Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Pemecatan, Antara Prabowo & Deng Xiaoping

Posted on Minggu, 25 Mei 2014 Tidak ada komentar

Minggu, 25 Mei 2014

Saya sedikit sedih saat membaca status seorang kawan yang dalam status FB nya mengatakan kurang lebih bahwa "walau dianggap gagal mengatasi permasalahan Jakarta dan "ndeso", namun dia tidak pernah DIPECAT..."

Ya, saya maklum--adalah hak politik seluruh warga negara Indonesia untuk mendukung dan memilih yang disukainya. Akan tetapi ada sebuah kata yang perlu saya garis bawahi yaitu soal kata "dipecat" ini.

Saya juga mengerti, kata negatif memang lebih cepat menyebar dan menjadi stigma buruk yang ditanggung Prabowo belasan tahun. Bukan hanya kawan saya tadi, masih banyak yang lainnya yang termakan statemen ini.

Padahal, kata tersebut tidak cocok untuk kejadian yang menimpa Prabowo. Prabowo memang dicopot jabatannya sebagai Panglima Kostrad, tetapi bukan dipecat sebagai anggota ABRI. Beliau pun hanya dipindahkan ke SESKOAD sebagai komandan di sekolah perwira tinggi Angkatan Darat tersebut. Boleh cek CV beliau yang diuanggah oleh situs resmi KPU.

http://www.kpu.go.id/koleksigambar/daftar_rwyt_hdp_prabowo.pdf

Walau pun soal sidang DKP yang sampai saat ini belum dibuka secara resmi isi dan hasilnya, Prabowo tidak suka berdebat atas pencopotan ini. Beliau anggap ini resiko menjadi seorang Komandan.

Karena beliau tahu dan pernah menyampaikan langsung jika bahaya jika sampai ABRI (TNI) terjadi perpecahan jika beliau ngotot menolak ini. Jikalau perselisihan politikus, paling hanya pada debat mulut saja, namun jika ABRI/TNI yang berselisih--negara lain akan senang melihat lemahnya tentara Indonesia.

Nah, setelah dipindah ke SESKOAD, barulah Prabowo meminta percepatan pensiun dini. Setelah berulang kali meminta, barulah tanggal 20 November 1998, Presiden RI waktu itu Habibie menandatangani permintaan pensiun dini Prabowo.

Infoemasinya saya kutip dari berita lama tahun 1999 dari Majalah TEMPO sbb:

=======

Sebelum bertolak meninggalkan Jakarta, Prabowo, yang (saat itu) belum menerima surat pensiun, berulang kali menemui Wiranto untuk meminta pensiunnya dipercepat. Ia juga meminta izin pergi ke luar negeri untuk urusan keluarga di Eropa, dan juga untuk berobat. Maksudnya, agar ia bisa pergi sebagai orang sipil yang tidak terikat lagi dengan dinas militer.

Kata sebuah sumber, Prabowo menyatakan siap dimahkamah-militerkan kapan saja. Tapi Wiranto tidak bicara soal mahkamah militer. Panglima ABRI tadi akhirnya memberikan izin untuk Prabowo. Surat pensiun untuknya diteken Presiden B.J. Habibie pada 20 November 1998.

Sumber:

1. http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1999/01/02/0020.html 2. http://www.tempo.co.id/majalah/index-isi.asp?rubrik=nas&nomor=1 (file sudah hilang)

=======

Namun, apalah arti fesbuker sekelas Hazmi Srondol ini untuk melawan stigma yang sudah belasan tahun menimpa ke Prabowo? Tentu akan sangat melelahkan untuk menjelaskan berulang kali. Sampai dower bibir ini juga paling susah diterima, jadi lebih baik saya membahas persoalan yang berhubungan dengan ini saja.

Dan anggap saja jika Prabowo "dipecat", lalu apakah setiap pemecatan adalah sebuah keburukan untuk negara?

Yuk sedikit kita melihat ke negara tetangga yang kini sudah menjadi "Macan Asia"--RRC. Disana ada sebuah nama yang sangat legendaris bernama "Deng Xiaoping".

Deng Xiaoping ini adalah anak seorang saudagar yang sangat kaya raya namun sangat peka dengan penderitaan rakyat. ia nyaris seperti Budha yang sedih melihat penderitaan orang lain.

Walau orangtua Deng mengharapkan ia menjadi pendeta atau pengusaha, ia lebih memilih masuk ke dunia politik bersama sahabatnya Mao Zedong sang pendiri partai komunis disana. Bahkan Deng ini adalah pemimpin tertinggi Partai tersebut setelah Mao.

Walau hubungannya sangat dekat dengan Mao, beliau sangat kritis. Saking kritisnya, Deng Xiaoping DIPECAT dan dicabut seluruh posisinya di partai dan pemerintahan tahun 1976.

Namun, setelah pemecatan itu--Tahun 1980-an Deng menjadi pemimpin negara RRC. Dan di zaman Deng Xiapoing itulah, pilar kekuatan ekonomi RRC dibangun dan kini menjadi nagara denga pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terkuat di muka bumi ini.

Konsep awal Deng yang dulu dimusuhi yaitu memisahkan ideologi politik dan ekonomi negara tersebut akhirnya terbukti dan membuahkan hasil yang gemilang. Ideologi tetap komunis namun ekonomi tidak. Ekonomi menjadi terbuka.

Lalu ujungnya, secara lambat laun ideologi komunisme berubah menjadi sosialis yang modern, seperti yang pernah disampaikan Deng Xiaoping pada suatu ketika sebagai berikut:

"...tugas mendasar partai dalam periode bersejarah yang baru adalah membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20...".

Disini kita bisa lihat, sebuah visi yang dibangun lama dan menantang arus yang mengakibatkan pemecatan dirinya tak membuatnya menjadi lemah. Makin semangat menjalankan visi "modernisasi dan reformasi" ekonomi RRC.

Visi dan misi yang kalau boleh saya rangkum menjadi beberapa hal sbb:

1. Kebijakan Empat Modernisasi : Militer, Iptek, Pertanian & Industri 2.Politik Pintu Terbuka (kaifang Zhenze) 3. Reformasi pada bidang: Politik, Ekonomi, Budaya dan hukum.

Reformasi ini juga disebut Deng Xiaoping sebagai 'revolusi kedua'. Hal yang mengingatkan saya akan istilah perjuangan Prabowo dalam Pileg dan Pilpres 2014 ini sebagai "perang kemerdekaan jilid II - perang ekonomi".

Menariknya lagi, ada satu kunci reforamasi Deng yang sangat mirip dengan Kaisar Jepang serta Prabowo Subianto sendiri yaitu perihal pentingnya peran guru dalam reformasi ini.

Deng sangat prihatin dengan rendahnya gaji guru saat itu, yang kurang dari $20 perbulan. Dan ketika Deng berkuasa, guru-guru dinaikan kesejahteraannya secara drastis. Mirip sekali dengan pertanyaan Kaisar Jepang saat negaranya hancur lebur terkena bom atom Amerika. Saat itu, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah:

"Tinggal berapa guru-guru kita?"

Sungguh saya sangat tertegun saat suatu hari Prabowo berucap tentang keheranannya tentang masih adanya guru (honorer) di republik ini. Guru yang gajinya konon masih ada yang 50 ribu atau 100 ribu perbulan padahal anggaran pendidikan sudah sangat tinggi.

Hal yang harus di revolusi kesejahteraannya pertama dalam membangun bangsa. Hal yang juga sangat memalukan jika dibanding dengan negara tetangga--Thailand. Dimana di negara kerajaan tersebut, Guru dan Polisi adalah pegawai negeri dengan income tertinggi di negara tersebut. tak heran, pasangan pasutri guru-polisi, kedudukan sosial ekonominya sangat tinggi disana.

Kedekatan Prabowo dengan para pendidik ini pun bukan omong kosong. Saya tahu betul bagaimana dekatnya beliau dengan para guru besar dan profesor dalam meramu visi-misi-aksinya yang terangkum dalam buku "Membangun Kembali Indonesia Raya" yang diringkas menjadi 6 Program Aksi dan Agenda/Program nya sebagai Capres 2014.

Jangan heran jika kita pernah mendengar statement dari Prabowo yang kurang lebih begini "Lebih baik saya di dukung para guru dan profesor daripada didukung 100 panser dan pesawat tempur".

Dan kini, tak heran jika akhirnya saya paham kenapa Prabowo juga pernah bilang, "Kalau rakyat memberikan mandat kepada saya sebagai Presiden RI, saya ingin seperti Deng Xiaopingnya RRC".

Deng Xiaoping yang dulu pernah di fitnah dan dipecat berulang kali.

Sekian, selamat sore dan tetap MERDEKA!

Duka Prabowo atas Nasib Guru Honorer dan Kedekatannya terhadap Para Pendidik dan Profesor

Posted on Sabtu, 24 Mei 2014 Tidak ada komentar

Sabtu, 24 Mei 2014

Kepadamu para guru, ustadz, dosen dan profesor, artikel ini khusus saya tuliskan...

========

Saya sedikit sedih saat membaca status seorang kawan yang dalam status FB nya mengatakan kurang lebih bahwa "walau dianggap gagal mengatasi permasalahan Jakarta dan "ndeso", namun dia tidak pernah DIPECAT..."

Ya, saya maklum--adalah hak politik seluruh warga negara Indonesia untuk mendukung dan memilih yang disukainya. Akan tetapi ada sebuah kata yang perlu saya garis bawahi yaitu soal kata "dipecat" ini.

Saya juga mengerti, kata negatif memang lebih cepat menyebar dan menjadi stigma buruk yang ditanggung Prabowo belasan tahun. Bukan hanya kawan saya tadi, masih banyak yang lainnya yang termakan statemen ini.

Padahal, kata tersebut tidak cocok untuk kejadian yang menimpa Prabowo. Prabowo memang dicopot jabatannya sebagai Panglima Kostrad, tetapi bukan dipecat sebagai anggota ABRI. Beliau pun hanya dipindahkan ke SESKOAD sebagai komandan di sekolah perwira tinggi Angkatan Darat tersebut. Boleh cek CV beliau yang diuanggah oleh situs resmi KPU.

http://www.kpu.go.id/koleksigambar/daftar_rwyt_hdp_prabowo.pdf

Walau pun soal sidang DKP yang sampai saat ini belum dibuka secara resmi isi dan hasilnya, Prabowo tidak suka berdebat atas pencopotan ini. Beliau anggap ini resiko menjadi seorang Komandan.

Karena beliau tahu dan pernah menyampaikan langsung jika bahaya jika sampai ABRI (TNI) terjadi perpecahan jika beliau ngotot menolak ini. Jikalau perselisihan politikus, paling hanya pada debat mulut saja, namun jika ABRI/TNI yang berselisih--negara lain akan senang melihat lemahnya tentara Indonesia.

Nah, setelah dipindah ke SESKOAD, barulah Prabowo meminta percepatan pensiun dini. Setelah berulang kali meminta, barulah tanggal 20 November 1998, Presiden RI waktu itu Habibie menandatangani permintaan pensiun dini Prabowo.

Informasinya saya kutip dari berita lama tahun 1999 dari Majalah TEMPO sbb:

Sebelum bertolak meninggalkan Jakarta, Prabowo, yang (saat itu) belum menerima surat pensiun, berulang kali menemui Wiranto untuk meminta pensiunnya dipercepat. Ia juga meminta izin pergi ke luar negeri untuk urusan keluarga di Eropa, dan juga untuk berobat. Maksudnya, agar ia bisa pergi sebagai orang sipil yang tidak terikat lagi dengan dinas militer.

Kata sebuah sumber, Prabowo menyatakan siap dimahkamah-militerkan kapan saja. Tapi Wiranto tidak bicara soal mahkamah militer. Panglima ABRI tadi akhirnya memberikan izin untuk Prabowo. Surat pensiun untuknya diteken Presiden B.J. Habibie pada 20 November 1998.

Sumber:

1. http://www.library.ohiou.edu/indopubs/1999/01/02/0020.html
2. http://www.tempo.co.id/majalah/index-isi.asp?rubrik=nas&nomor=1 (file sudah hilang)

***

Namun, apalah arti blogger sekelas Hazmi Srondol ini untuk melawan stigma yang sudah belasan tahun menimpa ke Prabowo? Tentu akan sangat melelahkan untuk menjelaskan berulang kali. Sampai dower bibir ini juga paling susah diterima, jadi lebih baik saya membahas persoalan yang berhubungan dengan ini saja.

Dan anggap saja jika Prabowo "dipecat", lalu apakah setiap pemecatan adalah sebuah keburukan untuk negara?

Yuk sedikit kita melihat ke negara tetangga yang kini sudah menjadi "Macan Asia"--RRC. Disana ada sebuah nama yang sangat legendaris bernama "Deng Xiaoping".

Deng Xiaoping ini adalah anak seorang saudagar yang sangat kaya raya namun sangat peka dengan penderitaan rakyat. ia nyaris seperti Budha yang sedih melihat penderitaan orang lain.

Walau orangtua Deng mengharapkan ia menjadi pendeta atau pengusaha, ia lebih memilih masuk ke dunia politik bersama sahabatnya Mao Zedong sang pendiri partai komunis disana. Bahkan Deng ini adalah pemimpin tertinggi Partai tersebut setelah Mao.

Walau hubungannya sangat dekat dengan Mao, beliau sangat kritis. Saking kritisnya, Deng Xiaoping DIPECAT dan dicabut seluruh posisinya di partai dan pemerintahan tahun 1976.

Namun, setelah pemecatan itu--Tahun 1980-an Deng menjadi pemimpin negara RRC. Dan di zaman Deng Xiapoing itulah, pilar kekuatan ekonomi RRC dibangun dan kini menjadi nagara denga pertumbuhan ekonomi tertinggi dan terkuat di muka bumi ini.

Konsep awal Deng yang dulu dimusuhi yaitu memisahkan ideologi politik dan ekonomi negara tersebut akhirnya terbukti dan membuahkan hasil yang gemilang. Ideologi tetap komunis namun ekonomi tidak. Ekonomi menjadi terbuka.

Lalu ujungnya, secara lambat laun ideologi komunisme berubah menjadi sosialis yang modern, seperti yang pernah disampaikan Deng Xiaoping pada suatu ketika sebagai berikut:

"...tugas mendasar partai dalam periode bersejarah yang baru adalah membangun Cina menjadi sebuah negara sosialis yang modern dan kuat pada akhir abad ke-20...".

Disini kita bisa lihat, sebuah visi yang dibangun lama dan menantang arus yang mengakibatkan pemecatan dirinya tak membuatnya menjadi lemah. Makin semangat menjalankan visi "modernisasi dan reformasi" ekonomi RRC.

Visi dan misi yang kalau boleh saya rangkum menjadi beberapa hal sbb:

1. Kebijakan Empat Modernisasi : Militer, Iptek, Pertanian & Industri
2.Politik Pintu Terbuka (kaifang Zhenze)
3. Reformasi pada bidang: Politik, Ekonomi, Budaya dan hukum.

Reformasi ini juga disebut Deng Xiaoping sebagai 'revolusi kedua'. Hal yang mengingatkan saya akan istilah perjuangan Prabowo dalam Pileg dan Pilpres 2014 ini sebagai "perang kemerdekaan jilid II - perang ekonomi".

Menariknya lagi, ada satu kunci reforamasi Deng yang sangat mirip dengan Kaisar Jepang serta Prabowo Subianto sendiri yaitu perihal pentingnya peran guru dalam reformasi ini.

Deng sangat prihatin dengan rendahnya gaji guru saat itu, yang kurang dari $20 perbulan. Dan ketika Deng berkuasa, guru-guru dinaikan kesejahteraannya secara drastis. Mirip sekali dengan pertanyaan Kaisar Jepang saat negaranya hancur lebur terkena bom atom Amerika. Saat itu, pertanyaan pertama Kaisar Jepang adalah:

"Tinggal berapa guru-guru kita?"

Ratusan guru honorer yang tergabung dalam Forum Honorer Indonesia (FHI), dan Persatuan Honorer Sekolah Negeri Indonesia berunjuk rasa di depan Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (3/5). Unjuk rasa tersebut di lakukan karena mereka menuntut perbaikan kesejahteraan bagi guru honorer serta dijadikan PNS 100 persen tanpa tes, dan dihapuskan sistem honorer.MI/ANGGA YUNIAR

Sungguh saya sangat tertegun saat suatu hari Prabowo berucap tentang keheranannya tentang masih adanya guru (honorer) di republik ini. Guru yang gajinya konon masih ada yang 50 ribu atau 100 ribu perbulan padahal anggaran pendidikan sudah sangat tinggi.

Hal yang harus di revolusi kesejahteraannya pertama dalam membangun bangsa. Hal yang juga sangat memalukan jika dibanding dengan negara tetangga--Thailand. Dimana di negara kerajaan tersebut, Guru dan Polisi adalah pegawai negeri dengan income tertinggi di negara tersebut. tak heran, pasangan pasutri guru-polisi, kedudukan sosial ekonominya sangat tinggi disana.

Kedekatan Prabowo dengan para pendidik ini pun bukan omong kosong. Saya tahu betul bagaimana dekatnya beliau dengan para guru besar dan profesor dalam meramu visi-misi-aksinya yang terangkum dalam buku "Membangun Kembali Indonesia Raya" yang diringkas menjadi 6 Program Aksi dan Agenda/Program nya sebagai Capres 2014.

Jangan heran jika kita pernah mendengar statement dari Prabowo yang kurang lebih begini "Lebih baik saya di dukung para guru dan profesor daripada didukung 100 panser dan pesawat tempur".

Dan kini, tak heran jika akhirnya saya paham kenapa Prabowo juga pernah bilang, "Kalau rakyat memberikan mandat kepada saya sebagai Presiden RI, saya ingin seperti Deng Xiaopingnya RRC".

Deng Xiaoping yang dulu pernah di fitnah dan dipecat berulang kali.

Sekian, selamat sore dan tetap MERDEKA!

Ternyata Ada "Hattanomics" dalam "Prabowonomics"

Posted on Tidak ada komentar
Suatu malam, beberapa bulan lalu di kediaman pribadi Prabowo Subianto --saya sedikit mendesak beliau untuk membocorkan siapa gerangan wakil presiden yang akan mendampingi beliau saat maju dalam Pilpres 2014 ini.

"Pileg juga belum, kok sudah tanya calon wapres" jawabnya sambil terkekeh.

Saya tidak puas dengan jawaban yang mirip-mirip dengan jawaban beliau kepada wartawan ini. Hingga suatu hari, di meja makan yang sama--pertanyaan ini terulang. Cuman kali ini, bukan bertanya soal "siapa" tetapi lebih kepada ciri-cirinya saja. Alhamdulillah, kami ini beliau mau membuka mulut walau dengan sedikit intro.

"Kalau saja dalam Pileg mencapai 51% suara, tentu saya punya kebebasan memilih cawapres sendiri. JIka tidak, saya akan memilih orang yang 'mirip' dengan saya"

DUENG!

Mendadak wajah ini menegang dan spontan saya berucap, "RATU KEMBAR dong, pak?!"

Ya, jelas statemen beliau ini sangat mengingatkan salah satu dari dua hikayat ramalan ala Jawa. Yang pertama Jayabaya dengan ramalan "Satrio Piningit" dan kedua tentu saja "Sabdo Palon" yang sering di identikan dengan Ki Semar. Walau berbeda background cerita, anehnya--keduanya akan muncul dalam jangka waktu yang sama. Hmm...

Sedangkan malam itu, kisah kembalinya Sabdo Palon setelah 500 tahun menghilang dari tanah Jawa (baca : Nusantara) lebih mendominas dan 500 tahun itu, adalah saat ini.

Saya juga mendadak ingat cerita pakde di Semarang yang pernah mengatakan jika kembalinya Sabdo Palon ini juga sudah menjadi pembicaraan tukang-tukang becak. Serius, tukang becak. Ini artinya, lapisan masyarakat segala tingkat pendidikan dan sosial.

Menariknya, kemunculan Sabdo Palon--konon dari tempat persembunyiannya yang berada di bukit Tidar, Magelang. Kemunculannya pun semakin menarik, salah satu versi mengatakan--Sabdo Palon akan muncul dalam bentuk ratu kembar yang bolehlah kita identikan dengan istilah "dwi tunggal".

Nah, boleh dong saya sambungkan "dari bukit Tidar" sebagai Prabowo--lha memang beliau kan lulusan Akabri yang pasti kenyang keluar masuk bukit tersebut. Hehehe...

Oke, sementara lewati dahulu soal ramal meramal ini agar saya tidak ditimpuk oleh teman-teman yang lebih suka membahas yang kongkrit daripada hikayat ini. hehehe...

Nah, kembali ke pembahasan wapres yang "mirip Prabowo" ini--jujur saja sempat saya terkaget dengan munculnya nama Hatta Rajasa sebagai pasangannya dalam Pilpres 2014 ini.

Sempat saya bertanya-tanya, jikalau mencari yang "mirip" kenapa bukan tentara saja? Toh saya sering bertemu beberapa jenderal TNI yang juga sangat cerdas dan asyik diajak debat, eh, diskusi.

lalu, kenapa bukan pak Dahlan Iskan yang sama-sama bisnisman saja? Walau akhirnya saya sadar, pak DI masih peserta konversi partainya yang saat itu belum diputuskan pemenangannya. Padahal syarat jadi cawapres harus mundur dari jabatan menteri 7 hari sebelum pendaftarannya.

Atau kenapa bukan pak Mahfud MD atau tokoh-tokoh NU yang notabene Prabowo lebih "NU" dalam kehidupan beragamanya. belum lagi potensi dulangan suara yang sangat besar mengingat khalayak NU ini jumlahnya lebih besar daripada Muhammadiyah-nya Hatta Rajasa?

dan kenapa-kenapa lain yang bersliweran dalam pikiran.

Namun, jawaban ini segera terjawab setelah muncul agenda dan program pasangan Prabowo-Hatta ini. Agenda yang terdiri dari 9 lembar ini mendadak membuat saya tersenyum senang. Pengen tahu alasannya?

Ya, saya akhirnya menemukan jawaban kemiripan Hatta dan Prabowo. Khususnya dalam pandangan ekonominya. Prabowo ternyata bukan sekedar asal comot, namun kesamaan visi dan konsep ekonomi lebih dominan dalam perang ekonomi yang disebutnya "Perang Kemerdekaan jilid II ".

Sekedar informasi, agenda dan program tersebut--ternyata masih sangat "Prabowonomics" banget dengan tambahan penguat "Hattanomics" pada beberapa pointnya.

Seperti kita tahu, konsep Prabowonomics sendiri sudah terangkum dalam buku "Membangun Kembali Indonesia Raya" yang pertama terbit pada maret 2009 ditambah dengan agenda penyelamatan uang negara. Kalau boleh saya ringkas, ada 4 point utama dalam buku setebal 331 halaman tersebut, yaitu:

1. Menutup kebocoran anggaran negara Rp. 1000 trilyun/tahun 2. Strategi dorongan besar (untuk menambah kekayaan negara) 3. Pembangunan infrastruktur 4. Pembangunan sosial (pendidikan, kesehatan dll) untuk kesejahteraan rakyat.

Dimana point 1 dan 2 digunakan untuk pembiayaan point 3 dan 4 dibawahnya

Nah, menariknya--ternyata pada tahun 2012 muncul istilah "Hattanomics" oleh "The Jakarta Globe". Dimana dalam artikel tersebut, disebutkan munculnya kepanikan dari Amerika dan negara-negara barat atas kebijakan Hatta Rajasa sebagai Menkoekuin atas keharusan investor asing men-divestasi-kan kepemilikan sahamnya di perusahaan khususnya di bidang tambang, meneral dan enargi yang beroperasi di Indonesia. Minimal 51% kepemilikannya oleh pemerintah dengan kurun waktu tertentu.

Belum lagi kebijakan memperketat aturan soal bea ekspor tambang, pembatasan impor daging, pembatasan pintu masuk impor dan perlunya inovasi dalam pengolahan tambang mentah menjadi produk jadi.

Hal yang di sebut barat dan Amerika sebagai "nasionalistik" dan "proteksionis". Walau menurut Hatta Rajasa sendiri, hal itu hanya merupakan "renegosiasi".

Hal yang jelas merupakan implementasi teknis "strategi dorongan besar" ala Prabowo. Hattanomics sendiri jelas merupakan persiapan menuju konsep ekonomi kerakyatan yang diamanahkan UUD 1945 pasal 33 asli, dimana konsep ekonomi asli bangsa Indonesia itu sedang terjepit oleh dominasi neoliberal dengan pasar bebasnya.

Hatta sangat cerdik dengan 'hanya' memberi batasan saja dalam pasar bebas dan pararel menerapkan ekonomi kerakyatan secara bertahab. Sepertinya ini jawaban atas sindiran SBY terhadap "capres yang berbahaya" karena rencana nasionalisasinya yang dianggapnya sangat frontal. hehehe...

Nah, akhirnya saya paham. Pilihan Prabowo dengan menjadikan Hatta Rajasa sebagai pasangannya dalam Pilpres 2014 memang sesuai dengan statement nya terdahulu. Hatta bisa jadi akan dijadikan pemimpin pelaksana strategi ini sedangkan Prabowo akan memimpin langsung penyelamatan kebocoran uang negara 100 trilyun. Kerjasama yang PAS! Dwitunggal!

Jadi dengan data yang saya pelajari diatas, terpaksa saya jadi mengungkit-ungkit ramalan ratu kembar nya Sabdo Palon. Sosok yang sering pula di identikan dengan Ki Semar. Ki Semar yang entah mungkin ini perasaan saya saja, kok sekilas raut wajahnya mirip (isi sendiri)... hehehe....

Selamat pagi dan tetap MERDEKA!

====

Hatta-nomics : http://www.thejakartaglobe.com/archive/analysis-indonesias-hatta-nomics-makes-foreign-investors-nervous/521349/

Agenda & Program Prabowo - Hatta :http://selamatkanindonesia.com/Agenda-Prabowo-Hatta.pdf

Tips Mencoblos di Pilpres 9 Juli 2014

Posted on Jumat, 23 Mei 2014 Tidak ada komentar

Jumat, 23 Mei 2014

1. Jika anda suka Prabowo, langsung coblos gambar Prabowo

2. Jika anda benci Prabowo, coblos gambar Prabowo dengan kekuatan penuh agar kekesalan anda terpuaskan.

3. Jika anda suka Hatta, silahkan coblos gambar Hatta

4. Jika anda suka Prabowo tapi tak suka Hatta, coblos gambar Prabowo-nya saja. Jangan gambar Hatta

5. Jika anda suka Hatta tapi tak suka Prabowo, coblos gambar Hatta-nya saja. Gambar Prabowo didiemin saja.

6. Jika anda suka Jokowi dan tidak suka Prabowo, coblos Prabowo dengan semangat agar kejengkelan anda terlampiaskan.

7. Jika anda suka JK walau tak suka Jokowi, coblos Prabowo saja karena memang benar pendapat anda jika JK lebih pantas jadi capres daripada Jokowi.

8. Jika anda tidak suka keempatnya, coblos gambar Prabowo saja untuk mewakili ketidaksukaan anda terhadap keempat tokoh ini.

Demikian tips ini dibuat pada tanggal 22 mei 2014. Jika ada yang mirip-mirip dengan mengubah nama tokoh. Berarti nyontek.

aku rapopo ‪#‎EH‬

Happy nyoblos, jangan lupa berdoa sebelum nyoblos dan silahkan di sebarkan di TPS-TPS. Merdeka!

Kenapa Saya Tak Pernah Menyerang Partai Golkar?

Posted on Rabu, 07 Mei 2014 Tidak ada komentar

Rabu, 07 Mei 2014

Ada pertanyaan yang muncul saat usai coblosan Pileg 2014 seperti ini:

"Om Srondol sih, nyerangnya PDI-P mulu. Mentang-mentang korban penjualan Indosat. Tuh Golkar dapat 14%..."

Hehehe...

Ya, memang harus saya akui saya susah sekali menyerang partai yang satu ini. Jangankan menyerang, mengolok-olok pun saya jarang. Khususnya soal boneka teddy bear yang pernah muncul beberapa waktu lalu.

Bukan apa-apa, saya sadar saya tidak begitu cocok dengan beberapa personal petinggi Golkar dan detail program untuk masa depan bangsa yang masih belum saya dapatkan. Kalau pun kesal dengan beberapa oknum partai ini, saya lebih banyak diam. Karena urusannya sudah masalah karakter personal--bukan kelembagaan.

Berbeda dengan Partai Gerindra yang sekarang saya anggap paling siap konsep dan programnya. Ibaratnya, ada "GBHN" nya. Hal yang sudah tidak bisa kita temukan di era sekarang sejalan dengan dihapusnya MPR sebagai lembaga tertinggi negara. Jadi jangan heran kita tidak bisa menuntut hasil kerja Presiden era reformasi karena memang tolak ukur sebagai "mandataris MPR"-nya tidak ada.

Dan penghapusan ini, mau tidak mau saya mesti berhati-hati terhadap partai yang akan kumasuki. Setidaknya memilih yang sudah punya sejenis GBHN yang detail dan bisa kupakai untuk mengontrol ketika mereka masuk ke pemerintahan. Walau pun mungkin kontrolnya hanya lewat tulisan saja. Lagian, tidak mungkin menjadi bagian dari sebuah organisasi hanya sekedar ikut-ikutan. Padahal pesan orangtua kita dulu jelas--lebih baik berbeda daripada ikut-ikutan.

Nah, kembali ke akar masalah--dimata saya Golkar adalah sebuah perisai terakhir atas ideologi komunisme di Indonesia.

Sekedar membuka kembali ke sejarah awal berdirinya Partai Golkar ini yang tahun 1964 bernama Sekber GOLKAR (sekretariat bersama golongan karya) oleh Angkatan Darat untuk menandingi pengaruh PKI di kancah politik Indonesia.

Saya rasa, gegara ideologi dasar Golkar inilah yang membuat banyaknya tuntutan pembubaran partai ini. Khususnya bagi mereka yang masih mengidamkan ideologi komunis hidup kembali di negeri ini.

Ya, soal partai adalah soal ideologi sedangkan manusianya--ya sesuai sunatullah pasti akan berubah-ubah sesuai tingkat keimanan dan pemahamannya. bahasa sekarangnya "swing voter". Kadang nasionalis, kadang agamis kadang, sosialis atau malah kadang apatis #EH. Hehehe...

Lalu, berita membahagiakan tentunya muncul pagi ini dengan hadirnya beberapa petinggi Golkar di Bukit Hambalang untuk membahas koalisi Gerindra - Golkar. Ini berarti, akan dua ideologi bergabung--yaitu ideologi kerakyatan dan anti komunisme.

Saya jadi membayangkan, jika Allah ridho Prabowo menjadi Presiden RI tahun 2014-2019 ini--betapa asyiknya negara ini jika teamwork terbangun antara pekerja kesejahteraan dan pelindung ideologi Pancasila bersatu.

Walau harus diakui--tak lengkap jika tanpa hadirnya partai berbasis agama spt PKS, PPP, PAN, PBB dan PKB untuk memberikan spirit relijius agar pemimpin dan rakyat Indonesia tidak terjebak pada paham Neoliberal tanpa disadarinya. Sebuah paham yang hanya berbasis pasar, cashflow dan materi tanpa memikirkan bahwasanya manusia itu terdiri dari dua dzat--tubuh dan roh. Jiwa dan raga.

Paham neolib ini juga jelas kontra dengan paham "gotong-royong" ala leluhur bangsa kita yang saling asah-asih-asuh dengan semboyan khas yang semoga rekan-rekan tidak lupa atau sekedar menjadi jargon saja yaitu:

Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.

Sedangkan kekhawatiran soal kabinet campuran--saya percaya, ikan itu busuk dari kepalanya. Selama kepalanya seperti Prabowo, Insya Allah badan, ekor dan siripnya akan mengikuti gerak dan niat kepalanya.

Sekian jawaban saya perihal Partai Golkar, selamat malam dan tetap MERDEKA!
Don't Miss