Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Urang Minang & Pertanda Politik Indonesia

Posted on Selasa, 15 Juli 2014 Tidak ada komentar

Selasa, 15 Juli 2014

Saudara-saudara,

Ada yang begitu menarik perhatian saya dalam masa menunggu hasil rekapitulasi resmi KPU dalam Pipres 2014 ini. Hal itu adalah perihal pergerakan politik masyarakat Minangkabau.

Ya, menurut informasi--sementara di Wilayah Sumatera Barat, khususnya kota Padang, pasangan Prabowo-Hatta sangat mendominasi. lebih dari 75% keterpilihannya.

Padahal, Padang dan sekitarnya termasuk daerah yang jarang dikunjungi Prabowo sewaktu kampanye Pilpres 2014 ini. Kampanye resmi terakhir yang tercatat adalah tahun 2009. Sedangkan tahun 2014 ini--pak Hatta Rajasa yang malah berkunjung.

Walaupun memang, ada salah satu komentar dari Prabowo di pages fesbuknya yang pernah mengatakan "sulit menolak ajakan untuk makan gulai ikan Padang" dari pengikutnya saat diundang mampir ke Padang dan dijanjikan ditraktir gulai ikan. Komentar ini pernah saya baca sekitar pertengahan tahun 2013-an.

Tentu kemenangan Prabowo di tanah Minang sangat mengingatkan bagaimana pergerakan Jawa-Minang era pra Kemerdekaan dan Kemerdekaan Republik ini sendiri.

Mari kita buka catatan buku PSPB zaman sekolah dasar dulu. Bagaimana Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro bergerak dalam waktu yang kurang lebih bersamaan dalam menantang penjajahan Belanda. Imam Bonjol tahun 1821-1837 sedangkan Diponegoro 1825-1830. Dua perang yang mengakibatkan Belanda dalam kebangkrutan yang luar biasa.

Dua perang yang saya yakin, secara politik tidak ada hubungannya mengingat perbedaan latar belakang pemahaman agama keduanya. Walau sama-sama Islam dan bersorban.

Saya yakin juga, hubungan ini adalah murni ikatan benang merah yang tak terlihat--hubungan emosional yang kadang saya fikir ada korelasinya dengan persaudaraan tanah Jawadwipa sebelum pulau Sumatera dan Jawa terpisah oleh letusan gunung Krakatau.

Hubungan ini pun kembali terlihat dan menjadi pertanda besar kemerdekaan Indonesia. Boleh cek status lama saya perihal kopiah Bung Karno yang merupakan koreksi model fashion dari ulama Minang, dari kopiah mendek menjadi kopiah tinggi. Lalu bersambung dengan hadirnya Bung Hatta, yang menjadi tandem proklamasi Bung Karno di Nusantara ini.

Dan sekarang, kembali Urang Minang bergerak kembali. Setelah sempat terlihat "vakum" dan menjadi kegelisahan berdua dengan istri beberapa tahun lalu. Sekarang, bisa kita cek grup-grup Facebook urang Minang, bagaimana cara mereka berifikir dan bergerak di politik tidak sama dengan di tempat lainnya.

http://politik.kompasiana.com/2013/07/12/orang-minang-dan-diplomasi-572905.html

Militansinya mengagetkan. bagi yang berbeda kubu dengan Prabowo, siapkan mata dan telingan anda, sangat pedas bagi yang tidak siap membaca dan mendengarkannya.

Pernah saya berbincang dengan beberapa pedagang Minang di Tanah Abang dan Thamrin City tentang politik di tanah air ini, mereka menjawab: dulu leluhur kami datang (berpolitik), belanda yang bercokol 350 tahun terusir, lalu kini kami kembali datang untuk kemerdekaan Indonesia jilid kedua.

Statement yang membuatku kembali tersenyum. Senyum penuh harapan dan senyum karena teringat dengan sebuah tulisan setahun lalu tentang koin Rp.100 tahun 1978.

Ya, koin itu terdapat dua gambar di kedua sisinya. gambar rumah gadang dan gunungan wayang.

Pertanda?

Wallaualam bi shawab.

Selamat siang dan tetap MERDEKA...!

Antara Jari Telunjuk Jokowi & Hazmi Srondol

Posted on Sabtu, 05 Juli 2014 Tidak ada komentar

Sabtu, 05 Juli 2014

Saudara-saudara,

Tolong jangan tertawa dulu melihat foto yang saya unggah ini. Ya, memang dua sosok yang muncul dilayar saudara-saudara adalah saya--sahabat kalian semua dan Jokowi--salah satu capres tahun 2014 ini.

Gambar Jokowi ini saya temukan sekitar satu jam yang lalu dari salah satu akun fesbuk rekan saya yang mendukung beliau. Kalau tidak salah, gambar tersebut sebenarnya berupa gambar sampul FB yang berisi kampanye dan reminder 4 hari menuju hari pencoblosan.

Kemudian gambar tersebut saya crop/potong untuk disesuaikan dengan gambar akun fesbuk saya yang kebetulan ada beberapa kemiripan serta perbedaannya.

Nah, untuk persamaannya tentu secara umum mudah terlihat, yaitu sama-sama memakai kemeja putih dengan lengan digulung serta sama-sama jari telunjuknya menunjuk arah tertentu.

Sedangkan perbedaannya, kurang lebih begini:

1. POSISI TANGAN

Saya menunjuk dengan telunjuk tangan kanan, sedangkan Jokowi dengan telunjuk tangan kiri.

2. PECI

Selain simbol nasionalisme, secara historis saya merasakan beberapa kemudahan saat memakai peci di Tanah Suci saat Umrah. Dengan peci plus sarung, alhamdulillah--saya dimudahkan oleh para askar arab untuk beribadah diberbagai tempat mustajab, contohnya saat sholat di raudhah Masjid Nabawi.

Ya, harapannya sih--semoga di tanah air juga diberi banyak kemudahan oleh Allah seperti halnya di Tanah Suci, amiiin.

3. CINCIN AKIK

Batu akik hitam yang tampak difoto profil saya adalah jenis batu akik Yaman Hitam atau lazim disebut batu Al-Jaza Al Yamani atau batu Habasyi.

Secara spiritual, diriwayatkan dari Anas bin Malik berkata bahwa cincin Rasulullah saw terbuat dari perak dan batu (cincin) nya adalah batu Habasyi. (HR. Muslim).

Konon juga, menurut riwayat dari Sayyidina Ali ra-- Rasullulah ketika usai sholat lalu memberikan akik dengan batu jenis habasyi ini kepadanya dan disebutbahwa batu yang selalu bertasbih dan beristigfar kepada Allah dan pahalanya diberikan kepada pemakainya. Alhamdulillah kalau benar, ini jadi salah satu sunah yang mudah.

Nah, kalau dari sisi pergaulan berbeda lagi. Kebetulan saat pertama memakai cincin batu ini--saya bertemu salah satu "mandor" atau jagoan kampung Betawi Bekasi yang mengatakan jika saya sudah sah jadi manusia. Saya pun binggung dengan statement tersebut lalu bertanya, "emang gak pakai cincin akik bukan manusia gitu, bang?"

Pertanyaan yang dijawab: "Ya setahu saya, saya seumur hidup belumpernah melihat monyet pakai cincin akik, om"

Hoalah, asyeeem....

4. KACAMATA HITAM

Serius, saya bukan sedang sok jadi Bung Karno atau jendral Mc Arthur. Pemakaian kacamata ini terpaksa saya pakai saat mendadak teringat kata anak pertama saya yang dulu pernah meminta dibelikan kacamata hitam/gelap.

Permintaan yang sempat membuat saya tertawa lalu mendadak tercekat diam saat ia mengatakan alasannya, alasan yang munkin ditirunya dari dialog film kartun yang ditontonnya, yaitu:

"Aku mau pakai kaca mata hitam karena aku tahu, arah masa depanku sangat terang, cerah dan menyilaukan"...

Sekian, selamat pagi, tetap semangat menuju masa depan yang terang benderang.

MERDEKA...!
Don't Miss