Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Lokasi Latihan Fisik Timnas U19 (Sporthall Tembagapura, PT Freeport Indonesia)

Posted on Jumat, 26 Juni 2015 2 komentar

Jumat, 26 Juni 2015

Sebelum Timnas U19 begitu kondang dan menjarai AFF 2013 di tangan coach Indra Sjafri, Timnas U19 sempat terseok-seok mencari dana dan bantuan tempat latihan. Lapangan Sporthall Tembagapura milik Freeport inilah yang pernah dipakai untuk latihan fisiknya. Ketinggian 2000 meter (dpl) cocok untuk aklimatisasi tubuh...

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=Dtjolopbd6Q[/embed]

 

Sholat di MASJID BAWAH TANAH Freeport (Ash Haabul Kahfi - DOZ Underground)

Posted on Rabu, 24 Juni 2015 Tidak ada komentar

Rabu, 24 Juni 2015

Suasana masjid bawah tanah di area tambang Underground DOZ (Deep Ore Zone) PT Freeport Indonesia. Masjid ini berada 3000 meter (dpl) dan 1500 meter diukur dari puncak gunung Jayawijaya Papua, Indonesia. Selain Masjid, di dalam area tambang bawah tanah juga terdapat Gereja untuk pekerja tambang beragama nasrani

Pupil Mata Hitam Rasulullah

Posted on Tidak ada komentar
Beberapa hari hari ini mulai berseliweran status dan reshare artikel mengenai Islam Nusantara.

Jujur saja, saya agak bingung dengan dikotomi Arab & Nusantara ini. Kebingungan saya ini berdasarkan ciri-ciri fisik Rasulullah sendiri yang dari berbagai hadist menyatakan bahwa warna pupil matanya HITAM.


Warna khas pupil masyarakat jazirah Nusantara yang berbeda dengan orang arab yang kecokelatan atau abu-abu. Hal yang kadang membuat saya menduga-duga, jangan-jangan Rasul sendiri masih berdarah campuran orang Nusantara.

Kalau memang Kanjeng Nabi sendiri bukan Arab tulen, mengapa mesti dibuat batas Arab dan Nusantara?

Wallahualam bi Shawab.

Semoga suatu hari bisa bermimpi bertemu Rasulullah dan bertanya soal garis keturunannya yang menyebabkan pupil mata beliau sewarna dengan mata kita, mata orang Nusantara.

***

@HazmiSRONDOL

Social Media Freeport, Ketika Diam Tak Selalu Emas

Posted on Selasa, 23 Juni 2015 Tidak ada komentar

Selasa, 23 Juni 2015

Agak terkejut beberapa bulan yang lalu menerima pesan dari salah seorang yang mengaku mewakili Freeport Indonesia untuk meminta waktu agar bisa bertemu. Tentu saja, permintaan yang sedikit to the point ini membuat alisku berkerut. Ada apakah gerangan?

Usut demi usut, usai memberikan nomer telefon pribadi--permintaan ini masih terkait dengan tulisan lamaku di blog yang membahas perihal misteri royalti 1% Freeport saat era kampanye Pilpres 2014.

Berhubung sedang bergelantungan dan berdesakan dalam kereta komuter Jabodetabek, langsung saja kuterima permintaan bertemu ini. Setidaknya, jurus lama ‘melawan rasa takut dan penasaran adalah dengan menghadapinya’ tetap bisa teraplikasikan dalam perjalanan kehidupan saat ini.

Setelah bertemu, kekhawatiran mulai mencair. Ternyata, inti pembicaraannya adalah pertanyaan tentang dari mana data menulis perihal royalti Freeport tersebut diambil?

Heloow, sekarang zaman internet wahai bapak dan ibu. Ada wikipedia, ada mbah google dan begitu mudah mendownload data annual report tahunan induk perusahaan Freeport Indonesia di Amerika tersebut.

Walau memang, dengan modal pelajaran akuntansi dasar yang didapatkan di kampus dan sekolah, sedikit memaksa otak dan waktu sekitar dua minggu untuk lebih hati-hati menghimpun serta men-sarikan data tersebut. Apakah ada yang salah dengan data yang kusampaikan dalam tulisan sebelumnya? Kurang lebih itu pertanyaan balik dariku.

Tidak serta merta mereka membenarkan atau menyalahkan. Mereka lebih banyak menganguk-angguk dan memahami alur pencarian informasi yang kulakukan.

Lebih menariknya, pihak Freeport menawarkan untuk mencari data yang lebih menantang. Maksudnya, data berupa kunjungan langsung ke lapangan atau lokasi tambang di Papua. Lengkap dengan fasilitas karyawan dan suku-suku sekitar tambang.

Saya fikir, mentalitas kepo ala blogger tidak bakal mensia-siakan tawaran tersebut. Apalagi, kepulauan Papua belum pernah sama sekali kudatangi. Padahal begitu banyak cerita, mitos hingaa aneka macam berita dari berbagai macam sudut pandang kudapatkan.

Walau tetap saja, saya meminta ke pihak mereka untuk tidak membatasi sudut pandang, materi atau reportase yang hendak saya buat. Pihak Freeport tidak menolak permintaan ini, toh menurut mereka—adalah tanggung jawab seorang blogger untuk bersikap adil dan memberikan laporan apa adanya.

Sikap tidak resistant ini tetap saja ada pertanyaan kecil yang mengusik di pikiran. Kenapa tiba-tiba Freeport bersedia menuruti permintaan seperti ini?

“Kami tidak bisa melawan zaman, mas. Era keterbukaan internet mau tidak mau kami harus melakukannya. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali” jawabnya menjelaskan.

Ya, memang sikap diam Freeport yang tampak “tertutup” ini tentu mengundang banyak pertanyaan warga diluar lokasi tambang. Sepertinya, saat itu karakter industri tambang seluruh dunia ya memang seperti itu. Tanpa iklan, tanpa promosi, terima kontrak lalu kerja—sudah! Itu saja.

Bahkan tampak cuek bebek dengan pemberitaan yang beredar. Walau bisa jadi didalamnya tidak cuek-cuek amat, masa tidak panas kuping mendengar kabar yang pedas-pedas. Sedangkan kita hidup bertetangga diomongin di gardu pos kampling aja langsung sewot. Tidak selalu diam itu “emas”kan? Hehehe…

Nah, usai pertemuan singkat tersebut—sesampainya di rumah kucoba telusuri lebih dalam perihal perusahaan yang pernah dalam sebuah status di facebook kutanyakan “apa yang ada dibenak saudara jika saya menyebut satu kata: Freeport?”

Untaian pendapat yang, hmm, hampir 98% nya berisi sentmen negatif atau boleh dibilang—berbau caci maki. Hehehe… Walau tetap saja, tidak mengurangi rasa penasaranku terhadap rencana ‘keterbukaan’ Freeport Indonesia ini.

Sasaran pertama yang kucari tentu saja akun-akun social media Freeport Indonesia. Disana terdapat akun @IDFreeport di twitter, https://www.facebook.com/IDFreeport di Facebook dan freeportindonesia di Instagram.

Akun-akun ini sepertinya serempak pengaktifanya. Dari fasilitas discover first tweet, terlihat akun resmi Freeport mulai berkicau sejak tanggal 12 April 2013 dan berisi informasi lowongan kerja di perusahaan ini.

Jepretan Layar 2015-06-23 pada 02.43.18

Menariknya, walau memang terlambat hadir, dua tahun dari 40 tahunan hadir di Indonesia—akun social media Freeport Indonesia ini dinilai terbaik dari 3 besar perusahaan dalam kategori Mining (tambang) dan mendapatkan penghargaan Social Media Achievement Award 2014 yang diselenggarakan oleh Frontier Consulting Group milik Handi Irawan dan Majalah Marketing binaan tokoh marketing Indonesia—Hermawan Kertajaya.

Pencapaian tinggi di bidang social media ini ternyata tidak telepas dari sistem monitoring dan pengukuran berbasis sebuah platform khusus. Platform ini, ternyata juga dipakai oleh perusahaan-perusahaan besar lainnya seperti Telkomsel, XL, BNI46, Alfamart dan lain sebagainya.

Sebuah kerja keras yang memang patut dihargai, walaupun tetap saja—memunculkan sedikit kegelian saat mencoba mengakses konten-konten sosial medianya.

Ya, jikalau dibandingkan dengan akun sosial media perusahaan tambang dunia lainnya—Rio Tinto misalnya, akun social media Freeport tampak masih terlihat foto-foto yang diberi komando “cis kacang buncis, chiiis!” alias senyuman.

Memang tidak salah banyak senyum di foto-foto tersebut. Apalagi jika konsep foto perihal layanan rumah sakit, pendidikan, anak-anak bermain atau foto resepsionis perusahaan. Namun bagaimana foto pekerja tambangnya?

Jepretan Layar 2015-06-23 pada 02.43.41

Apa betul, dari tiga orang pekerja tambang dengan latar mesin ‘menyeramkan’ seperti Doctor Octopus di film Spiderman bisa ketiganya kompak tersenyum seperti itu?

Padahal, dulu sewaktu masih bujangan dan tinggal di kos-kosan—ada salah satu adik kelas pernah ‘kabur’ dari perusahaan tambang batubara tempatnya berkerja di Kalimantan. Padahal belum genap satu tahun bertugas disana. “Seram, mas. Kalau pekerja lagi kesel dan marah, lempar kunci Inggris segede gaban dibanting ke velg truk “. Ngeriiii…!

Nah, sangat terbalik dengan foto dari akun social media peusahaan tambang @RioTinto. Disana, kita bisa melihat foto-foto pekerja tambang yang sangat natural. Dari helm hotor, tangan berlumuran tanah, wajah-wajah serius, mesin-mesin raksasa berdebu hingga foto tambang diamond di Diavik, Canada yang tampak berlubang lebih rendah dari air laut.

Ya, bisa jadi memang mungkin pekerja tambang Freeport di Papua ini “sumeh-sumeh” dan murah senyum ala orang timur. Namun, tetap saja—kejanggalan ini mesti dituntaskan dengan segera mengunjungi langsung lokasinya. Agar misteri tambang Freeport ini, bisa lebih jelas terbuka.

Penulis,

@hazmiSRONDOL

Lokasi Tepat Uji Gangguan Suara Murattal Masjid & Lonceng Gereja

Posted on Minggu, 21 Juni 2015 4 komentar

Minggu, 21 Juni 2015


 


Sampai sekarang saya masih sependapat dengan PGI (Perseketuan Gereja Indonesia) yang tidak menemukan sisi esensial dan substansif dalam mensikapi statement pak JK yang mempermasalahkan suara rekaman murattal Al Qur'an di masjid-masjid.


Saya juga masih bingung, ada banyak hal yang lebih mendesak untuk dipikirkan untuk sosok sekelas JK ini. Apalagi dalam kondisi negara Indonesia 2-3 tahun terakhir ini sudah menjadi negara importir. Salah satu ciri tanda negara yang menjelang masa resesi ekonomi.


Mungkin, bisa jadi JK sedang mencoba menunjukan sikap "toleransi" nya kepada umat non Islam, walau menurut saya--ini kebablasan. Atau jangan-jangan rumahnya memang bersebelahan dengan masjid sehingga merasa terganggu ketika menjalang waktu subuh tiba?


Entahlah, namun kalau memang ingin bertoleransi--sebaiknya sesekali menginap di tempat lahir saya di Srondol Wetan, Banyumanik, Semarang. Disana ada dua suara khas yang terdengar setiap paginya.


Pertama dari arah timur, terdengar suara masjid yang memutar rekaman murattal dari jam 4-an pagi hingga waktu adzan tiba. Suara paling jelas terdengar dari masjid terdekat yang berjarak 100-an meter dari rumah.


Kedua dari arah tenggara, jam 5 pagi terdengat jelas suara lonceng gereja yang dari peta google berjarak sekitar 1000 m (1 Km). Gereja ini adalah gereja yang menurut saya pribadi sangat fenomenal. Karena Gereja yang bernama "Gereja Santa Maria Fatima, Banyumanik" ini (konon) saat dibangun diawasi langsung oleh Kardinal Indonesia.


Bahkan menurut cerita, salah satu Kardinal Indonesia pernah tinggal di gereja ini. Padahal menurut informasi dari rekan saya yang beragama Katholik, gelar "kardinal" ini satu tingkat di bawah Uskup di Vatikan. Nggak kebayang geger-nya Indonesia jika dahulu beliau ini yang terpilih jadi Uskup, kan?


Lalu, apakah warga Srondol Wetan di Banyumanik terganggu suara murattal dan lonceng ini? Setahu saya, semenjak kecil dan menyadari dua suara ini--belum ada tuh yang bisik-bisik mempersoalkan dua suara khas daerah kami ini.


Bahkan bagi kami sekeluarga, walau di rumah sudah punya jam weker pun, dua suara tersebut menjadi patokan bapak-ibu membangunkan kami saat kecil.


"Tangi, mas...! Mesjid'e wes muni...!" (Bangun, mas. Masjidnya sudah bunyi)
"Wealah, turu meneh...! Kui gerejane wes muni..!" (Ealah, tidur lagi. Tuh gerejanya sudah bunyi).


Kalau sampai tidak bangun juga, gantian radio dan TV disetel kencang-kencang agak kami terganggu dan segera bangun, lengkap dengan ancaman disiram air oleh ibunda tercinta.


Ya, suka tidak suka--walau dalam penelitian entah dari mana, Afrika dianggap negara dengan penduduk yang bangunnya paling pagi. Rata-rata jam 6.00 pagi. Walau menurut saya, seharusnya Indonesia lah negara yang paling pagi bangunnya.


Saya berani mengatakan hal tersebut karena, hanya di Indonesia-lah dimana "bangun siang" masih dianggap aib. Setidaknya terselip rasa malu jika disebut waktu bangunnya kalah cepat dibanding ayam berkokok. Tak heran soal men-oprak-oprak anak untuk bangun pagi seperti hal yang lazim diajarkan para orantua Indonesia untuk anak-anaknya. Apa pun agamanya.


Budaya bangun pagi ini saya duga berasal dari sejarah nenek moyang bangsa Indonesia yang sebagian besar penduduknya petani dan nelayan. Dua pekerjaan yang menuntut untuk selalu bangun pagi.


Bagi petani, jam 5 adalah saat berangkat ke sawah ladang dan nelayan saatnya berlabuh di pantai membawa hasil tangkapannya untuk di jual ke pasar. Bagi yang bangun kesiangan, silahkan rejekinya dipatok ayam--begitulah kira-kira kata orangtua kita dulu.


Ketika era petani dan nelayan mulai berakhir, budaya ini tidak terlalu berbeda. Contoh paling dekat adalah komplek perumahan saya di Bekasi ini. Saya perhatikan, untuk mengetahui tetangga kita beragama Islam atau tidak, tidak perlu cek KTP. Cukup perhatikan saat sholat subuh di Masjid.


Biasanya, yang non muslim berangkat sebelum atau pas saat suara adzan, sedangkan yang muslim, menunggu sholat berjamaah dahulu baru berangkat berkerja. Jadi sudah biasa kami saling berklakson ria menyapa dalam rentang waktu pagi yang singkat ini. Harap maklum, jika lewat dari jam tersebut, silahkan bermacet-macet di jalan menuju tempat kerjanya di Jakarta.


Sedangkan menanggapi komenter orang perihal menguji ketidak terganggunya suara muratal dan adzan dengan menyetel megapon di dalam pesawat atau ruangan kantor, saya pikir itu tidak "manggon" (sesuai tempat) dan "njarak" (sengaja banget menganggu).


Seperti halnya jika ada rekan non muslim membunyikan lonceng tangan di samping kita ketika sedang naik busway, ya pastilah ini juga tidak manggon dan njarak. Pasti kita terganggu, Orang Jawa menyebutnya : "Nyelelek" alias rada kurang ajar.


Suara Murattal dan Lonceng, tidak kami anggap menganggu karena memang tempat dan suasana membunyikannya sudah pada waktu dan tempatnya. Pagi hari di Masjid dan Gereja.


Nah, ada sedikit bonus bagi pak JK atau siapa pun yang penasaran dengan suara-suara tersebut di kampung halaman saya. Bonusnya adalah suara "ning-nong, ning-nong" berulang-ulang mirip suara gamelan tetapi hanya dua nada saja. Suara yang sayup-sayup muncul sekitar jam 1 s/d 2 pagi dari arah utara.


Sejauh ini, yang saya pastikan mendengar suara tersebut adalah kami se-keluarga. Belum sempat bertanya ke tetangga lainnya. Menurut almarhum bapak saya, suara tersebut adalah suara kampung/bangsa Jin yang hendak menunjukan keberadaannya.


Entahlah, wallaualam bi shawab.


Sekian, selamat sahur buat rekan-rekan yang melaksanakan ibadah puasa. Merdeka!


----


Penulis,  @hazmiSRONDOL


Puasa & Jebakan Rasa Lapar

Posted on Jumat, 19 Juni 2015 Tidak ada komentar

Jumat, 19 Juni 2015

 

"Makan dulu...!"

Itulah kalimat yang paling sering diucapkan istriku ketika kami hendak keluar bepergian keluar rumah. Khususnya ketika hendak belanja sesuatu. Termasuk saat belanja kuliner alias hendak makan di restoran, walau pun hanya sekedar 2-3 sendok makan.

Pernah suatu hari saya bertanya kepadanya, kenapa harus begitu?

"Rasa lapar itu berbahaya..." jelasnya.

Ya, saya harus mengakui kebenaran kata-katanya. Banyak kejadian hal-hal tak penting terjadi saat sedang lapar.

Salah satu contohnya adalah beberapa helai baju, celana, alat-alat tulis, renik-renik yang terbeli saat main ke mall dalam kondisi lapar. Saat pulang dan kenyang, muncul kebingungan. Buat apa barang-barang ini? Bahkan ada yang saat dipajang di toko begitu keren dan menarik, sampai rumah kok jadi biasa-biasa saja.

Pernah juga ada kejadian, sekitar seminggu yang lalu saat berada di mall baru di simpang Proyek Bekasi. Saat itu, saya dan anak sedang lapar-laparnya karena usai membeli baju dan celana untuk anak.

Seperti di cucuk hidung ketika di salah satu resto cepat saji, mbak pelayan seperti menawarkan sesuatu dengan gaya mengobrol.

"Mau paket, pak?"
"Kasih es cream root beernya? Enak looh"

Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang seperti membuat waktu pelayanan terasa lama dan sekali lagi benar kata istriku, lapar ini berbahaya! Saya menuruti semua tawaran tersebut. Saat itu pikiran saya yang terkuasai rasa lapar hanya ingin satu hal: buruan ayam goreng dan nasinya keluar! Saya mau empok secepatnya.

Alhasil, melongo-lah kami ini. Daftar paket yang ditawarkan ternyata masuk sejenis kue brownis dan ada olesan es krimnya. Itu pun saya baru tahu, roti brownis dan eskrimnya ada tarif tambahan. Es krim untuk root beer juga ada tambahan tarif. Padahal yang saya butuhkan bukan itu.

Ya, sudah kadung (terlanjur). Sudah bayar pula. Toh saat itu saya positif thingking bahwa ujung-ujungnya yang di makan hanya akan jadi ampas saja. Jebakan marketing lewat rasa lapar ini saya telan mentah-mentah saja. Hitung-hitung buat "biaya kebodohan".

Namun, beberapa saat keluar dari parkiran mall--saya baru ingat bahwa tas kresek berisi baju-baju anak tertinggal di sana. Saya segera keluar dari mobil dan berlari dengan anak kembali ke resto untuk menanyakan perihal tas kresek yang tertinggal ini.

Dengan muka entah beneran polos atau tidak, beberapa pelayan/petugas resto menjawab dengan beberapa kalimat:

"Saya tidak lihat, pak"
"Sudah dibawa ibu-ibu yang tadi, pak"
"Kami ada CCTV nya, pak"

Dan lain sebagainya yang seperti membela diri dan sangat mustahil. Ini tempat terakhir yang saya kunjungi di mall ini. Istriku sudah jelas-jelas tidak membawa tas tersebut. Jawaban-jawaban ini mulai membuat darah mendidih, apalagi mendadak dengan beraninya anak saya nylonong masuk ke belakang kasir dan dapur. Menggeledah.

Alamak!

Tas kresek berisi baju dan celana tersebut ada dipojokan dekat kasir! Thole dengan suara meninggi berteriak: "INI DIA BAJUNYA...!!"

"Ini punya orang yang ketinggalan" kata mbak kasir dengan gemetaran.

"Ya ini yang saya cari tadi. Kok baru ngaku setelah digeledah? Mau jadi maling?" kataku geram.

Suasana mendadak hening. Tangan sudah mengepal keras. Ruang dan jarak aku ukur untuk menentukan ruang bertarung. Beberapa karyawan resto itu kutatap satu-satu, sepertinya bakal banyak yang babak belur.

Apalagi kalau ada satu ucapan mereka keluar sore itu. Hawa diri sendiri sudah sangat khas kusadari, sama plek ketika sedang menghadapi preman-preman yang sering memaksa meminta uang "koordinasi" saat sedang mengawasi proyek kantor di jalanan.

Namun ternyata semua membuang muka, bahkan mbak kasir tempak menunduk. Tak berani menatap.

Namun mendadak sepertinya ada malaikat yang membisiki "Sudahlah, mungkin mereka sedang lapar".

Ya, bisa jadi mereka sedang lapar juga. Ketika melihat tas berisi baju, mereka teringat adik atau saudaranya yang hendak ia belikan tapi gaji berkerja di resto tidak mencukupi.

Bisa jadi mereka anggap "rejeki" jika ada barang belanjaan baju tertinggal di meja makannya untuk dibagi-bagi sesamanya. Apalagi mall tersebut memang sebagian besar adalah toko baju. Dan apes saja jika kali ini, saya dan thole teringat bajunya yang tertinggal. "Rejeki" mereka batal untuk hari ini.

Usai kejadian itu, di rumah kami pun berdiskusi soal bahaya rasa lapar ini.

Jadilah kami menghubungkan dengan ibadah puasa yang akan kita jalani beberapa saat lagi. Ternyata memang benar, puasa (shaum) artinya al imsyak atau menahan-- esensinya lebih dari sekedar menahan reaksi lambung yang kosong saja.

Namun juga kesempatan mengenali reaksi bawah sadar kita ketika sedang lapar agar bisa mengontrolnya.

Hal yang salah satu manfaatnya adalah menghindari "jebakan marketing". Dimana rasa ini sepertinya sangat dipahami para "pedagang" ke pembelinya. Seperti yang terjadi pada saya sebelumnya. Hahahaha.

Sekian, selamat beribadah puasa buat saudara saudariku yang menjalaninya. MERDEKA!

***

follow: @hazmiSRONDOL

Buku tentang Prabowo, Jadi Koleksi "Library of Congress, USA"

Posted on Minggu, 14 Juni 2015 Tidak ada komentar

Minggu, 14 Juni 2015

 

Alhamdulillah, untuk kedua kalinya--buku tulisan saya masuk dalam koleksi perpustakaan terbesar di dunia, "Library of Congress, USA"

Jika sebelumnya, novel komedi romantis "Srondol ke Italy" yang masuk dalam jajaran buku pilihan pustakawan level internasional dengan LC number: 2011309573 dan link online: http://lccn.loc.gov/2011309573


Kini, buku tentang sosok pemimpin dan negarawan besar Prabowo Subianto berjudul "Diculik Prabowo, Sebuah Biografi--Lucu tapi Nyata" dengan penerbit LIMAU Publishing ini menyusul terpilih dalam koleksi perpustakaan milik "DPR" nya Amerika ini.

Salam situsnya, buku ini diberi catatan khusus dengan caption:

"On political journey of Prabowo Subianto , an Indonesian politician."

Ya, memang masuknya buku ini di sana--saya tidak mendapat bonus finansial dari perpustakaan tersebut. Namun yang pasti ada nilai-nilai yang "tak ternilai" dengan pencapaian ini.

Hal ini jauh lebih membuat dada sesak karena bangga karena itu berarti--dimata internasional, bolehlah saya bersyukur telah diakui dan masuk dalam jajaran buku & penulis kelas dunia. Setidaknya bukunya bersanding dengan penulis internasional lainnya dalam rak bisu tersebut.

Selanjutnya, dengan masuknya buku tersebut--pandangan legislator atau politisi di Amerika atau dunia terhadap sosok Prabowo Subianto mendapat referensi & sudut pandang lain yang lebih personal dan apa adanya. Tak hanya sudut pandang dari media lokal Indonesia yang terkadang penuh distorsi.

Terakhir, semoga kedepan--Allah memberikan kemurahan rejeki agar saya bisa mengunjungi langsung ke perpustakaan tersebut di Washinton untuk melihat sendiri dimana buku tersebut berada.

Amiiin

Link buku di Library of Congress, USA: http://lccn.loc.gov/2014308076

Dollar Parkir di Titik 13.250, Awas...!!! Rupiah Terlemah Sejak 1998

Posted on Jumat, 05 Juni 2015 Tidak ada komentar

Jumat, 05 Juni 2015

4 Juni pukul 13:11

Bagi yang suka memperhatikan grafik kurs dollar ke rupiah di situs http://www.bloomberg.com/quote/USDIDR:CUR tentu sudah paham tentang pertanda apa di pergerakan grafik tersebut.

Pada siang ini, dollar sudah mulai "parkir" di angka 13.250 dan BI (Bank Indonesia) yang biasanya intervensi dollar di siang hari ini tampak tidak terlalu frontal menahan laju dollar. Ini terlihat dari grafik lurus diangka 13.245 sd 13.248.


13.250 ini adalah sebuah titik yang sangat berbahaya untuk rupiah. Titik jebolnya Rupiah. Jika BI tidak mampu meredam dengan melepas cadangan devisa dalam dollarnya, rupiah akan terpelanting melonjak ke diatasnya. Bisa jadi segera ke 14.000 an atau 15.000 an. Biasanya, pemain dollar akan "take profit" di sesi ini.

Nah sekarang tinggal BI memilih, menahan laju dollar atau menahan cadangan devisa agar tidak tergerus tetapi dollar jadi joged-joged di atas panggung.

Seeeerrrr...... Seru ya?

***

4 Juni pukul 14:39

RUPIAH TERLEMAH SEJAK 1998

Baru juga di omongin di status --> https://web.facebook.com/hazmi.srondol/photos/a.624637194300028.1073741828.622903671140047/795916427172103/?type=1

E, langsung kejadian. Gegara Prabowo presiden nih, dollar ngamuk begini...

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2015/06/04/131746226/Makin.Terpuruk.Rupiah.Sentuh.Level.Terendah.sejak.1998

Jepretan Layar 2015-06-04 pada 14.37.10

Don't Miss