala ketika mendadak muncul lagi hasil survey yang dirilis sebuah media (10/3/2015) yang mengatakan bahwa "70% warga Jakarta lebih percaya Ahok".

Saya fikir, dengan berlalunya era pilpres 2014--cara-cara suntikan persepsi (perception injection) ala konsultan politik Stan Greenberg sudah tidak dipakai lagi.

Seperti kita ketahui, Stanley Bernard "stan Greenberg mempunyai trik yang sangat identik dalam penanganan kesuksesan klien politiknya. Dari Bill Clinton, Al Gore hinga John Kerry pun memakai pola dan konsep yang hampir serupa, yaitu : "survey" dan "media".

Di Indonesia sendiri, gaya Stan sedikit dimodifikasi dengan menggunakan tambahan alat social media bernama "twitter".

Ya, saya manemui banyak survey "beneran" dan serius. Surveu-survey ini biasanya dilakukan oleh ahli-ahli statistik dan tidak digunakan dalam politik. Lebih pada kebutuhan internal perusahaan dan hasilnya tertutup.

Contoh survey yang paling sering saya temui adalah survey cita rasa rokok dari SPG-SPG nya. Mereka begitu serius membawa map dan pulpen. Kadangkala kita mendapat bonus PIN BB kalau mereka menyukai ketulusan testing rasa kreteknya.

Kalau politik? sampai saat ini saya tidak pernah sekali pun menerima telefon/survey dari lembaga-lembaga yang sering masuk berita tersebut. Bahkan boleh dibilang satu RT/RW yang saya temui di masjid-masjid atau warung pun juga tidak pernah mendapat survey tersebut.

Hal yang akhirnya saya sadari, sample yang mereka pakai (konon) hanya 2000 sd 3000 an orang yang tentu saja tidak mewakili 250 juta penduduk Indonesia. Saya menebaknya, sekedar formalitas saja. Yang penting ada bahan untuk membuat press realese ke media massa yang dianggap berpengaruh.

Padahal, konsep ini secura natural terpatahkan dengan konsep polling dan hasil pilpres/pilkada itu sendiri.

Hayo kita buka berita lama hasil polling. Walau dulu Jokowi digadang-gadang lewat survey akan menang telak satu putaran dengan 80% suara, hasil polling terbali. Prabowo menang telak dihampir semua polling. Menang antara 55% s/d 65% an.

Dan hasil Pilpres, walau saya pribadi masih menganggap Prabowolah pemenang sejati--tapi berdasar hasil ketetetapan KPU, Jokowi 51,x% saja suaranya. Tetap saja jaoooh bener dari hasil survey.

Jika membawa-bawa kata "Warga Jakarta", coba cek deh hasil pilkada DKI. Disana ada 40% warga yang golput. jadi jika pasangan Jokowi Ahok menang 54% sekalipun, itu berarti hanya 31%an warga DKI yang memilih dia. Sisanya golput + tidak memilihnya.

Untuk media yang blasting hasil survey tersebut, ya maaf. TST lah. Tahu sama-tahu.

Nah, satu alat tambahan di era digital adalah twitter. Bagi yang sudah ngglotok mainan twitter tentu sudah paham. Berapa persen sih pengguna asli twitter? Boleh cek, paling tinggi 1/7 jumlah akun twitter dari totalnya yang merupakan akun asli. sisanya siluman.

Soal trending topic, hadeh, sini siapa yang pengen namanya masuk TT? contoh: #PutinLoveCutMutia baik TTWI atau TTI saya bisa temukan broker-brokernya. Asal siapin dana promonya saja. Hehehe...

Ya, satu sisi memang ada kelebihan twitter ini. Aplikasi ini sejenis "micro blog" yang terindex di google. Berbeda dengan akun FB yang hanya jenis "halaman" saja yang bisa dimonitoring via google atau alat monitoring lainnya. Akun pribadi tidak. Dan kubu Prabowo, entah kenapa lebih suka memilih aplikasi ini. Mungkin terkait paket internet para pendukung Prabowo yang (maaf) pas-pasan.

Tentu saja, hal ini semakin mempermudah digunakan sebagai alat pengesahan dalam membuat berita di jalur mainstream.

Nah, kembali ke Ahok.

Jujur saja saya sempat simpati dengan si engkoh yang satu ini. Saya tahu dari sekpri-nya jika kalau Ahok kerepotan dengan gaya Jokowi yang lambat urusan administrasi karena ditinggal blusukan. Satu surat saja bisa 2 mingguan di eskalasi ke Ahok. padahal, wajarnya paling lama 3 hari atau kalau memang ahli birokrasi, sehari pun selesai.

Apalagi saat beberapa saat menjelang pilpres saya di utus untuk bertemu dengan Ahok di kantor gubernuran DKI.

Sayangnya, simpati ini mendadak menjadi cacat di mata saya saat sampai TKP saya mencium aroma pengkhianatan dan keanehan diruang kerja Ahok. Aroma pengkhianatan ini saya dapat dari ucapan keceplosan staff pribadinya yang pusing memikirkan bagaimana caranya Ahok bisa jadi "DKI 1" alias Gubernur.

Bayangkan saja, waktu itu masih kader Gerindra kok berani memikirkan menjadi "DKI 1"? Padahal jelas-jelas Jokowi masih gubernur dan Prabowo dalam persiapan maju ke Pilpres 2014. Keinginan menjadi DKI 1 = mendorong Jokowi menjadi Presiden atau Jokowi mati. Hanya itu saja pilihannya.

Sedangkan di ruangan kerja Ahok, saya menemui kejanggalan dan kecacatan integritas Ahok lainnya. Jauh sebelum beredar berita istri dan adik Ahok memimpin rapat di DKI--saya pernah melihat Ahok marah-marah di situs youtube Pemprov DKI karena ada orang tanpa seragam atau ID card di ruangan kerja Pemda.

Sedangkan kali saya masuk ke ruangan Ahok, saya menemui beberapa orang tanpa seragam pemda. Saya fikir itu anak atau keluarga Ahok yang sedang membawakan rantang makan siang Ahok. tapi melihat jam-nya, sepertinya sudah lewat waktu makan siang. jadi, siapa mereka?

Saya pikir Ahok nggak perlu ngeles soal ini. Saya cukup kenal irama kerja pemprov DKI. Boleh di cek staf-staf atau kadin-kadin-nya di gedung gubernuran atau Jatibaru. Sebut nama depan saya saja—nanti akan tahu bagaimana saya belasan tahun berurusan dengan Pemprov DKI.

Bahkan saya sempat menginisiasi adanya rapat koordinasi gabungan antara pemprov dan instansi terkait agar mengefisienkan rapat di DKI agar tidak perlu memanggil satu persatu instansi. Dan konsep ini sudah bertahun-tahun berjalan.

Nah, kembali soal jurus survey yang dipakai tim Ahok. Saya perlu kasih tahu ke Ahok, jurusnya sudah basi. Bahkan menurut saya pribadi, itu bukti Ahok panik. Kalap.

Padahal, hal ini tidak perlu terjadi jika Ahok masih konsisten dengan semangat “Jakarta Baru” yang dicita-citakan Prabowo. Tidak neko-neko hingga kesleo dari jalurnya.

Ya, anggota DPRD memang ada yang “nakal” tapi tak sedikit juga saya menemui yang benar-benar berjibaku demi kebaikan provinsi tempat saya menumpang mencari sesuap nasi yang halal untuk anak istri.

Akhir kata, sedikit saya mengutip kata mutiara dari Lao Tze, tokoh karismatik Taoism dalam kitab “Tao Te Ching” yaitu:

“Malapetaka yang paling besar tidak lain adalah perasaan yang tidak pernah puas. Kekeliruan yang paling besar tidak lain karena ingin mendapatkan sesuatu.”

Selamat pagi dan tetap MERDEKA!

Ngopi "KPK"

Posted on Sabtu, 07 Maret 2015 Tidak ada komentar

Sabtu, 07 Maret 2015

Ada yang kocak saat barusan diajak nongkrong di salah satu cafe, eh, warung kopi di daerah Bondowoso ama anak-anak fotograper pendukung Prabowo-Hatta ini. Mas Andre Damarwulan dan mas Lojer.


Nama warungnya itu loh. "KPK". Ternyata KPK ini artinya "Kopok". Alias rada kurang nyambung ketika dengerin orang ngomong.

Lebih jos, disini dapat suguhan minuman botol yg lebih nyos dari pada. Sekedar whisky, vodka atau beer. Namanya "Sari Temu Lawak" buatan banyuwangi.

Serius. Enak. Gratis soalnya. Dibayarin :D


*semoga gak dianggap gratisikafi

 

Kolaborasi Intelejen "Five Eyes" & Bukti Keberadaannya di Pilpres 2014

Posted on Tidak ada komentar
KOLABORASI INTELEJEN "FIVE EYES" & BUKTI KEBERADAANNYA DI PILPRES 2014

Dalam tulisan lama, saya sudah pernah membahas soal kolaborasi intelejen dunia yang disebut "five eyes" dengan link sebagai berikut:

http://m.kompasiana.com/post/read/612117/1/error-roy-suryo-kumat-tuduh-indosat-menyadap.html

Saat itu, banyak yang menyangsikan bahkan menganggap saya mengada-ada. Untuk mempersingkat, kutipan artikel tsb adalah sbb:

Jika dihubungkan dengan operasi intelejen “Five Eyes” yang melibatkan lima negara yaitu Amerika, UK (Inggris), Australia, Canada dan New Zealand dengan misi pelacakan"siapapun, dimanapun, kapan saja” yang salah satunya mempergunakan jaringan kabel optik bawah laut SEA-ME-WE 3 dan 4, terlihat jelas dimana satu titik simpul pos kampling wilayah yang bernama : Singapore!

----
Nah, sekarang Australia mulai bongkar-bongkar sendiri hasil kerjaan "five eyes" ini dan akan disebar di wikileaks.

Sepertinya jadi ujian konsistensi Jokowi perihal hukuman mati pengedar narkoba di Bali. Mari kita tonton bersama-sama dan sedikit saya bagi broadcast message yang saya terima baru-baru ini:

-----
Eng ing eng... Becik ketitik, ala ketara.

http://sp.beritasatu.com/home/wikileaks-klaim-siap-bongkar-percakapan-jokowi-saat-pilpres/80376

Mata-mata Australia menyadap percakapan telepon selular dan data publik serta pejabat Indonesia melalui jaringan telepon selular terbesar, Telkomsel. Hal itu terungkap dari bocoran dokumen rahasia milik bekas kontraktor NSA, Edward Joseph Snowden yang nantinya akan diungkap oleh WikiLeaks.

Salah satu hasil sadap yang akan dibuka oleh wikiLeaks adalah percakapan Jokowi dengan beberapa pihak saat pilpres 2014. Bocoran Snowden tentang ulah mata-mata Australia itu diterbitkan Kamis (5/3/2015) di Selandia Baru.

Menurut dokumen rahasia Snowden, badan spionase elektronik Australia, yakni Australian Signals Directorate (ASD) telah bekerjasama dengan Biro Keamanan dan Komunikasi Selandia Baru (GCSB) untuk menyadap jaringan telekomunikasi di seluruh Indonesia dan Pasifik Selatan.

----
MERDEKA!

Tak Hanya Prabowo, Rasulullah & Sahabat Nabi Dulu Juga Orang Kaya yang Peduli Orang Miskin

Posted on Selasa, 03 Maret 2015 Tidak ada komentar

Selasa, 03 Maret 2015



Ada yang menarik ketika saya menonton ulang video rekaman acara "Economic Chalange" MetroTV antara Prabowo Subianto dengan Suryo Pratomo tahun 2009. Saat itu, Prabowo menjawab kritikan soal "kekayaan" beliau yang tampak tidak sinkron dengan konsep ekonomi kerakyatan yang berbasis PETANI.

Dituduh pula, orang kaya tidak mungkin paham dan mengerti kehidupan orang miskin. Namun, apakah memang "orang kaya" tidak berhak membela orang miskin?

Begini saudara-saudara, yang ketiga adalah bahwa kekayaan Prabowo diraih dengan cara jujur dan HALAL serta dilaporkan ke negara (KPK). Yang kedua adalah bahwa Prabowo paham seluk beluk ekonomi, bahkan sejak kecil sudah belajar langsung dengan Begawan Ekonomi yang sekaligus ayahdanya sendiri semenjak kecil. Dan bukan hal yang mengagetkan ketika usai pensiun dari tentara dan 11 tahun menjadi pedagang akhirnya mempunyai "asset" trilyunan.

Dan paling utama dan pertama, berkaca pada Muhammad Rasulullah, pada usia 25 tahun juga sudah mempunyai asset mencapai trilyunan rupiah hasil berdagangnya semenjak usia 12 tahun. Bahkan saat melamar Khadijah--mas kawinnya adalah 25 ekor unta atau setara 200 jutaan rupiah. Belum termasuk biaya walimah dan lain sebagainya. Hal ini bisa di cek di buku "Muhammad: As Trader" (Muhammad sebagai seorang pedagang) karya Prof. Aflazul Rahman Bandingkan dengan mas kawin orang kaya zaman sekarang? Saya saja hanya 10 gram emas dan seperangkat alat sholat. Hahaha.

Dan ketika masuk usia 40 tahunan, saat beliau mendapat tugas sebagai rasul. Bisnisnya semakin meningkat pesat dengan kolaborasi investasi dari istrinya. Dana inilah yang digunakan untuk biaya dakwahnya hingga habis...bis...bis..biiis!

Bahkan sahabat-sahabat rasul lainnya pun juga seorang "milyader/trilyuner". Dikutip dari buku "Tarikh al-Islam" atau "Sayr A’lam al-Nubala`" karya Dr. Yusuf ibn Ahmad al-Qasim--tercatat asset para sahabat nabi yang lain sebagai berikut:

SAHABAT Utsman ibn ‘Affan (47 SH – 35 H / 577 – 656 M) 1. Tarikah 1 (tunai) : 30 juta Dirham 2. Tarikah 2 (tunai) : 150.000 Dinar 3. Sedekah : 200.000 Dinar 4. Unta : 1000 ekor Jika dirupiahkan 1. Tarikah 1 (tunai) : 1.845.690.000.000 2. Tarikah 2 (tunai) : 291.219.750.000 3. Sedekah : 388.293.000.000 4. Unta : 7.740.000.000 Jumlah: 2.532.942.750.000 (Dua Triliun, Lima Ratus Tiga Puluh Dua Milyar, Sembilan Ratus Empat

SAHABAT Az-Zubayr ibn al-‘Awwam (28 SH -36 H / 594 - 656 M) Total tarikah (termasuk wasiat) adalah = 38.400.000 Dirham + 19.200.000 Dirham = 57.600.000 Dirham atau jika dirupiahkan- setara dengan 3.543.724.800.000 (Tiga Triliun, Lima Ratus Empat Puluh TigaMilyar, Tujuh Ratus Dua puluh Empat Juta, Delapan Ratus Ribu Rupiah).

SAHABAT ‘Abdurrahman ibn ‘Awf (44 SH - 32H / 580 - 652 M) 100.000 dinar x 4 (orang istri) x 8 (ashl al-mas`alah) = 3.200.000 Dinar. Jika dirupiahkan maka nilai tersebut setara dengan 6.212.688.000.000 (Enam Triliun,Dua Ratus Dua Belas Milyar, Enam Ratus Delapan Puluh Delapan Juta Rupiah).

SAHABAT Thalhah ibn ‘Ubaydillah ( ≈ 26 SH - 36 H / 598 - 656 M) 1. Tarikah 1 (tunai) : 2.200.000 Dirham 2. Tarikah 2 (tunai) : 200.000 Dinar 3. Sedekah 1 (tanah) : 300.000 Dirham (belum dapat verifikasinya) Jika dirupiahkan 1. Tarikah 1 (tunai) : 135.350.600.000 2. Tarikah 2 (tunai) : 388.293.000.000 3. Sedekah 1 (tanah) : 18.456.900.000 Jumlah: 542.100.500.000 (Lima Ratus Empat Puluh Dua Milyar, Seratus Juta, Lima RatusRibu Rupiah)

SAHABAT Sa’d ibn Abi Waqqash (23 SH - 55 H / 600 - 675 M) Nilai tarikah atau harta warisnya -seperti dikutip oleh Ibn Katsir- sebesar 250.000 Dirham (al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz 8, hal. 84). Jika dirupiahkan, nilai ini setara dengan 15.380.750.000 (Lima Belas Milyar, Tiga Ratus Delapan Puluh juta, Tujuh Ratus Lima Puluh Ribu Rupiah).

Standar nilai tukar yang digunakan dalam tulisan ini : • Harga beli Dinar (4,25 gram emas murni), 27 April 2013 di geraidinar.com : Rp. 1.941.465 • Harga beli Dirham (4,25 gram perak murni), 27 April 2013 di geraidinar.com : Rp. 61.523. • Harga unta 3000 riyal per ekor (harga unta di pasar Ukaz tahun 2011 berkisar antara 1.800 Riyal hingga 4.000 Riyal, tergantung usia unta. Namun, yang sesuai dengan diyat adalah 3.000 Riyal dengan usia 3 tahun). 1 riyal (beli) = Rp. 2.580 (27 April 2013 – vip.co.id). Asumsi “santai” 1 ekor unta = 3000 riyal Saudi x 2.580 = Rp. 7.740.000,-

sumber: http://alpontren.com/index.php?mact=News%2Ccntnt01%2Cprint%2C0&cntnt01articleid=65&cntnt01showtemplate=false&cntnt01returnid=15

====

Nah, Rasulullah dan Sahabat sendiri dulu juga orang kaya dan paham kehidupan orang miskin. Moso Prabowo tidak boleh kaya, toh kekayaan dan ilmu ekonominya juga ujung-ujungnya untuk jalan 'dakwah' menuju kembalinya negara kita menjadi "Indonesia Raya" sesuai cita-cita para pendiri bangsa.

Setuju?

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=Nqy2bhyNVBQ[/embed]

Penulis,

Follow: @hazmiSRONDOL

 

Apresiasi Prabowo untuk "Barista" Indonesia

Posted on Senin, 02 Maret 2015 Tidak ada komentar

Senin, 02 Maret 2015

 

Entah sudah beberapa kali saya mengulas perihal sikap Prabowo yang sangat menjaga tata krama dan sopan santun khas adat ketimuran. Contoh terbaru statement beliau yang menolak menerima Jokowi ke Hambalang karena menurut beliau--Prabowo harus berbalas kunjung ke tempat kediaman Jokowi setelah sebelumnya menerimanya di kediaman orangtuanya di Jakarta Selatan.

Juga entah beberapa kali saya membahas hubungan kopi dan Prabowo dalam berbagai kesempatan mau pun tulisan. Dari perihal pertemuan belaiu dengan Habibie di jerman yang secara resmi adalah acara minum "kopi" hingga kisah kopi racikan Prabowo yang sangat terkenal kelezatannya, sampai-sampai kopi setengah diwajibkan untuk para pasukannya yang hendak berlomba atau latihan. istilahnya, kopi juga berfungsi sebagai 'dopping' alami.

Nah, untuk kali ini--saya ingin membahas dua hal tersebut sekaligus.

Ceritanya begini, jum'at sore kemarin (27/2/2015) di salah satu ruang DPP Partai Gerindra diadakan sejenis class perihal coffee tasting atau belajar mencicipi kualitas kopi. Acara ini diselenggarakan oleh para kader muda, tujuan utama dari acara ini adalah melestarikan salah satu budaya kuliner khas Indonesia yaitu kopi. Acara ini juga sekaligus cara mengapresiasi salah satu produk alam terbaik Indonesia yang di akui dunia.

Nah, dipertengahan acara--mendadak terdengar kabar jika pak Prabowo akan hadir untuk melihat secara langsung kelas kopi tersebut.

Ternyata benar, tak berselang lama, beliau sudah hadir dan langsung menuju tempat acara. Menariknya, Prabowo menyalami mentor acara yaitu Doddy Samura dan langsung menyebutnya "Barista...".

Bagi yang selama ini hanya tahu seduhan kopi sachet di warung yang tentu tidak paham dengan istilah Barista. Padahal, untuk mencapai gelar  sejenis "ahli kopi" ini sangat sulit. Ada berbagai macam lisensi dan tingkatan akreditasi untuk diakui sebagai barista. Dan saya bisa membayangkan, betapa bangganya seorang ahli kopi disebut dan diakui "barista" oleh seorang tokoh besar bangsa Indonesia yang juga pecinta kopi sejati.

Kemudian, ada hal yang tampaknya kecil namun sangat besar nilainya terjadi diacara tersebut. Hal itu adalah ketika Prabowo bertanya dan menerima jawaban dari sang barista.

Perhatikan bagaimana kedua tangan Prabowo bersedekap--menunjukan apresiasi sekaligus etika sopan santun dan kondisi siap menerima informasi dari seseorang yang lebih ahli darinya. Khususnya kopi.

Padahal bagi Prabowo, petentengan dan belagu sangat memungkinkan. Apalagi acara dilaksanakan di komplek gedung miliknya. Namun nyatanya beliau memilih atau memang sudah sesuai alam bawah sadarnya untuk selalu bersikap hormat pada siapa pun tanpa terkecuali.

Untuk lebih jelasnya, silahkan cek gambar atau VIDEO nya.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=v89ogc0IWA4&feature=youtu.be[/embed]

====

Penulis,

@hazmiSRONDOL
Don't Miss