Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Pil "Ndablek" untuk Pendukung Prabowo

Posted on Rabu, 30 April 2014 Tidak ada komentar

Rabu, 30 April 2014

Suka tidak suka, dalam Pilpes 2014 ini hanya akan terlihat “perang” dua kubu saja. Prabowo dan Jokowi.

Bukan bermaksud merendahkan capres lain, tapi memang begitulah faktanya. Dalam Pilpres ini pun, terlihat bahwa terjadi perang marketing dengan basis penggunaan “bahasa” Jawa sebagai inti komunikasinya. Setipe dengan pileg 2014 sebelumnya

Koalisi PDI-P dengan senjata pamungkas bernama Paklik Jokowi-- yang mempunyai brand ndeso dan blusukan digunakan sebagai pilar jurus “bed cover” nya budhe Megawati. Mungkin ada sesuatu yang ditutupi?

Dalam strateginya, bahasa ala Jawa “merendah meninggikan mutu” selalu dipakainya dalam setiap waktu. Efek memelas coba ditimbulkannya. Ndak papa, namanya juga strategi. Sah-sah saja.

Cuman menurut saya, yang paling bahaya buat pendukung adalah positioning kubu Jokowi yang mencoba menjadi ‘wasit’ dalam Pileg dan Pilpres 2014 ini. Coba perhatikan gaya bahasa mereka:

“Saya ndak mau nangepi, nanti-panas-panasan”

“Jokowi makin diserang, rakyat makin cinta”

“Kan kemarin (2009) nggak menang? Nggak berlaku dong perjanjiannya”

“Jangan sindir-sindir, adu program saja”

dan bla-bla-bla yang serupa.

Gaya bahasa “bersayap” atau bermakna ganda ini jelas mengarahkan Prabowo sebagai capres yang emosional anti woles, penyerang Jokowi, nggak move on dan satu-satunya yang punya program.

Padahal bersemangat berbeda dengan esmosi, mengabarkan bukan berarti menyerang, mengingatkan integritas bukan berarti patah hati dan adu program? uhuk-uhuk (keselek)—programnya blom jadi. Pas jadi pun--kok kayak dejavu ama sebagian kecil program Prabowo. hihihih...

Rasanya, ini akan sangat bodoh jika kubu Prabowo menuruti aturan main yang dibuat mereka. Aturan yang jelas berbeda bahasa dengan PRABOWO yang selama ini memakai “bahasa” Jawa BLAK BLAKA-SUTA. Blak-blak-an tanpa tedeng aling-aling apa adanya. Mirip bahasa orang Bugis, Batak, Papua, Aceh, Dayak, Surabaya dan luar Jawa Tengah lainnya.

Cuman bedanya, ketegasannya mesti diperhalus dengan imbuhan kata ‘maaf’ di depannya. Contoh:

“(maaf) Tidak mau!”

“(nuwun sewu) ora sudi”

“(sepurane) sak karepmu”

dan lain sebagainya.

Dan dalam sejarahnya, BLAKA SUTA selalu sukses mengobrak-abrik bahasa ‘bersayap’ yang gaje ala cewek lagi menstruasi ini. Boleh cek gaya Gajahmada, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Soekarno hingga Sinuhun Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Identik!

1398730525348944874

Hadist tentang Kuda


Jadi, bagi rekan-rekan pejuang politik pro Prabowo—tetaplah BLAKA SUTA. Tetap dan teruslah jujur blak-blak-an apa adanya.

Mau ngingetin soal penjualan aset negara zaman pemerintahan Megawati, monggo.

Mau terus tagih janji Perjanjian Batu Tulis, monggo.

Mau ngasih tiket Jokowi pulang kampung ke Solo, monggo

Mau sebarluaskan 6 Program Aksi Gerindra, monggo

Mau selfie ama Mas Garuda, Monggo

Mau bahas kode keris dipinggang Prabowo, monggo

Mau pamerin drumband Gerindra dimana yg lain gak punya, monggo

Mau jelasin hadist Nabi soal keutamaan belajar berkuda, memanah dan berenang, monggo

Mau suruh aktivis abal-abal cari bocoran isi DKP (dewan kehormatan perwira) yang ada catatan wawancara Prabowo Subianto soal 98 pakai wikileak atau tuyul sekalian, monggo

Mau ....(tulisen dewe), monggo

Namun, ada satu syarat agar ‘bahasa’ BLAKA-SUTA ini sukses dan paripurna, yaitu minum pil rahasia yang bernama : PIL NDABLEK.

Atas ijin Allah, menengak pil ajaib ini—Ibu Pertiwi yang menjelang sekarat bisa diselamatkan.

Kalau bukan kita, siapa lagi?

Kalau bukan sekarang, kapan lagi?

Salam,

Hazmi Srondol

Membongkar Arsip "Top Secret" Amerika & Australia --Perihal Campur Tangan Asing Terhadap Kedaulatan Indonesia

Posted on Senin, 28 April 2014 Tidak ada komentar

Senin, 28 April 2014

Saudara-saudara,

Ada kejadian menarik saat Prabowo hadir di kantor pusat PEPABRI (22/4/2014) memenuhi undangan seniornya di TNI seperti pak Agum Gumelar dan pak Wismoyo Arismunandar dkk--terjadi kebocoran pembicaraaan disana.

Ruangan yang tertutup itu ternyata entah lupa atau disengaja--speaker nya masih menyala dan statement Prabowo terdengar jelas oleh para wartawan yang menunggu di luar.

Prabowo sempat mengucapkan soal krisis moneter 1998 yang dianggapnya "bohong" belaka. Menurut data yang dirangkumnya--memang terbukti tahun 1997-2000 tersebut Indonesia mampu meraih neraca positif export import yang tinggi. Rata-rata $ 25 miliar (Rp. 250 trilyun).

Prabowo menyebut saat itu yang terjadi adalah "perang ekonomi" karena adanya campur tangan pihak asing yang menjatuhkan nilai kurs rupiah yang mencapai penurunan 5000%.

Sungguh saya terkejut dan mencoba mencari perbandingan neraca export import saat ini. Makin terbelalak, tahun 2012 Indonesia defisit -$1,6 miliar (Rp. 16 Trilyun) dan 2013 lebih parah menjadi -$3,3 miliar (Rp. 33 Trilyun). Ini artinya, Indonesia sekarang sudah murni menjadi negara pengimpor dan sedang dalam kondisi krisis moneter sebenarnya.

Namun kita tidak dibuat tidak sadar dengan kondisi ini. Seperti dinina-bobokan.

Nah, kali ini saya tidak ingin panjang lebar membahas hal tersebut diatas. Saya ingin menggaris bawahi soal kata 'PERANG EKONOMI" yang esensinya sangat jelas bahwa kita memang sekarang sedang masuk dalam perang kemerdekaan jilid 2. Perang kedaulatan ekonomi.

Ya, saya tahu jika masih ada yang menganggap keterlibatan dan campur tangan asing khususnya Amerika adalah sekedar pengetahuan umum tanpa bukti kongkrit. Bahkan muncul semacam ledekan jika kita memberikan pertanda agar masyarakat Indonesia waspada terhadap campur tangan Amerika lagi terhadap hajatan Pilpres 2014. Katanya, "Iya, si copras-capres ini emang antek amerika--tuh lihat hidungnya segitiga". Ckckck...!

Coba sekarang mereka kita paksa membaca bocoran dokumen TOP SECRET yang saya unggah di google drive ini dengan link: https://docs.google.com/file/d/0BzmAljPlsjuoVXU1bmxjU09zZ1E/edit

Mungkin kita baru sadar dan terkejut.

Betapa memang Amerika dan sekutunya punya kepentingan yang sangat besar terhadap negara yang sangat kita cintai ini--INDONESIA!

Bahkan sejak negara kita ini berdiri tahun 1945 di zaman Bung Karno, pak Harto dan kini SBY.

Boleh cek documen pertama bernama "Pentagon Pappers: Eisenhower Administration" tahun 1953 yang diberi tanda stabilo kuning --sangat jelas dituliskan jika Presiden Eisenhower saat rapat dengan gubernur-gubernur Amerika mengatakan:

--"Anda benar-benar tidak paham, mengapa kita begitu peduli dengan sebuah sudut di tenggara Asia (Indonesia)."--

--"jika kita kehilangan semua itu, bagaimanakah dunia bebas akan mempertahankan 'empire" Indonesia yang kaya?"--

--Jadi ..., ketika Amerika Serikat memutuskan mengeluarkan $400 juta dolar (tahun 1953) untuk membantu perang itu, kita tidak memilih untuk program "giveaway". Kami memilih cara termurah yang kami bisa untuk mencegah terjadinya sesuatu yang paling mengerikan bagi Amerika Serikat--khususnya keamanan kita, kekuatan dan kemampuan untuk mendapatkan hal-hal tertentu kita butuhkan dari kekayaan di wilayah Indonesia, dan dari Asia tenggara."--

Bagaimana? Mengerikan bukan? Dokumen ini dengan sangat gamblang menjelaskan bahwa kekayaan alam kita memang diburu Amerika dan sekutunya untuk dihisap.

Gayung bersambut pun muncul dari tetangga kita paling selatan--Australia. Dokumen-dokumen tersebut juga menginformasikan tentang pengetahuan Pemerintah Australia akan pergerakan untuk membuat Maluku, Sulawesi Selatan, Aceh, Maluku Utara dan Sumatera Tengah untuk merdeka dari Pemerintah Indonesia.

Walau pun--alhamdulillah sampai kini masih lebih banyak rakyat Indonesia yang memilih bersatu dibawah panji Merah Putih dan Pancasila

Ditambah dokumen lain yang mengkonfirmasi tentang bantuan kemanusiaan Amerika dan Australia sebagai cara menekan pemerintah Indonesia agar tidak menasionalisasi perusahaan minyak Amerika yang beroperasi di Indonesia.

Bahkan kita juga bisa melihat bagaimana tahun 1961--Australia membuat pendataan peralatan perang yang dimiliki oleh Indonesia, lengkap dengan analisa jangkauan pesawat TNI AU, kapasitas kekuatan TNI AD, ketakutan Australia akan kendali Papua Barat oleh Indonesia yang menjadi ancaman nyata untuk Australia yang ingin membentuk "Australian New Guinea" dan Australia Timur.

Belum lagi keinginan Amerika dan Australia agar Indonesia menjadi "ramah" terhadap ekonomi Singapore. Halah, preeeeet!

Makin menjengkelkan tentu berita kabel Kedutaan Australia di jakarta tahun 1965 yang berisi tetantang partisipasi Australia dalam menjatuhkan Pemerintah Soekarno.

Nah, itu fakta dari dokument TOP SECRET yang tersimpan dengan baik dan baru dibuka 30 tahun kemudian karena adanya UU untuk membuka dokumen negara ini.

Dokumen yang jelas menunjukan tujuan utama mereka yang sangat sederhana: Memastikan rejim yang berkuasa, "berkuasa sesuai" dengan kehendak mereka.

Lalu sekarang di tahun 2014 ini - tahun pergantian presiden Indonesia, apakah publik Indonesia akan kembali tunduk pada skenario Amerika, ataukah kita bisa memilih pemimpin kita sendiri?

Apakah 30 tahun dari sekarang, tahun 2044 ketika dokumen-dokumen yang hari ini dicap TOP SECRET oleh pemerintah Amerika dibuka, kita atau mungkin anak dan cucu kita akan menangis karena kalah pada skenario Amerika--atau bangga karena berhasil mengalahkan mesin propaganda media mereka untuk mengangkat presiden 'boneka"?

Saya kembalikan lagi kepada saudara-saudara sekalian sebangsa setanah air, walau saya tetap akan memilih berjuang demi Indonesia yang berdaulat penuh secara ekonomi, dan berdaulat penuh secara politik.

Selamat pagi dan tetap MERDEKA...!

Indosat Yang Kau Jual itu 'Asset' Negara, Bukan 'Liabilitas' !

Posted on Minggu, 27 April 2014 Tidak ada komentar

Minggu, 27 April 2014

Saya belum pernah tertawa ngakak sekeras ini ketika membahas penjualan Indosat saat era rezim ekonomi Megawati.

Bayangkan saja, ada akun yang (konon) bergelar Sarjana Ekonomi mengatakan bahwa penjualan Indosat adalah menjual "liabilitas"--bukan "asset". Penjualan ini juga untuk menutupi APBN untuk salah satunya pembelian alusista TNI.

Hihihi....

NGAKAK no. 1 :

Istilah liabilities dan asset yang dipakai adalah bedasarkan buku Rich Dad, Poor Dad karya Robert T Kiyosaki. Dalam bukunya, istilah ini dijabarkan sbb:

(1). Asset adalah: Segala sesuatu yang mengalirkan uang ke kantong anda.
(2). Liabilitas adalah: Segala sesuatu yang keluarkan uang dari kantong anda.


Sayangnya, sepertinya yang menulis itu perlu dicek lagi ijasahnya. Sepertinya sih, cuman beberapa lembar saja yang dibaca--esensinya enggak.

Lha bayangkan, Indosat kok dianggap "liabilitas" alias "nyedot" pendapatan negara? Padahal dalam sejarahnya Indosat sebelum dijual dan di merger TIDAK PERNAH RUGI...! Bahkan 10 tahun berturut-turut mendapatkan penghargaan sebagai BUMN terbersih dan pembayar pajak tertinggi di Indonesia.

Sudah begitu, saudara-saudara tahu harga penjualan Indosat? Hanya Rp. 3,7 Trilyun!

Harga yang sangat murah untuk perusahaan sekelas Indosat. Di Singapore, dengan uang segitu hanya cukup untuk membeli lisensi/ijin frekuensi GSM saja!

Kalau di Indonesia (saat itu) bisa untuk membeli lisensi GSM, CDMA, SATELIT, internet, MIDI, termasuk gedung yang di ring 1 (sekitaran monas), dan para engineer ganteng kayak saya, eh, dengan gaji lokal. *tepok jidat.

Ini mah jual ayam emas, bukan telor emasnya.

Sudah begitu, transaksi penjualannya pun di negara Mauritius. Negeri antah berantah.Tahu tujuannya? Ya agar pajak penjualannya kecil. Ini mah lebih hina dari Neolib. Walau mengesalkan dan konsisten berkonsep Neolib, kenapa gak transaksi di Indonesia? Bayar dong pajak penjualannya!

Sudah begitu, penjualannya mepet dengan RUPS tahunan. Tahu maksudnya? ya setelah beli, sebulan kemudian langsung dapat pembagian deviden. Alamak! Gubrak! Enaaak bangeeet!

Lanjut ke NGAKAK ke 2:

Megawati dalan tweet beladirinya mengatakan, Pemerintah butuh suntikan dana untuk menutupi APBN. Untuk beli alutsista TNI misalnya.

Halooow!

Berapa sih 3,7 T dibanding APBN 2002 yang Rp. 323 T? 1% nya pun tidak ada. kenapa tidak ditutup kebocoran negara yang mencapai (minimal) 25% nya yang sekitar 80 T? Emang bisa buat beli apa dengan uang penjualan Indosat tersebut?

Harga pesawat pempur Sukoi Su27 satu skuadron saja sekitar Rp. 18 Trilyun lebih? Belum kapal selam, panzer dan lainnya...

Jepretan Layar 2015-09-04 pada 21.54.53
Jadi, soal penjualan Indosat ini saya sependapat dengan pak Kwik Kian Gie kepala Litbang PDIP yang mengatakan penjualan Indosat itu salah resep ekonomi. Namun sayangnya, Megawati lebih mendengarkan Laksamana Sukardi dan genk of three di internal PDIP. Bahkan saya jadi kasihan mesti ngetweet pembelaan diri yang bagi saya, malah tidak nyambung.

Apalagi ada yang lebih menyakitkan dari penjualan ini, yaitu dicabut nya "badge" PEJUANG TELEKOMUNIKASI di dada mereka menjadi sekedar "profesional" yang berbasis "kerja sesuai gaji" dan "Karya berdasar absensi".

Padahal, dalam sejarahnya--Indosat berisi insinyur-insinyur terbaik di Indonesia. bahkan banyak "jebolan" Indosat berperan penting di operator lain. Pak Hasnul Suhaemi misalnya--direktur XL yang juga ex direktur Indosat.

Masih ingat saat kabel laut Sea-Me-We (South East Asia- Middle East - West Europe) 2 putus tahun 2000 an? Dimana operator lain kelabakan, insinyur Indosat dengan cepat mengalihkan trafik ke satelit dan lainnya. Internet aman.

Bahkan hari Kamis kemarin, saat terjadi tabrakan IP address dan mengakibatkan trafik Indosat jatuh, dengan cepat (sekitar 3 jam) bisa dipulihkan. Padahal negara lain belum tentu.

Artinya, kembalikan Indosat ke pangkuan Ibu Pertiwi! Saatnya BUY BACK! Walau harga Indosat sudah 26 trilyun rupiah akibat kelamaan digoreng di bursa saham, tapi saya yakin--dengan menutup kebocoran uang negara Rp. 1000 T sesuai konsepnya Prabowo Subianto.

Semua ini bukan mimpi.

Selamat malam,

MERDEKA!

[Hazmi Srondol]

Sapaan "Assalamu'alaikum ya Rois Indonisi...!" kepada Presiden Indonesia

Posted on Tidak ada komentar
Sebenarnya saya sudah teramat cukup dengan statement kawan dari Solo soal ke-haji-an Jokowi di status komen fesbuknya.

Namun entah mengapa, mendadak saya mencabut kepercayaan ini setelah ia menuliskan panjang lebar kali tinggi tentang kisah kehajian Jokowi. Awal yang saya butuhkan adalah statement sederhana seperti "Bapak saya ikut walimatul safar pas Jokowi naik Haji" atau "ikut bantu ngurusin bikin banca'an berkatan hajinya" dan hal kecil lain seputar budaya mengantar haji ala Indonesia.

Namun, bukannya hal itu yang dibahas--malah lebay memposisikan Jokowi sosok yang paling diserang, anti narsis walau jelas dari fotonya jaman masih jadi walikota dengan becak dan gerobaknya adalah kenarsisan tingkat akut dan bla-bla-bla lainnya. Paling parah ya soal tahun naik haji Jokowi yang saling tumpang tindih antara tahun 2003 dan klaim tahun 2000.

Ya saya maklum, memang karakter 'sumbu pendek' ala projo belum bisa hilang. Semua strategi untuk menangkis pertanyaan masyarakat soal bibit-bobot-bebet Jokowi seperti di persiapkan. Padahal adalah hak seluruh warga negara untuk mengetahui syarat dasar 3B tersebut untuk semua calon pemimpinnya secara jujur dan terbuka. Kalau tidak berani dibedah bibit, bebet, bobotnya--ngapain juga maju nyapres?

Kalau dalam kelas beladiri--kasta Projo ini masih di sekitaran "bujutsu", alias teknik tangkis menangkis, ngeles mengeles atau berbalas pukulan. Masih jauh dari kasta "bushido" yang berbasis pemahaman esensial sebuah pertarungan ala Taichi/Aikijujitsu.

Apalagi di masukan dalam kelas "bushin" atau 'beladiri spiritual' ala silat Cikalong Pancer Bumi, Silat Cingkrik Qoning Betawi, Aikido murni ala Morihai Ushiba atau kelas kungfu "Panda" yang menemukan esensi jurus tertinggi berupa gulungan kertas kosong yang berarti "ikhlas".

Padahal, jikalau Jokowi belum haji pun tak mengapa. Kalau beneran sudah haji juga lebih baik. Karena esensi utama saya bukan pada hal tersebut. Saya lebih menyorot pengalaman beribadah ini untuk menyelesaikan salah satu masalah besar negeri ini yaitu: sistem perhajian itu sendiri.

Toh pak Harto juga pernah dengan polos, lugu dan jujurnya mengatakan "Tapi kan saya sudah Umroh?" saat ditolak menjadi anggota IPHI (Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia) pada akhir tahun 1980-an.

Dan penolakan ini bukannya membuat pak Harto marah, namun malah semakin menguatkan panggilan Allah ke tanah suci untuk segera menunaikan Haji tahun 1991 bersama keluarga, menantu (termasuk Prabowo), menteri dan kerabatnya.

Hebatnya lagi, kepergian Haji pak Harto ini membuat kalang kabut kerajaan Arab Saudi. Bukan apa-apa. Sebagai pemimpin negara dengan jumlah penduduk (waktu itu) 180 juta muslim, pilihan berhaji dengan biaya sendiri dan kelas 'rakyat biasa' itu malah bukan hal yang biasa.

Padahal ada sejenis protokoler yang biasanya dianut pemerintah Arab Saudi untuk pemimpin sekelas pak Harto, khususnya terkait masalah keamanan. Keinginan luhur pak Harto untuk berhaji dengan sederhana ala Umar bin Khatab dan protokoler kerajaan Arab Saudi ini pun akhirnya ditemukan titik tengahnya dengan menyiapkan beberapa askar (tentara) kerajaan yang mengawal pak Harto, bu Tien dan kerabatnya selama berhaji.

Jepretan Layar 2015-06-29 pada 02.57.35

Tapi begitulah, walau sudah berupaya menjadi rakyat biasa--tetap saja warga Arab dan jemaah haji yang melihat pak Harto semua menyapa dengan sapaan "assalamu'alaikum ya rois Indonisi". kata 'rois Indonisi" sendiri berarti "Presiden Indonesia".

Lalu akhirnya, semenjak ke-haji-an pak Harto ini, mulailah pemakaian jilbab menjadi hal yang lumrah dan diterima masyarakat. Bahkan konon, salah satu alasan kenapa pak Harto di gulingkan karena semakain 'hijau'nya pak Harto ini.

Saking hijaunya--betapa banyak masjid dibangun olehnya dengan Yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila-nya dari tahun 1982 menjadi semakin gesit usai pulang berhaji. Termasuk pembangunan masjid "Soeharto" di Bosnia saat konflik dengan Serbia.

Nah, inilah sebenarnya adalah hal yang hendak saya ketahui. Pergi haji memang bukan sekedar gelar bagi para pemimpin. Tetapi pengetahuan yang didapat setelah haji itulah yang terpenting. Dari soal pemahaman agama hingga lainnya.

Seperti halnya Prabowo yang berhaji lagi tahun 1997. Prabowo melihat adanya masalah masa depan ibadah haji di Indonesia.

Bayangkan saja, dengan jumlah penduduk Indonesia yang semakin menggila dan kuota kurang dari 1% dari total jumlah penduduk--tentu ini sangat kurang. Apalagi pertumbuhan kelas ekonomi menengah Indonesia semakin membuat kuota ini sangat tidak sebanding. Bisa di cek waktu tunggu berhaji di Indonesia yang rata-rata di tahun 2014 ini mencapai 8 hingga 10 tahun.

Belum lagi masalah lain perihal pemondokan/hotel, transportasi hingga pengolahan dana haji yang selama ini tidak terlihat manfaat bagi jemaah haji Indonesia sendiri--kecuali bertambahnya modal putar bagi bank penyimpan dana ini selama bertahun-tahun.

Hal inilah yang akhirnya membuat Prabowo segera mengumpulkan para ulama NU, Muhammadiyah dan ekonom muslim lainnya untuk mencari solusi. Salah satu solusi yang diambil oleh Prabowo adalah membuat sejenis bank/lembaga keuangan khusus Haji.

Bahkan saking besarnya cita-cita membangun yang disebutnya BANK TABUNG HAJI ini membuatnya segera bertemu dengan Presiden Islamic Development Bank Dr. Ahmed Mohammed Ali Al-Madani PhD di Jeddah untuk meminta masukan dan mentoring pembangunan ini jika Allah meridhoi menjadi Presiden Indonesia.

Dari konsep yang dipaparkan Dr. Ahmed ini--Prabowo menjadi sangat optimis kelak calon jemaah haji Indonesia tidak perlu lagi menjual tanah/sawahnya hanya untuk naik haji. Sejak kecil sudah bisa memuali mencicil biayanya.

Soal ke-halal-an uang yang akan di putar dan di investasikan dalam pengumpulan dana ini pun lebih terjamin dibandingkan menitipkan ke bank konvensional. Boleh dibandingkan ke Bank tabung haji-nya Malaysia yang sudah duluan berdiri, mereka menginvestasikan dana yang tersimpan ke pembangunan 1 juta hektar kebun sawit di Indonesia (duh!).

Dan dalam hitungan Prabowo dan Dr. Ahmed, setidaknya akan terkumpul dana Rp. 40 trilyun. Dana yang sangat besar dan bisa untuk membeli pesawat khusus haji Indonesia serta membangun pemondokan/hotel untuk jemaah haji Indonesia yang tidak terlalu jauh dari Masjidil Haram.

Jikalau pembangunan ini sulit karena faktor lahan yang tidak memungkinkan, setidaknya bisa menyewa/booking hotel sekitar Mekkah dengan waktu yang panjang. Boleh juga disewakan untuk peserta umrah negara lain yang ujung-ujungnya kembali ke jemaah Haji Indonesia dengan kehalalan investasi yang tetap terjamin.

Itu dari sisi ekonomi, secara pribadi saya juga berharap Prabowo mampu bernegosiasi untuk menambah kouta Haji Indonesia minimal menjadi 2% sd 5% agar kesempatan rakyat Indonesia menunaikan ibadah ini semakin besar.

Karena jika masih berkuota 1%, dengan jumlah penduduk (misal) 200 juta muslim dan semuanya terpanggil ke tanah suci untuk berhaji, setidaknya butuh 1000 tahun antrian untuk menyelesaikan antriannya. Untung saja--panggilan Allah yang satu ini, hanya sebagian saja yang mendengarnya.

Dan terakhir, semoga konsep Bank Tabung Haji yang menjadi cita-cita Prabowo segera terwujud sehingga rakyat Indonesia semakin seimbang antara urusan dunia dan akheratnya yang bisa membuat negara kita menjadi negara yang “Baldatun thoyyibatun wa robbul ghofur – negeri yang baik dan penuh pengampunan dari Tuhannya”. Amiin.

Sekian dan Wassalamu alaikum ya alnas Indonisi...

MERDEKA...!

Prabowonomics & Legenda Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Posted on Tidak ada komentar
Oh ya, mendadak malam ini saya mendapatkan kabar dari kawan di fesbuk perihal nama saya yang sudah mulai diperbincangkan di forum Kaskus.

Perbincangan ini menyorot soal statement saya di sebuah acara di CNTV yang menyebut bahwa Prabowo mirip Umar bin Abdul Aziz. Seorang legenda pemimpin Arab yang dalam waktu 3 tahun masa kepemimpinannya telah mampu membawa kesejahteraan bagi negara yang dipimpinnya.

Ya, saya memang benar mengatakan hal tersebut.

Hal yang juga sebenarnya juga disampaikan oleh pak Din Syamsudin pada pertemuannya dengan Prabowo di kantor pusat PP Muhamadiyah (8/1/2014) silam.

Saat itu, pak Din Syamsyudin mengataka bahwa Prabowo itu diantara dua 'Umar', yaitu "Umar bin Khattab" karena ketegasannya dan "Umar bin Abdul Aziz" karena ekonomi kerakyatannya.

Saya sangat sependapat dengan beliau, bahkan kalau boleh ditambahkan lagi--Prabowo memang menjawab apa yang sering saya fikirkan dan tanyakan semenjak mesih kecil. Khususnya SD dan SMP.

Saat SD dan SMP, saya kebetulan ikut sejenis tambahan sekolah madrasah sore usai sekolah SD resmi dan dulu sering ikut pesantren kilat saat musim bulan puasa Ramadhan. Dan dari sana--masih teringat jelas bagaimana para ustad pernah berkisah tentang satu nama khalifah yang sangat fenomenal, khususnya bidang ekonomi yaitu khalifah "Umar bin Abdul Aziz".

Khalifah yang ini juga sering juga disebut "Umar II". Menariknya--dalam masa periode kepemimpinan beliau yang sangat pendek (717-720 H), beliau sudah sangat efektif mengelola perekonomian negaranya.

Bayangkan, saking kayanya masyarakat disana--uang zakat sampai menumpuk dan tidak ada satu pun warganya yang masuk dalam golongan penerima zakat karena kemiskinannya. sampai-sampai zakat pun diekspor ke luar negeri dan muncul keputusan jika pesta pernikahan warganya pun dibiayai oleh negara. ckckck...

Wajar jika hal ini membuat rasa penasaran untuk mencari tahu--bagaimana konsep ekonomi sang Khalifah ini?

Konsep yang akhirnya terjawab saat beberapa kali berdiskusi langsung dengan pak Prabowo dan membaca buku-buku, selebaran, program-program sampai video di youtube yang berisi jalan fikirannya.

Ya, sistem ekonomi kerakyatan ala Prabowo yang sering disebut "Prabowonomics" ini menjawab pertanyaan dasar jika dibandingkan dengan konsep Capres dari tetangga sebelah.

Jika capres tetangga sebelah yang diresumekan konsepnya oleh "The Wall Street Journal" America masih berupa sebuah kegiatan teknis yang masih jauh dari lengkap walau pun lebih mendingan daripada konsep ekonomi tetangga sebelahnya lagi yang berbau khas kapitalis yang menyatakan bahwa bisnis yang sukses jika menggunakan uang orang alias hutang. Hadoh!

Nah, jika capres-capres lain akhirnya akan bicara "Bangun ini itu... untuk rakyat", "subsidi atau fasilitas untuk rakyat" atau bla-bla lain sebagainya, kita akan sama-sama berfikir satu hal:

DUITNYA DARI MANAAAA?!

Mosok mesti pakai hutang keluar negeri lagi atau jual pulau sih? Lha itu namanya bunuh diri.

Sedangkan Prabowo tidak. Beliau mempunyai konsep jelas "mencari duit" untuk pembangunan infrastruktur dan sistem kesejahteraan rakyatnya.

Langkah pertama tentu "menutup kebocoran" anggaran negara. Karena dalam hitungan tim ekonomi Prabowo--terdapat sekitar Rp. 1160 Trilyun/tahun uang negara yang bocor. Sedangkan ada profesor lain mengatakan malah mencapai 3000 trilyun/tahun, dan kali ini saya mengambil nilai terkecil saja dari pak Prabowo.

Nah, kebocoran ini muncul dari a. Kebocoran APBN minimal 25% sekitar Rp. 500 T b. Subsidi BBM untuk impor 500 juta barrel minyak senilai Rp. 300 T dan c. Kebocoran pajak senilai 360 T setiap tahunnya. Lalu jika kita bisa mengamankan ini selama 5 tahun saja, berarti akan terkumpul uang Rp. 5800 Trilyun.

Ini bisa buat membayar hutang negara yang mencapai Rp. 2000 Trilyun dan sisanya Rp. 3800 Trilyun untuk pembangunan infrastruktur dan biaya kesejahteraan rakyat lainnnya. Sekedar informasi, untuk membangun jalan tol trans Sumatera dari Aceh ke Lampung, dibutuhkan biaya sekitar Rp. 175 sd 300 Trilyun. Hitung sendiri sisanya untuk yang lain-lain.

Itu pun yang saya sebut cukup berkerja secara "normal" seperti biasanya. Dan akan lebih banyak lagi pemasukan negara jika menjalankan "Strategi Dorongan Besar" ala Prabowonomic.

Dimana dalam strategy ini, fokus yang akan dilakukan oleh Prabowo adalah pada bidang 'agriculture" atau pertanian. Kita sudah sama-sama tahu jika ada sekitar 77 juta hektar hutan kita rusak dan HARUS dikembalikan ke habitatnya.

Dari sekian luas hutan yang rusak, Prabowo akan membangun setidaknya 10 juta hektar kebun pangan dan energi (bioetanol & biodiesel) disana. Akan ada sawah baru untuk padi, kebun jagung, kedelai, singkong, aren, kemiri, jarak pagar dan lainnya.

Dan dengan modal sekitar Rp. 50 T, dari sisi kebun energi akan dihasilkan sekitar 700 juta barrel bioethanol yang akan bisa menggantikan impor 500 juta barrel BBM kebutuhan bangsa kita dan sisanya bisa diekspor ke luar negeri. Contoh sukses bioethanol tentu negara Brazil. Jadi kelak, tidak perlu lagi mengebor isi perut bumi untuk energi, toh diatas bumi saja masih bisa menutup kebutuhan dasar energi bangsa kita.

Paham kan jika saya bilang jika konsep ini bisa menjadikan Indonesia seperti era Umar bin Abdul Aziz?

Ya, saya tahu--pasti ada yang nyinyir lagi dan bilang "ekonomi kan bukan soal angka-angka?". Lha iya, ada benernya. tapi apa kita lupa ayat Al Qur'an surat Ar-Ra'd ayat 11. yang berbunyi:

Audzubillaahiminassyaitonirrojim. Bismillahirahmanirahim...

....إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ....

artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”

shodakollaahul adzim...

Lha bagaimana kita bisa merubah nasib bangsa kita jika kita tidak ikhtiar mencari inti maslah dan problem bangsa kita? Jika kita tidak mencari solusinya? Buat apa ada banyak kampus ekonomi, kampus teknik mesin, teknik industri, teknik perminyakan jika bukan sebagai salah satu jalan ikhtiar?

Apa kita cuman terimo nasib dan pasrah saja dapat pemimpin ala kadarnya yang tanpa konsep atau konsepnya asal jadi saja?

Terakhir, saya masih memegang teguh apa yang sering diucapkan guru-guru Bushido saya yang sering mengatakan bahwa "pikiran selalu mendahului gerakan" dan pikiran inilah yang akan membawa kita sampai pada suatu titik (cita-cita).

Semakin baik dan ikhlas pikiran kita, hasilnya akan semakin cepat dan lebih besar karena Insya Allah, Tuhan bersama orang yang berjuang.

Demikian, selamat pagi dan tetap ber-ikhtiar demi bangkitnya kembali Indonesia Raya.

MERDEKA !

13984610381263938658

Usai shooting di CNTV (note: presenternya masih jomblo tuh... :-p)

Hasil Investigasi Tim Ad Hoc KOMNAS HAM 2006 : Prabowo & Kopassus Tidak Bersalah

Posted on Jumat, 25 April 2014 Tidak ada komentar

Jumat, 25 April 2014

Ada pernyataan dan saran dari beberapa kawan untuk untuk mengklarifikasi soal kejadian yang menimpa aktivis 1998.

Saya paham dan mengerti, permintaan ini selalu selalu muncul apabila rekan-rekan sedang berdiskusi atau berdebat soal standar dasar pemilihan pemimpin. Dari filtering ala calon pengantin seperti "bibit, bebet, bobot" atau konsepsi, ideologi dan program calon Presiden.

Memang akan terjadi ketimpangan besar jika beberapa calon Presiden dibandingkan sosok yang sedang kita usung untuk memimpin bangsa dan negara sebesar Indonesia ini--Prabowo!

Prabowo dan segala syaratnya sangat detail dan terbuka untuk diketahui. Sedangkan calon lain masih abu-abu bahkan cenderung gelap gulita. Padahal bagi yang pernah mempelajari Taoism, sangat jelas bahwa keterbukaan dan kejelasan calon 'raja' itu hal yang sangat penting dan mendesak.

Dan kebanyakan, ketika diadu dan terdesak--pasti ujung-ujungnya dilarikan ke perihal penangkapan aktivis 1998. Bahkan bisa di ek kampanye baru tentang nasib penyair "Widji Tukul" yang keberadaannya entah dimana. Cerita ini pun dikemas, didaur ulang dan diarransemen dengan berbagai macam jenis. Yang tetap saja semua menjadi alat fitnah untuk memojokkan Prabowo.

Padahal, kasus penangkapan aktifis 1998 ini sudah sangat loud and clear--terang dan jelas dari hasil investigasi Tim Ad Hoc KOMNAS HAM yang hasilnya sudah keluar tahun 2006 silam.

Prabowo dan Kopassus tidak bersalah dalam "OPERASI MANTAB JAYA"--sebuah operasi pengamanan aktivis yang disebut sebagai "SETAN GUNDUL" saat menjelang sidang Umum MPR 1998.

Prabowo, Kopassus dan semua Panglima dan petinggi ABRI hanya menjalankan perintah/instruksi dari Presiden Soeharto karena menurut daftar nama yang dikeluarkan Badan Intelejen ABRI (BIA)--para "SETAN GUNDUL" ini perlu diamankan karena memenuhi unsur joint criminal enterprise.

Hasil operasinya pun jelas,

9 "SETAN GUNDUL" berhasil diamankan sementara oleh KOPASSUS dan dilepaskan kembali secara bertahap. 9 nama tersebut adalah : Haryanto Taslam, Pius Lustrilanang, Desmon J Mahesa, Andi Arief, Nezar Patria, Mugiyanto, Aan Rusdianto, Faisol Reza dan Rahardjo Waluyo Jati. Kesemuanya sekarang sehat wal'afiat bahkan beberapa diantaranya menjadi bagian dari Partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto.

untuk 9 "SETAN GUNDUL" lainnya juga diamankan secara PERMANEN oleh ABRI non-KOPASSUS. Penyair "Wiji Thukul" pun ternyata masuk dalam daftar operasi oleh Non Kopassus ini selain : Yani Afri, Sonny, Herman Hendrawan, Deddy Hamdun, Noval Alkatiri, Ismail, Suyat, Petrus Bima Anugrah.

Hasil ini pun sebenarnya sudah pernah dimuat dalam ediki khusus majalah Tempo tentang Tragedi Mei 1998-2013 dengan judul besar "Teka-Teki Wiji Thukul". Dalam majalah nomer ISSN: 0126-4272 di halaman 78-79 juga secara gambang menjelaskan duduk perkara perihal tidak ada sangkut pautnya Prabowo dan Kopassus dalam operasi penangkapan Wiji Thukul.

Link majalah :  http://www.joomag.com/magazine/tempo-edisi-khusus-wiji-thukul-13-19-mei-2013/0025370001393685698?page=42

Namun entah kenapa berita ini tidak tersebar luas. Saya menduga ada beberapa faktor, antara lain:

1. Jumlah edisi cetak khusus "Wiji Thukul" tersebut tidak terlalu banyak beredar. 2. Malas membaca majalah Tempo edisi online-nya atau sengaja tidak mengindahkannya. 3. Memang adanya niat mengkomoditaskan hal ini dalam dunia politik Indonesia untuk memojokkan Prabowo--hal yang sering disampaikan oleh Alh. Munir semasa masih hidup dan belum meninggal tanggal 7 September 2004. 4. Tidak adanya lembar hasil investigasi Komnas HAM tahun 2006 tersebut yang beredar di masyarakat.

Jadi, disini--saya tidak akan membahas gaktor 1 sd 3 tersebut. Saya hanya membantu memberikan file dokumen untuk melengkapi faktor no. 4 tersebut agar apa yang disampaikan oleh pak Prabowo Subianto perihal "becik ketitik, ala ketara" yang berarti "yang baik akan tertandai dan yang jelek akan terlihat" semakin terbukti.

Sebuah ungkapan bahasa Jawa yang kalau boleh saya menambahkan menjadi "Becik ketitik, ala ketara. Sopo sing salah, seleh". Yang arti terakhirnya adalah "Siapa yang salah akan terkapar dengan sendirinya"

Selamat malam dan tetap MERDEKA...!

Profesor Suhardi dan Samudra Ma'rifat di Partai Gerindra

Posted on Sabtu, 19 April 2014 Tidak ada komentar

Sabtu, 19 April 2014

Sering kali saya bertanya ke tukang ojek atau sopir taxi begini : "Tahu Gerindra?". Jawabannya hampir semuanya identik, yaitu : "Tahu! Prabowo!".

Ok, benar.

Tapi jika ditanya pertanyaan kedua, barulah muncul aneka ragam jawaban. Soal tersebut adalah : "Siapa Ketua Umum Partai Gerindra?" Jawabannya: Prabowo, Fadli Zon dan kebanyakan sih tidak tahu. Hahaha...

Ya, kecuali kader internal Gerindra sendiri--memang tak banyak yang mengenal nama Ketum partai ini.

Wajar. Lha jangankan njenengan--saya pun sempat kebingungan saat pertama kali tahu bahwa nama "Prof. Suhardi" lah yang tertulis sebagai ketua umum partai ini. Bukan Prabowo Subianto. Prabowo hanya ketua dewan pembina dan calon presiden yang diusung partai ini.

Lha gimana tidak kaget, setiap berita di TV atau koran--nama Prabowo dan Fadli Zon lah yang paling sering muncul dan mudah diingat namanya. Sampai-sampai ada seorang kawan mengatakan jika saking tidak terlihatnya Prof. Suhardi ini dengan mengistilahkan "Pak Suhardi tidak 'murup' (menyala), beda dengan Prabowo yang seperti cahaya di tengah samudera."

Hmm... Ada benarnya--tapi saya tidak sependapat jika Prof. Suhardi ini diremehkan begitu saja.

Soalnya, setelah saya telusuri biografi dan beberapa pertemuan langsung--betapa saya sangat terkejut. Sosok yang satu ini luar biasa.

Kekaguman pertama tentu soal masa kecilnya yang sangat sederhana--jika sungkan menyebut miskin. Jarak sekolahnya di Klaten yang sangat jauh dan mesti ditempuh dengan jalan kaki.

Saking kekurangannya, saat kecil beliau ingin melihat kota Klaten dan niat awalnya gagal karena tidak sanggup di tempuh dengan jalan kaki. Barulah beberapa waktu kemudian beliau bisa melihat kota Klaten setelah mendapat pinjaman sepeda bersama sahabatnya.

kekaguman lainnya adalah pada bidang pendidikan. Walau kini sudah menjadi Profesor Kehutanan dan Pangan dan menjadi salah satu guru besar di kampus UGM Yogya, pendidikan kehutanannya dimulai dari STM. Sebuah 'kasta' sekolah yang dianggap kelas dua dibanding SMU. Bukan hanya saat itu, sekarang pun sepertinya masih begitu.

Hal inilah yang membuatku bersemangat karena jujur saja, aku juga lulusan STM teknik. Sekolah yang konon identik membawa penggaris besi kemana-mana untk persiapan kalau ada tawuran. Padahal nggak begitu, saya nggak pernah bawa penggaris besi, kalau obeng gede yang ujungnya ditajemin grinda sih pasti. wakakaka...

Nah, baru setelah lulus dan sudah berkerja, baru kuliah kelas karyawan dan dapat gelar sarjana. Itu pun kagak kepake, lebih terkenal nama penanya sebagai blogger atau penulis daripada nama asli beserta gelarnya. Semoga saja kelak bisa menyusul jadi profesor seperti pak Suhardi, Amiiin.

Kekaguman terus bertambah setelah tahu gaya hidupnya sehari-hari. Pak Profesor ini ternyata tidak pernah lepas puasa senin-kamis. Kuat qiyamul lail (sholat malam) nya. Sudah begitu, beliau sangat terkenal dengan sumpah gandum nya. Sebuah sumpah untuk tidak memakan makanan dari produk luar--khususnya gandum. Lha pantas beliau pernah nanya "pernah liat pohon gandum di republik ini?".

Ya, saya melongo, sekian banyak roti beredar di bumi pertiwi, saya memang belum pernah melihat pohon gandum. Hal ini lah yang membuat saya terkejut setelah tahu prof Suhardi ini lebih memilih makan 'telo' atau singkong daripada roti. Ini pun sudah berlangsung 25 tahun lebih. Jadi hilang kagetnya saat acara di DPP kok menu sajiannya bukan roti, tapi aneka pisang, singkong dan kacang rebus jadi menu utamanya. Ada profesor "telo" sih. (note: telo ini serius berarti singkong yaaa)

Makin takjub, saya juga baru tahu jika selama ngajar di Yogya beliau ngontel sepeda. Profesor gitu loh... Bahkan saya dapat info jika pak ketum ini rajin olahraga lari pagi usai sholat subuh. Makanya saya jadi malu berat saat pernah melihat pak Suhardi jalan kaki memakai sandal jepit dari DPP Gerindra ke masjid untuk sholat Jumat sedangkan saya melihatnya saat hendak turun dari mobil yang baru berhenti parkir. duh...

Dan terakhir, satu keistimewaan pak Suhardi yang (maaf) hanya diketahui oleh sebagian orang. Jika kalau kita jujur--Profesor yang satu ini sudah mencapai level 'makrifat' untuk sisi relijiusnya. Sebuah level tertinggi dari sudut pandang hati pelaku ilmu tasawuf.

Bukan sekedar beliau cuek bebek saat pemilu tahun 2009 tidak lolos jadi anggota DPR, namun lebih dari itu. Kita coba cek cara beliau bicara dan menjawab pertanyaan dari presenter TV atau dengan kita sendiri lah. Betapa beliau seakan-akan membuat kita terasa adem, sejuk, tenang, tentram dan seakan masuk bersamannya secara private. Ramah dan sopan ala Jawa tanpa dibuat-buat.

Lalu wajarlah jika kita akhirnya akan melihat Prabowo akan diam manggut-manggut seakan akan berkata: "ya benar, ya benar, ya benar" saat Profesor ini sedang berbicara.

Jadi, memang betul Prabowo adalah obor di tengah laut. Tapi, pak Suhardilah laut itu sebenarnya. Laut samudra yang bisa menampung semuanya baik Prabowo yang full cas energi, Fadli Zon yang cerdas, Hazmi Srondol yang ganteng dan usil (abaikan yg ini) atau kader serta simpatisannya yang bersemangat. Tenggelam dalam kepribadian dan auranya.

Kurang lebih begitu, selamat pagi, selamat menunaikan sholat subuh dan jangan lupa cari sepatu kets nya buat nyoba rutin lari pagi.

MERDEKA

Kasus Wilfrida & PT KIANI: Menjawab Fitnah ala "PKI" nya Jack Soetopo kepada Hazmi Srondol

Posted on Tidak ada komentar
Sebenarnya saya enggan menanggapi tulisan perihal tanggapan akun anonim “Jack Soetopo” di Kompasiana yang di HL (Headlines) kan oleh admin tanggal 13/4/2014 beberapa hari yang lalu.

Disamping saya tidak melihat esensi penting dalam tulisan tersebut yang format penulisannya sangat acak-acakan dan ploting yang melompat-lompat, saya juga melihat tulisan tersebut hanya sekedar reaksi “sumbu pendek” yang gampang meleduk—khas pendukung Jokowi di Kompasiana ini atas fakta kecil yang sebelumnya saya posting di wall facebook secara singkat dan berisi pokok-pokok pikiran saja.

Namun seiring perjalanan waktu dan banyaknya rekan yang share link tulisan tersebut ke status komen facebook saya, atas masukan istri—saya diminta membalas promosi gratis branding “Hazmi Srondol” dengan jawaban yang lebih detail sebagai bagian dari sarana belajar bersama dalam melihat masalah dan saling memberi masukan.

Baiklah, walau tulisan engkong Jack sangat berantakan—namun sedikit saya bantu dua pokok pembahasan yang bisa kita pelajari bersama. Yaitu:

1. Fitnah dan pembunuhan karakter atas statement “Penipuan Publik”

2. Teknik mengali informasi dengan cara “Google it”

Penjelasan dari saya kurang lebih sebagai berikut:

1. “Penipuan Publik”

Jujur saja, saya sangat heran dengan begitu mudahnya Jack Soetopo memberi cap dan klaim bahwa yang saya tulis adalah sebuah ‘penipuan publik’. Padahal, jika tanpa embel-embel kata tersebut, akan terbuka ruang diskusi yang menarik. Apalagi saya punya banyak data yang bisa saling dikembangkan dan dicari titik tengahnya.

Namun sepertinya, Jack lebih suka memakai jurus fitnah dan cap yang caranya mirip dengan PKI di film “G30S/PKI” yang sering saya tonton saat masih SD. Cuman bedanya—PKI sedikit lebih jantan dalam film tersebut. Bendera dan tokoh-tokohnya terlihat. Berbeda dengan akun Jack Soetopo yang tidak jelas identitasnya. Ter-verifikasi pun tidak.

Padahal setahu saya, setiap manusia di bumi—punya identitas. Kecuali Tarzan atau manusia yang setipe kehidupannya dengan itu. Kalau sungkan mengirimkan KTP-nya, saya fikir passport pun juga bisa. Ini masalah itikad baik untuk tidak bersembunyi dibalik topeng akun lalu seenaknya memfitnah dan memberi cap yang berfungsi sebagai pembunuhan karakter kepada akun yang nyata dan mudah dijumpai--seperti saya “Hazmi Srondol” misalnya.

Belum lagi, boleh di cek informasi akunnya. Hampir di semua media UGC (user generated content) yang diikutinya menyatakan ia adalah seorang tukang becak (pedicab driver) atau mantan tukang becak. Helooow, siapa yang melakukan “penipuan publik” sekarang? Hazmi Srondol atau Jack Soetopo?

1397788997460146473

Hanya bermaksud bercanda? Waduh, kalau akun anonim untuk kolom fiksi ya tidak masalah. Wajar malah. Tapi kalau untuk politik dan digunakan sebagai alat penistaan terhadap akun penulis asli, ini namanya apa?

Dan untuk menuntutnya secara hukum terkait pencemaran nama baik pun rasanya juga bakal sia-sia, secara dia hanya akun anonim saja.

Padahal, dalam dunia blogging dan nyata—saya hanya mengenal seorang “tukang becak” asli yang pintar menulis. Namanya mas Harry van Yogya dan sudah menerbitkan buku “The Becak Way”. Saya pun pernah kopdar dan berkunjung langsung ke yogya untuk bertemu beliau sambil ngopi di warung istri mas Harry di pasar Serangan Yogya.

Sudah begitu, apa mungkin engkong-engkong masih kuat ngenjot becak?

Boleh cek salah satu tulisan engkong Jack yang meng-klaim pengalamanannya dekat dengan presiden Soeharto dan Presiden AS sejak zaman Kennedy hingga Obama. Kutipannya sebagai berikut:

“Pertama kalinya saya ditugaskan di Indonesia, diakhir tahun 60-an. Ekonomi Indonesia porak poranda, kekacauan, kemelaratan dimana-mana. “

“Pengalaman saya, sebagai orang asing, yang bekerja untuk presiden AS, mulai dari Kennedy sampai Obama, sangat setuju perlunya regenerasi. “

Dari info klaim Jack—anggap saja benar, maka jika sekitar tahun 1969 sudah berkerja untuk Pak Harto dan jika usia kerjanya dimulai umur 35 seperti saya—maka di tahun 2014 adalah sekitar 80 tahun. Jadi wajar kiranya jika saya menyebutnya ‘engkong’ dan jadi paham kenapa draft tulisannya berantakan dan penuh typo yang parah. Mungkin menulisnya sambil batuk-batuk atau tangannya gemetaran karena pikunen (Jawa-red).

Wong jujur saja, saya pernah iseng menelepon engkong Jack saat masih belum melakukan pendzoliman ini dan saya pun sebenarnya kasihan dengan nada suara ngap-ngapan nya mengatur nafas. Antara energi hembusan dada yang melemah atau kelupaan memakai gigi palsunya. Entahlah…

Sudah begitu, anggap lagi klaimnya benar—bisa diartikan akun Jack ini adalah sejenis ‘agen’ yang berkerja untuk Amerika. Namun, saya fikir berlebihan jika ‘agen’ tersebut adalah sejenis agen rahasia seperti di film-film Hollywood mengingat kemampuan analisis masalah yang naudzubilah min dzalik sembrononya.

Ya, jadi saya rasa gelar ‘agen’ yang pas untuk akun Jack adalah agen pulsa elektronik atau agen gas elpiji 3Kg. Itu pun kalau ada disana.

Nah, itu baru dari informsi akun nya saja. Untuk data yang lainnya, wah… sepertinya perlu disediakan cermin besar untuk membuat engkong Jack mengaca diri. Cuman jangan sampai ia terkaget sendiri dengan wajah di cermin yang berbeda dengan foto yang itu-itu saja yang di pajang baik di kompasiana maupun akun sosial media lainnya.

2. “Google it”

Ya, sedikit ada benarnya konsep pencarian data dimulai dari “google it”. Saya pun sering menyarankan rekan-rekan di kantor untuk melakukan ini ketika sedang memulai sebuah konsep acara atau kerja. Siapa tahu sudah ada yang membuatnya. Jadi kita bisa memilih apakah kita akan meniru dan memodifikasinya atau bahkan membuat cara lain yang lebih seru dan baru.

Namun, untuk mencari benang merah sebuah kasus—saya fikir langkah ini masih sangat kurang. Hanya sekedar awal pembuka saja. Karena kita sama-sama tahu bahwa hasil pencarian di google hanya berupa link-link artikel dari media/blog/twitter yang siapa pun bisa membuatnya.

Jangankan sekelas Kompas, saya pun bisa membuat portal berita sebanyak anggaran dompet saya untuk membeli domain dan templete blog/situs premium yang harganya minimal $70 untuk desain yang menarik. Contoh nya situs berita humor saya www.srondolnews.com.

Selanjutnya tinggal kemampuan membagi lewat jejaring sosial atau penguasaan ilmu SEO yang baik yang akan membuat postingan kita akan muncul di halaman pertama atau awal di situs pencarian google. Jayalah blogger yang mempunyai pages facebook dan akun twitter yang pengikutnya ratusan ribu atau jutaan. Hehehe…

Sedangkan untuk sisi kebenaran dan keabsahannya, ya kita tahu sama tahu. Perlu saringan jiwa, pemikiran logis dan holistik untuk membedakannya.

Jadi, beruntunglah yang sewaktu kecil sering digembleng ustad/pendeta/biksu di tempat ibadah masing-masing untuk mempelajari kitab suci.

Untuk saya yang muslim, pelajaran “iqra” adalah basis segalanya. Kita dituntut untuk bisa membaca apa yang tersurat, tersirat bahkan hal yang seakan ‘tersembunyi’ yang sering guru kita sebut sebagai ‘hakekat’.

Pelacakan sumber sejarah, bertanya langsung kepada sosok-sosok pelaku utama hingga mengorek data lain seperti kronologis, berita dan lain sebagainya menjadi alat tambahan untuk memecahkan keping puzzle masalah yang berserakan.

Jika terpecahkan, kita ucapkan alhamdulillah atau puji Tuhan. Jikalau pun tidak—hanya tawakal dan berserah diri kepada Tuhan pemilik kebenaran sejati.

Nah, kembali ke beberapa hal yang disanggah akun anonim Jack.

a. Kasus Wilfrida

Nah, dari tulisan akun Jack—langsung bisa kita lihat sisi kelemahan dasar dari penggunaan teknik “google it” secara membabi buta. Google tidak mampu membaca desas desus dan berita A1 dari intelejen atau keluarga dekat.

Jangan harap kita bisa tahu kedekatan Prabowo dengan Mahatir saat masih menjadi menantu Pak Harto. Dari kedua orang tersebut, mudah baginya tahu sejarah Malaysia—bahkan obrolan tentang pengiriman 4 juta warga Indonesia saat pemilu saat awal adanya negara Malaysia.

Google pun saya yakin tidak tahu bagaimana dahulu keluarga pak Soemitro dibantu keluarga Najib Razak sewaktu dalam masa pembuangan.

13977896601379439359

Prabowo, Shafee dan Wilfrida (sumber foto: sayangi.com)


Kalau pun ada, kisi-kisinya malah dari media Malaysia www.themalaysianinsider.com. Media itu menurunkan artikel berjudul “Indonesian presidential hopeful on mission to "save" teenage maid accused of murder” pada Minggu (29/9/2013) pukul 22.10 waktu setempat.

Sedikit kutipannya pun sempat muncul dalam berita lokal detik.com yang menuliskan sebagai berikut:

“Di artikel tersebut Prabowo disebut capres dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan saat ini melakukan pendekatan personal kepada Najib Razak untuk menyelamatkan Wilfrida. Kedekatan hubungan antara ayah Prabowo, Sumitro Djojohadikusimo, dengan ayah Najib Razak disebut menjadi faktor penting pendekatan yang dilakukan oleh Prabowo.”

Link selengkapnya ada di : http://news.detik.com/read/2013/09/30/025509/2372674/10/media-malaysia-pantau-perjuangan-prabowo-selamatkan-wilfrida

Mungkin saja para pendukung Jokowi keberatan dan akan selalu mencari-cari alasan penolakan prestasi Prabowo ini. Namun, bagaimana jika saya membagikan kronologis tanggal kejadian penyelamatan Wilfirda oleh pengacara Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah yang diminta bantu dan dibayar Prabowo seperti dibawah ini, apakah masih mau menyangkal?

Kronologis Pengacara Wilfirida:

26 November 2010 - Wilfrida berangkat ke Malaysia tanpa dokumen ketenagakerjaan, diterima di Kelantan oleh agen perekrut, AP Master SDN. BHD. Passport dan dokumen penting Wilfrida dipalsukan, sehingga umur yang tertera berbeda dengan umur asli, tanggal lahir Wilfrida dirubah dari 12 Oktober 1993 menjadi 8 Juni 1989.

7 Desember 2010 - Wilfrida diduga membunuh majikannya, Yeap Seok Pen (60), dengan pisau dapur. Kemudian ia ditangkap polisi Daerah Pasir Mas di kampong Chabang Empat, Tok Uban, Kelantan, sekitar 5 jam setelah kejadian.

Desember 2010 s/d 2012 - Kasus Wilfrida diproses dengan sangat lama, tiga tahun ia mendekam di penjara Pangkalan Chepa, Kota Nharu, Kelantan. Awal 2012, kasus Wilfrida dilimpahkan ke Mahkamah Tinggi Kota Bharu.

26 Agustus 2013- Wilfrida dituntut hukuman mati terkait pembunuhan berdasarkan pasal 302 Kanun Keseksaan (Penal Code).

14 September 2013 - Wilfrida bertemu dengan Prabowo Subianto pertama kali di penjara Kelantan.

30 September 2013 - Prabowo Subianto mendampingi Wilfrida pada sidang tahap penuntutan, ia menunjuk pengacara terkemuka negeri Jiran, Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah, untuk membantu Wilfrida. Tan Sri berhasil meminta penundaan vonis, untuk pemeriksaan lebih detil, ada 3 permintaan Tan Sri yaitu pemeriksaan kembali umur Wilfrida, pemeriksaan kesehatan, dan pemanggilan saksi.

17 November 2013 - Sidang lanjutan Wilfrida dilaksanakan, setelah hakim mengabulkan 3 permintaan Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah pada sidang sebelumnya.

29 Desember 2013 - Sidang lanjutan Wilfrida kembali dilaksanakan, kali ini hakim memeriksa bukti kondisi kesehatan Wilfrida.

12, 19, 26, dan 29 Januari 2014 - Sidang lanjutan dilakukan secara maraton, dan pengadilan memanggil semua saksi kunci. Sidang dipantau oleh Komisi HAM Malaysia, SUHAKAM.

3 April 2014 - Pembelaan dan pemeriksaan saksi Wilfrida selesai, setelah 7 saksi dipanggil dalam sidang marathon, termasuk saksi yang diminta oleh Wilfrida sendiri.

7 April 2014 - Setelah proses yang sangat panjang, Wilfrida dinyatakan tidak bersalah.

Dan saya masih punya banyak data lain yang sekiranya rekan-rekan membutuhkan. Jangan ditanya darimana sumbernya--yang pasti bukan dari “google it” dan sebelum membaginya, saya akan memakai jurus “wani piro?”. Hehehe…

Dan rahasia yah, dari desas-desus di Malaysia yang juga dipastikan susah ditemukan di google-- Tan Sri Muhammad Shafee Abdullah ini bukan hanya pengacara terbaik namun calon Hakim Agung Malaysia loh. Insya Allah 2-3 bulan lagi akanmenjabat posisi ini. Semoga kerajaan Malaysia tidak berubah pikiran setelah iseng membaca tulisan saya ini. Amiiin.

b. Lokasi strategis pabrik kertas PT KIANI

Opini akun Jack yang mengatakan bahwa masuknya Prabowo ke Kiani hanya masalah kedekatan dengan Bob Hasan, saya rasa itu sudah pe-ngawur-an kelas berat dan penyesatan opini khas pengidap PrabowoPhobia.

Pemikiran Prabowo lebih luas dan dalam. Jelas sebuah penyelamatan “aset negara” yang berada pada wilayah strategis Indonesia di bagian utara.

Saking strategisnya daerah Berau, Kaltim—sampai-sampai satu kompi (12 unit) main battle tank Leopard yang sedang dibeli TNI ditempatkan pertama kali disana. Disamping tank Scorpion yang sudah exist sebagai pelengkap dari program pembangunan skuadron tempur Mi-17 dan heli Apache serta Bell-412 EP.

Lalu, bisa kira-kira kan dimana pangkalan skuadronnya? Silahkan cek gambar di tulisan saya sebelumnya soal PT KIANI. Hehehe…

Sudah ah, kesenangan musuh-musuh kita dapat bocoran info seperti ini. Segini saja saya yakin rekan-rekan mampu menterjemahkannya. Untuk info beritanya, silahkan buka link ini :

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2013/07/13/164411/Kekuatan-Alutsista-Terbaru-Dikonsentrasikan-di-Berau

Sedangkan soal bantahan lokasi pangkalan militer Amerika. Haduh, sudahlah—mana ada yang mau mengaku? Pasti dirahasiakan dan dibantah. Toh mudah bagi kita jika memakai jurus dasar “google it” nya akun Jack perihal lokasi pangkalan militer yang mengepung Indonesia ini. Monggo cek gambar dibawah ini:

c. Hutan, hutang dan pemilik PT KIANI

Nah, terkait soal bisnis pabrik kertas ini—mesti kita melongok kebelakang ilmu pelajaran tata usaha atau sejenisnya saat masih sekolah mau pun kuliah. Disana kita sering mendengar istilah ‘modal cair’ dan ‘modal beku’. Modal cair merujuk pada kemampuan untuk pembiayaan cash operasional perusahaan dan modal beku merujuk pada jumlah total nilai aset perusahaan.

Modal cair diperlukan untuk operasional perusahaan termasuk gaji ribuan karyawan serta bahan bakar. Paling utama adalah pembelian bahan baku produksi kertas. Dan di modal cairlah akar masalah PT Kiani mau pun pabrik kertas lainnya muncul di Indonesia.

Sekedar berbagi informasi—dalam produksi kertas/pulp setidaknya dibutuhkan bahan baku berupa kayu asli atau bahan baku kertas bekas (recovared paper).

Untuk bahan baku bekas ini sejak tahun 2012 sudah mulai ada pengetatan regulasi impornya dan verifikasi yang rumit. Hal yang membuat banyak pabrik kertas menjadi mengeluh. Beritanya bisa disimak di link berikut: http://www.neraca.co.id/article/19618/Impor-Diperketat-Industri-Kertas-Kesulitan-Bahan-Baku

Akhirnya, boleh di cek di media atau blog para aktifis lingkungan. Pada tahun 2004 hampir 70% bahan baku pabrik kertas di Indonesia adalah hasil curian dari hutan alam (ilegal logging). Padahal, semestinya pabrik kertas mengambil bahan baku dari HTI (Hutan Tanaman Industri) atau hutan rakyat yang di tanam masyarakat.

Informasi kasarnya bisa dilihat di link ini : http://kumpulanberitalama.blogspot.com/2013/04/korantempo-70-persen-kebutuhan-kayu.html

Dan

http://www.balithut-kuok.org/index.php/home/56-industri-pulp-dan-kertas-belum-mandiri

Untuk PT Kiani yang berdiri sejak tahun 1991—mempunyai minimal 223.500 hektar area hutan industri dan sudah mulai tanam sejak 1994. Jadi sekitar tahun 2014 ini sudah panen dan bisa digunakan untuk dijadikan bahan baku secara legal.

Data : http://www.dephut.go.id/uploads/files/HasilAuditPHPL_PTKianiLestari2011.pdf

Dan selama dalam proses panen inilah pabrik Kiani tidak beroperasi selama beberapa bulan. Itu pun tetap perlu biaya operasional dan mengaji karyawannya. Padahal selama itu tidak ada untung dari hasil produksi kertasnya.

Mohon di catat, Prabowo masih mempertahankan karyawan ini. Dirumahkan tanpa di pecat dan hanya diminta menunggu hingga bahan baku selesai dipanen.

Sedangkan untuk hutang, sekedar tambahan info—Prabowo saat membeli pabrik ini bukan hanya asetnya, tetapi termasuk hutang yang hasil peninggalan pemilik sebelumnya. Lalu mohon di cek lagi pembayarannya. Kali ini jangan lewat google—tapi konfirmasi ke krediturnya. Kan sudah tertib bayar dan lunas tuh.

Berita pelunasan : http://www.rmol.co/read/2014/04/18/151801/PT-Kertas-Nusantara-Sudah-Tak-Punya-Hutang-Rp-14-Triliun

Kalau pun ternyata mendadak ada kemacetan pembayaran—sudah dijelaskan berulang kali bahwa modal beku (aset) PT Kiani 200% dari hutannya. Artinya ketahanan modal masih kuat dan tidak bisa disebut bangkrut.

Nah, disini saya minta tolong teman-teman yang paham soal pabrik kertas, lingkungan hidup atau yang paham betul masalah teknis bisnis ini untuk berkomentar.

Jangan model akun jack yang asal mangap. Saking asalnya dan untuk menyenangkan pendukung jokowi sampai kehilangan akal sehatnya dan bilang bahwa pemilik Kiani bukan Prabowo. Sepertinya saat menulis di bait tersebut mulai sadar yang ditulisnya penuh daya khayal hingga mesti di tutup celah ‘prestasi’ Prabowo dengan data ngawurnya.

Sebenarnya saya ingin mengutip komposisi kepemilikan saham dari situs resmi BUMN.go.id (http://publik.bumn.go.id/mandiri/berita/19/JP.Morgan.Bayar.Utang.Kiani.ke.Mandiri) yang menyebutkan bahwa Prabowo memiliki saham 79% terhadap Kiani dengan menggunakan bendera PT Nusantara Energi seblum sebagian saham tersebut dijual ke adiknya—Hasjim Djojohadikusumo.

Namun, anggap saja akun Jack benar dan Prabowo tidak punya saham di Kiani, lalu, HALOOOOOOOW! Kalau dianggap tidak punya saham kepemilikan, kanapa pada demo dan menjatuhkan nama Prabowo soal Kiani? Aneh betul cara berfikirnya…

Dan soal JP Morgan Europe. Posisi nya adalah begini: ada dua tipe kreditur Kiani yaitu kreditor konkuren dan kreditur separatis.

Kreditur konkruen adalah kreditor yang tidak dijamin dengan aset perseroan. Adapun kreditor separatis sebaliknya. Kreditor separatis di antaranya Boshendal Investment Ltd, Langass Offshore Inc, JP Morgan Europe Ltd, PT Binaartha Parama, PT Sucorinvest Central Gani, Credit Suisse Internasional, dan PT Dhanawibawa Arthacemerlang.

Lah ngapain JP Morgan ngebet merebut lewat tuntutan sita jika aset Kiani lebih besar daripada hutangnya waktu itu? Ada misi apa sih? Jangan-jangan hanya pengen wilayah bandara nya saja yang disita buat … (isi sendiri)

d. Tukang jamu “Srondol168”

Nah paling menggelikan soal sebutan yang berbau menghina “tukang jamu” kepada saya (Hazmi Srondol). Jujur saya bukannya jadi marah, malah tertawa terbahak-bahak karena semakin tahu, si engkong akun Jack ini jelas tersesat di dunia maya oleh teknik ‘google it’ nya.

Ya, memang ada nama akun baru di sebuh forum balap motor motoGP bernama “Srondol168” yang sering membahas motor Ducati nya Valentino Rossi.

Baiklah, saya tegaskan disini. Hazmi Srondol berbeda dengan akun Srondol168.

Walau memang saya juga sama-sama menyukai bidang otomotif, tetapi dahulu saya lebih aktif di milis yang membahas Formula 1 dan cinta mati dengan Benetton BMW yang kecepatannya mencapai 460 Km/h dan tak sempat ditonton karena masih kecil lalu terpaksa mendukung Ferarri karena team kesayangan sudah mati suri.

Hazmi dengan nama belakang “Srondol” sudah dipakai sejak tahun 2000 saat mendapat sejenis pendidikan dasar militer oleh Dispasiad (Dinas Psikologi Angkatan Darat) tahun tersebut di sekitar waduk Jatiluhur.

13977903601668143086

Waduk Jatiluhur tahun 2000, awal nama HAZMI SRONDOL mengudara. Untuk Srondol168, saya tidak tahu...


Nama ini ditasbihkan oleh salah satu pelatih saat  menerima hukuman dan ditanyakan asal kelahirannya. Saya jawab “Srondol, Semarang!” dan langsung dijadikan nama panggilan oleh para pelatih dan rekan seangkatan. Bahkan juga menjadi panggilan saat kuliah kelas karyawan di kampus swasta di bilangan Salemba dan kemudian di Meruya.

Sedangkan akun di forum “Srondol168” yang menyebut dirinya “Jamu Srondol” baru muncul beberapa tahun yang lalu. Saya menduga akun ini masih ada hubungan tetanggan dengan saya di Semarang. Sosoknya memang belum pernah saya temui, tapi menurut Kompasianer Yayat—ia sudah sering berkomunikasi lewat social media. Monggo hubungi langsung mbak Yayat untuk lebih detailnya.

Nah, apa mesti saya sebut si engkong itu ‘bego’ atas kesesatan menggali informasinya? Ya nggak sopan lah ama orang tua.

e. SBY dan Bank Mandiri

Soal tuduhan akun Jack Soetopo terhadap SBY yang memberikan jalan untuk fasilitas pinjaman kepada Prabowo, haduh, saya tidak mau berkomentar. Itu wilayahnya pak SBY dan simpatisannya untuk menjawab. Ini fitnahnya lebih besar daripada fitnah kepada saya. Sudah kelas Presiden loh. Monggo tanggung sendiri.

Nah, kembali ke akar masalah soal teknik “google it’ nya engkong Jack. Saya mengakui ini salah satu bagian awal proses pencarian data untuk mencari hubungan antar masalah. Namun, kembali saya sampaikan. Google bukan segalanya. Kalau memang sebegitu ‘dewa’nya—mosok untuk mencari informasi tentang sosok asli akun anonim “Jack Soetopo” saja tidak bisa.

Kalau ada yang bisa mencari wajah asli, tempat tinggal, biodata engkong jack lewat teknik “google it” itu, saya beri hadiah dua buku karangan saya, lengkap dengan tanda tangan dan gratis ongkos kirim. Tapi maaf, hanya untuk satu pemenang.

Bisa?

Sekian, selamat siang dan tetap MERDEKA!

Prabowo & Misteri "Kedaulatan Negara" di Pabrik Kertas PT KIANI

Posted on Senin, 14 April 2014 Tidak ada komentar

Senin, 14 April 2014

Entah berapa kali saya menerima pesan BBM broadcast dengan pertanyaan "apa prestasi Prabowo?". Pertanyaan yang juga saya terima dari salah satu rekan sejawat di kantor tempat saya berkerja.

Pertanyaannya malah semakin dipertajam dengan kata-kata 'selain mantu Soeharto'. Duh, rasanya tidak mungkin saya membahas soal prestasi selama karir militernya yang selalu juara setiap pelatihan, perang atau dan lain sebagainya.

Namanya juga prajurit, setiap tugas--semuanya memang sudah harus diselesaikan dengan baik dan sempurnya. Tidak terlalu penting dicatat dalam sejarah. Dan rasanya agak tidak lazim saja dibandingkan dengan Jokowi yang sudah pernah menjabat sebagai walikota dan gubernur. Dibandingkan dengan bu Risma pun sepertinya juga tidak mungkin. Keduanya sudah punya wewenang sebagai pejabat untuk menyelesaikan masalah di wilayahnya.

Tapi baik, walau saya sedikit khawatir tulisan ini membuka rahasia negara--tapi saya rasa, masyarakat Indonesia perlu tahu apa prestasi Prabowo yang besar bagi negara ini walau saat itu tanpa menjabat posisi apa pun di pemerintahan. Tanpa punya wewenang apa pun!

Dan salah satu contoh kecil adalah membebaskan Wilfirida. Dengan kedekatannya dengan Mahatir Muhammad, Anwar Ibrahim dan PM Malaysia sekarang--Prabowo mampu mendesak agar Wilfirida dibebaskan. bahkan saya kagum cara berfikir strategisnya yang lebih baik mencari pengacara terbaik negara tersebut untuk membebaskan Wilfrida daripada membayar mahal menyogok milyaran untuk membebaskan BMI tersebut.

Kalau akhirnya ada yang koar-koar merasa lebih pahlawan dan melarang di politisasi--ya monggo. Ambil saja prestasinya. Orak pathek'en saya rasa untuk sekelas Prabowo. Yang penting, dengan kedua tangannya sudah ada pahala berbuat baik kepada sesama mahluk Allah. Tak perduli seagama atau bukan.

Nah, Bagi saya pribadi--salah satu prestasi terbesar dari Prabowo adalah membeli pabrik kertas KIANI di Kalimantan Timur.

Mungkin sekilas banyak yang nyinyir, gituan kok dianggap prestasi. Di demo pula ama karyawannya gegara (katanya) belum bayar gajinya.

Hadeh! Padahal, kalau kita mau sedikit cermat, masalah tidak produksinya PT Kiani yang membuat karyawannya di hentikan sementara karena ya gegara selama ini sebelum dibeli Prabowo--mereka memakai kayu 'spanyol' alias separo nyolong.

Dan di era Prabowo dilarang, mereka diminta menunggu sampai pohon yang mereka tanam sendiri di lahan konversi mereka sendiri tumbuh dan siap panen. Itu pun tanpa pemecatan atau di ganti outsourcing. Hanya tidak diminta masuk kerja tapi tetap digaji.

Hal ini pun saya rasa masih masalah ecek-ecek untuk diangkat dalam tulisan. Karena menurut saya, yang lebih penting untuk diketahui disana adalah adanya dua buah bangunan yang sangat menarik perhatikan.

Coba saudara-saudara cek di wikimapia atau google maps lokasi PT KERTAS NUSANTARA di daerah Mangkajang, Kaltim. Saya rasa, yang paham soal pertahanan negara atau sewaktu SD sedikit perhatian dengan pelajaran wawasan nusantara saat penataran P4 akan terkejut. Bayangkan, disebuah pabrik kayu nun jauh di utara Kalimantan. Di sebuah tempat yang dikelilingi oleh hutan belantara terdapat landasan pacu dan pelabuhan laut (dermaga) kapal peti kemas...!

Jepretan Layar 2015-06-29 pada 03.15.57
Setelah saya cek di google, ternyata bandara ini bernama "Lungsuran Naga Airport". Bandara dengan panjang 1700 meter dan terbuat dari beton. spesifikasi yang memungkinkan pesawat sekelas Boeing 737 dan Hercules mendarat disini. Bandara ini pun sebenarnya pernah diminta oleh pemrov disana untuk dijadikan bandara komersial dan ditolak oleh Prabowo. Paham maksudnya?

Ya artinya, daripada PT KIANI dibeli JP Morgan Amerika atau Singapore--lebih baik Prabowo ambil alih dengan segala kekuatan finansialnya tahun 2004. Lha kan gawat jika bandara dan dermaga di Kiani ini dijadikan Pangkalan militer oleh bangsa asing dan tetangga.

Karena mungkin memang desaignnya untuk pangkalan rahasia di zaman pak Harto. Lha makin terjebak kita di kepung oleh Amerika.

Lha wong dari kejadian tragedi pesawat MAS MH370 pun baru terkuak ada bandara pulau kecil sebelah timur barat Indonesia bernama DIEGO GARCIA. Pulau yang penduduknya hanya berisi tentara AS dan Inggris.

Nah, jadi paham kenapa dulu Prabowo pernah menjawab pertanyaanku kdengan jawaban "demi kedualatan negara" saat kutanya soal pembelian pabrik kertas ini.

Yang awalnya kukira hanya sekedar faktor ekomonis belaka. Jadi, sekali kembali ke pertanyaan lewat BBM broadcast tersebut--silahkan bandingkan prestasi calon lain yg sudah mempunyai 'kewenangan' dengan Prabowo yang belum diberi wewenang.

Lha wong belum diberi 'kewenangan' saja sudah berprestasi lewat kemampuan negosiasi ekonomi dan insting militernya. Lha gimana nanti beliau sudah diberi mandat dan wewenang sebagai Presiden RI?

Sekian dan tetap MERDEKA!

Ekonomi Kerakyatan Vs Ekonomi Neolib

Posted on Selasa, 01 April 2014 Tidak ada komentar

Selasa, 01 April 2014

Saudara-saudaraku,
Sering mendengar jargon “ekonomi kerakyatan” yang berulang-ulang disampaikan Prabowo Subianto?

Ada yang paham maksudnya?

Kalau menjawab rakyat yang jadi ekonom atau ekonomi oleh rakyat, berarti saudara-saudara belum paham. Tak mengapa, masih mendingan. Sebelumnya malah ada seorang menteri yang juga tidak tahu bahkan mengolok-olok begini: “Ekonomi kerakyatan itu apaan? Nggak pernah ada tuh teori begituan”.

Bayangkan! Seorang Menteri bagian ekonomi dan keuangan kok sampai tidak tahu atau tidak pernah mendengar kata ini. Jangan-jangan sewaktu SD tidak di Indonesia. Bisa jadi SD nya antara di Amerika atau Ethopia.

Lha wong kita sama-sama tahu, di buku IPS jaman dulu sudah membahas soal Bung Hatta yang sudah sejak tahun kapan sebelum Indonesia ini merdeka menggagasnya. Ckckck…

Ya sudah, supaya tidak panjang lebar—sedikit saya resume-kan perbedaan esensi ekonomi kerakyatan yang diusung Partai Gerindra dibandingkan ekonomi neolib (neo liberal) yang diusung partai lain.

Jadi, inti dari ekonomi kerakyatan adalah lawan kata dari neolib yang berbasis pasar bebas. Pasar bebas berarti membiarkan produk/barang luar berjualan di negeri kita tanpa batasan.

Ekonomi kerakyatan, menempatkan pemerintah ikut bertanggung jawab dan berkerja untuk kesejahteraan rakyat, bukan sekedar jadi wasit yg kerjanya nungguin pajak dari perdagangan pasar bebas ala neolib.

Ya kalau saat pasar bebas, produsen/petani/pedagang negara kita sudah kuat. Lha ini malah rakyatnya dicuekin, tidak dibantu, tidak dipinjami modal, tidak diberi pelatihan dan tidak-tidak-tidak lainnya. Bahkan mau-mau saja menerima aturan Amerika dan konco-konconya yang melarang petani kita dibantu, subsidi pupuk misalnya.

Sedangkan disatu sisi, negara sono malah diam-diam membantu pentani/pedagangnya lewat aneka suplemen. Pantesan harganya jadi murah saat panen. Lha kitaaaaaa? Ya jelas kalah petani/produsen kita. *byuh

Ekonomi Kerakyatan ini pun sebenarnya adalah pemendekan dari jabaran pasal 33 UUD 1945 yang berbunyi :

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas kekeluargaan.
2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh Negara.
3. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Coba deh, perhatikan pasal tersebut versi aslinya, adakah kalimat : “pemerintah menjadi wasit di era pasar bebas dan ongkang-ongkang kaki menunggu komisi dari impor beras dll...".

Nggak ada kan? Hahahahha

Sementara cukup segitu, selamat siang—selamat bangga menjadi diri sendiri. Diri sendiri yang punya konsep ekonomi mandiri dan berdikari.

MERDEKA!
Don't Miss