Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Aktivis Non Timses Calon Gubernur DKI yang MENOLAK REKLAMASI

Posted on Selasa, 14 Februari 2017 Tidak ada komentar

Selasa, 14 Februari 2017

Ada 87% dari 15 ribuan pulau di Indonesia tidak/belum ber-penghuni. Bahkan 6 ribuan masih belum punya nama. Segitunya, masih mau bikin pulau palsu?
Ah, kau ini....
***
MENGAPA PARA AKTIVIS YANG BUKAN TIM SUKSES CALON GUBERNUR DKI JAKARTA MENOLAK REKLAMASI TELUK JAKARTA?

1. Chalid Muhammad. (Ketua Institut Hijau Indonesia/Direktur WALHI NASIONAL 2005-2008 dan Koordinator Nasional Jaringan Advokasi Tambang 1996-2003)

Reklamasi teluk Jakarta adalah tindakan paling bodoh dan primitif yg dilakukan penguasa. Reklamasi tidak saja hancurkan teluk Jakarta akan tetapi juga wilayah yg ditambang sebagai bahan timbunan untuk membuat pulau-palau palsu hasil reklamasi.

Alasan bahwa teluk Jakarta telah rusak sehingga sah untuk dibunuh dengan cara reklamasi adalah logika sesat dan fasis. Seharusnya sumber daya yg ada digunakan untuk melakukan pemulihan 13 sungai dan teluk JAKARTA secara terukur dan tepat bukan malah membunuhnya.

Sejak awal kegiatan Reklamasi Teluk Jakarta cacat hukum dan moral. Sanksi hukum yg dikeluarkan Menteri LHK, Gugatan PTUN WALHI dan Nelayan Jakarta serta kasus korupsi reklamasi adalah buktinya.

Lamahnya pengawasan oleh Pemda DKI terhadap perusahaan yg buang limbah ke sungai dan teluk Jakarta jangan dijadikan alasan untuk memutus urat nadi ekonomi nelayan dengan cara reklamasi.

Para pendukung reklamasi sungguh adalah kompok yang sangat arogan dan tidak kreatif dalam menata kota Jakarta. Rakyat Jakarta berhak untuk mendapatkan kualitas lingkungan hidup yang baik karena itu adalah hak konstitusional mereka. Biaya sosial dan ekologis reklamasi jauh lebih mahal daripada biaya penindakan para pencemar besar sungai dan teluk Jakarta dan biaya pemulihannya.



Rakyat Jakarta juga berhak menikmati indahnya pantai teluk Jakarta secara gratis dan nyaman. Pemerintah DKI harusnya menata teluk Jakarta untuk kepentingan rakyat banyak dan bukan MALAH MENJUALNYA pada segelintir orang kaya yang sanggup membeli lahan di Pulau Palsu hasil reklamasi yang merusak itu.

GUBERNUR ITU ADALAH JABATAN PUBLIK YANG HARUSNYA MENGURUS URUSAN PUBLIK. KARENANYA DIA TIDAK BOLEH SIBUK HANYA MENGURUS URUSAN PENGEMBANG PROPERTI APALAGI SAMPAI MENGELUARKAN DISKRESI YANG HANYA UNTUGKAN SEDIKIT ORANG DAN MEMRUGIKAN ORANG BANYAK

2. Henri Subagiyo (Direktur Eksekutif Indonesian Center for Environmental Law)


Saya menolak reklamasi Teluk Jakarta. Sejak awal proyek ini diinisiasi tanpa adanya proses yang partisipatif dan akuntabel. Persoalan lingkungan di Jakarta tidak cukup hanya didekati dengan model-model proyek yang sifatnya hilir seperti reklamasi Teluk Jakarta yang menelan banyak biaya dan resiko, minim keberhasilan untuk menjawab kompleksitas persoalan, rentan dengan penyalahgunaan, dan justru potensial menimbulkan persoalan baru.

Proyek ini tidak akan menyentuh akar persoalan. Masalah lingkungan di Jakarta lebih banyak disebabkan oleh timpangnya pembangunan yang bias Jakarta, booming kependudukan, spatial, tidak terintegrasinya Jakarta dan sekitarnya. Akibatnya, daya dukung dan daya tampung lingkungan Jakarta sudah tidak memadahi lagi.

Pembenahan seharusnya dilakukan oleh Pemerintah, khususnya Pemda DKI dengan lebih mendasar. Pemerataan pembangunan yang terintegrasi Jakarta-sekitar, penataan kependudukan dan spatial, review kebijakan yang menjadi pressure lingkungan, dan penegakan hukum terhadap berbagai pelanggaran penyebab kerusakan dan pencemaran adalah sederat agenda yang belum dituntaskan hingga saat ini.

Lebih lanjut, kompleksitas persoalan Jakarta tidak dapat hanya diselesaikan oleh segelintir aktor pemodal melalui pendekatan bisnis-teknokratis belaka melainkan justru harus melibatkan seluruh aktor -khususnya yang berkontribusi bagi melemahnya daya dukung dan daya tampung Jakarta- untuk memulihkannya, melalui perubahan perilaku dan memperbesar kontribusi mereka kepada lingkungan. Dalam konteks ini dibutuhkan para pemimpin yang lebih cerdas yang dapat menggerakkan peran seluruh aktor.

3. Bosman Batubara—Kandidat PhD UNESCO-Institute for Water Education, Delft, Belanda.


Saya tidak setuju reklamasi karena dua hal. Yang pertama, permasalahan Jakarta adalah konsentrasi spasial. Terlalu banyak orang, barang, dan kapital dalam area geografi yang terbatas ini. Untuk mensubstansiasi argumen saya ini, saya perlihatkan data berikut. Di aglomerasi perkotaan Jabodetabek, konsentrasi bekerja dengan sempurna. Secara total area Jabodetabek adalah seluas 6.392 km persegi, atau sekitar 0,3% dari keseluruhan Indonesia yang memiliki luas 1.904.569 km persegi. Namun, di ruang geografi yang cuma 0,3% itulah "terkonsentrasi" sebanyak 11,78% manusia Indonesia dari keseluruhan total 255 juta orang. Lapis kedua konsentrasi dapat kita lihat di Pula Jawa yang memiliki luas hanya sekitar 6,6% dari total area Indonesia namun harus menampung sebanyak 62,75% penduduk.

Proyek reklamasi hanya akan menarik lebih banyak orang, barang, intinya, kapital ke kawasan geografi ini. Ini artinya, alih-alih menjadi solusi, tapi justru akan menambah masalah. Gejala ini sudah bisa dilihat dalam hal konsentrasi bahan mentah. Pasir dari berbagai tempat macam Desa Domas, Serang, Banten, benar-benar diangkut secara fisik—dikonsentrasikan—ke Teluk Jakarta. Inilah salah satu jantung dari pembangunan kapitalistik yang bekerja dengan hukum konsentrasi dan sentralisasi. Sentralisasi adalah penumpukan aset di tangan kapitalis. Ini tidak usah saya jelaskan, cari saja data ketimpangan kepemilikan tanah di Indonesia. Ada banyak di internet. Konsentrasi dan sentralisasi memiliki dampak ekologi macam banjir, macet, penurunan tanah, dan seterusnya dan seterusnya. Tidak usah saya bahas.

Yang kedua, saya ingin menanggapi secara spesifik tentang masalah kontribusi tambahan. Dari yang bisa saya tonton di Youtube, konstruksi logika yang terbangun adalah, DPRD hanya ingin kontribusi tambahan sebesar 5%, sementara Ahok menginginkan kontribusi tambahan sebesar 15%. Selanjutnya, konstruksi seperti ini menempatkan sikap Ahok sebagai sikap yang progresif karena mau meningkatkan porsi bagi hasil untuk pemerintah. Dengan demikian, selanjutnya menurut konstruksi logika seperti ini, Ahok tidak pro-pengembang, dan justru DPRD-lah yang pro pengembang. Karena itu Ahok dengan program reklamasinya, pantas didukung.

Saya mau memperdalam tema kontribusi tambahan ini, atau selanjutnya saya sebut juga sebagai bagi hasil. Berapa sebenarnya kontribusi dari Manggala Krida Yudha (MKY) pada 1997 dalam kontrak ketika mereka mereklamasi pantai utara Jakarta? Bisakah Pemprov DKI membuka kontrak ini ke publik untuk mengetahui besaran bagi hasil antara Pemprov DKI/Negara dengan pengembang di tahun 1997?

Mengapa ini menjadi penting bagi saya? KOMPAS (30 September 1995 halaman 8) menyebutkan bahwa skema bagi hasil adalah 75:25% (MKY mendapatkan 75% lahan, dan PT Pelindo II/perusahaan negara, mendapatkan 25% lahan). Kalau benar bahwa skema bagi hasil dalam kontrak MKY adalah 75:25%, maka konstruksi logika soal dana kontribusi akan berubah total.

Sikap Ahok tidaklah progresif dalam meminta kontribusi tambahan sebesar 15%, karena itu justru adalah penurunan dari apa yang terjadi di 1997 (25%). Artinya, ditinjau dari sisi prosentase bagi hasil untuk negara, Ahok lebih buruk dari Orde Baru. Dengan demikian, kalau ini yang terjadi, maka tidak ada pilihan lain kecuali menyatakan bahwa Ahok pro pengembang.

Akhirul kalam, kalau masalahnya adalah konsentrasi dan sentralisasi seperti yang saya deteksi di atas, maka solusinya bukanlah pembangunan, yang justru akan menambah densitas konsentrasi dan sentralisasi. Namun, yang kita butuhkan adalah, argumen saya, dekonsentrasi dan desentralisasi. Desentralisasi adalah salah satu pokok tuntutan Reformasi 98. Namun itu belum tuntas, karena belum menyentuh wilayah dekonsentrasi dan desentralisasi spasial. Ada banyak teknis operasionalisasi dekonsentrasi dan/atau desentralisasi spasial. Tidak perlu saya jelaskan di sini. Yang perlu dan mendesak sekarang adalah: dengan menolak reklamasi di Teluk Jakarta, mari kita lanjutkan tuntutan Reformasi '98: dekonsentrasi dan/atau desentralisasi spasial radikal di Indonesia!

4. Martin Hadiwinata. (KNTI) 
Saya menolak reklamasi selain karena masalah lingkungan juga karena merupakan perampasan laut dari rakyat nelayan. Laut sebagai milik publik seharusnya tidak boleh dikonversi menjadi pulau-pulau yang menjadi kepemilikan segelintir orang perorang. Ketimpangan antara si kaya-miskin akan semakin menjadi dimana tidak tak terelakkan penggusuran kembali terjadi.

Reklamasi hanya menjadi alat untuk mengeruk keuntungan perusahaan pengembang properti elit, sama sekali bukan alat untuk adaptasi bencana pesisir. Nelayan tradisional akan melaut lebih jauh, biaya hidup semakin tinggi dan pada akhirnya yang untung hanya oligarkhi.

5. Sudirman Asun (Ciliwung Institute) 


Saya menolak reklamasi Teluk Jakarta karena pembangunan letak pulau palsu menutup teluk dan menutup jalan keluar outlet muara aliran air 13 sungai Jakarta ditambah dengan tanggul betonisasi sempadan hulu sungai kawasan selatan Jakarta yang memperkecil daya tampung dimensi ruang sungai ketika sungai meluap yang segarusnya mengisi di halte kanan kiri sempadan sungai kini makin cepat dan makin deras dan betonisasi hanya memindahkan masalah banjir dan dan beban sedimentasi terperangkap di kawasan daerah hilir dibawahnya pesisir Jakarta Utara. 

#JakartaSkakMatCity
Cara Mahal Bunuh Diri Jakarta

6. Puspa Dewy (Ketua Badan Eksekutif Nasional Solidaritas Perempuan)


Kami menolak reklamasi di Teluk Jakarta karena proyek ini secara nyata merusak pesisir sebagai wilayah kelola perempuan sehingga hilang sumber kehidupannya dan mengancam identitas nelayan dan perempuan nelayan yg selama ini berperan besar dalam kedaulatan pangan. Reklamasi adalah proyek kolusi pengusaha dan penguasa yg akan semakin memperkuat ketidakadilan gender dan memiskinkan perempuan pesisir.


7. Iwan (Ketua Komunitas Nelayan Tradisional Muara Angke). 


Saya menolak reklamasi karena proyek ini sudah secara langsung mempengaruhi kehidupan saya sebagai nelayan tradisional. Saya dan nelayan tradisiona. Budaya, pola hidup dan penghidupan yang kami telah jalani Kami puluhan tahun dari teluk jakarta terancam dengan proyek yang secara harfiah membunuh tidak hanya budaya dan pola hidup namun laut yang menjadi sandaran utama kehidupan nelayan di Jakarta. Tercemarnya Teluk Jakarta, adalah dampak dari sesat pikir yang di pelihara terus menurus berupa kebijakan-kebijakan bermatra darat yang eksploitatif pada dan menghancurkan lingkungan Jakarta dari hulu hingga hilir. Dengan kembali menggunakan bias matra darat di Teluk Jakarta hanya menunjukan bagaimana buas koalisi pengusaha - penguasa untuk terus menghancurkan tidak hanya penghidupan nelayan tradisional namun juga Kota Jakarta secara keseluruhan. Sekarang kami nolak Reklamasi. Reklamasi menghilangkan laut kami, membuat teluk semakin tercemar karena limbah dari sungai terhambat tidak bisa dicuci gelombang laut. Seharusnya mereka yang dengan sombong mendaku diri sebagai aktivis lingkungan Ibu tidak hanya ikut menolak reklamasi namun beraktiviras bersama kami untuk merestorasi kembali Teluk Jakarta!

8. Mahmud Syaltout, Doktor Hukum Alumni Sorbonne-Paris, Ketua PP ISNU dan Anggota Departemen Hubungan dan Kajian Strategis GP ANSOR, mengajar di Universitas Indonesia

Saya menolak Reklamasi, karena meyakini bahwa dalam setiap kebijakan yang bermasalah, selalu ada pembentukan hukum dan/atau peraturan hukum yang juga bermasalah; termasuk tentu saja, tidak adanya kajian pendahuluan entah itu bernama AMDAL dan/atau socio-economic cost benefit analysis yang baik, tepat dan lagi valid.

Untuk Reklamasi Pantura Jakarta, buatku kontroversi atau ributnya sosialisasi AMDAL dll, setidaknya mengindikasikan betapa bermasalahnya pembentukan hukum dan/atau peraturan hukumnya...

Silakan saja, endorse jagoan kalian sampai mulut berbusa atau sampai seluruh jari jadi jempol semua; begitu terdapat bukti bahwa pembentukan hukum dan/atau peraturan hukumnya bermasalah, gak hanya berlaku untuk kasus Reklamasi Pantai Utara Jakarta, tapi juga untuk Pembangunan Pabrik Semen di Kendeng, Reklamasi Teluk Benoa, dst; buatku sih udah jelas: Wassalam!


[Hazmi Srondol]

Hati-hati! Penggandaan e-KTP dan Modus Kecurangan Pilkada DKI 2017

Posted on Sabtu, 04 Februari 2017 Tidak ada komentar

Sabtu, 04 Februari 2017

Saudara-saudara,
Akhirnya sore/malam ini (4/2/2017) Mendagri Tjahjo Kumolo dalam akun twitternya dan dimention ulang oleh akun Kemendagri memberikan respon atas beredarnya foto temuan adanya E-KTP yang secara fisik terdapat tiga nama berbeda dengan satu foto wajah yang sama. 

Dari tweet beliau, jelas tersirat beliau mengakui ada dan terjadinya PENGGANDAAN E-KTP ini. KTP ini secara fisik sama dengan KTP asli, data kependudukan asli namun ada pengubahan foto dan TIDAK dicetak oleh DUKCAPILKDN. Mungkin dicetak dengan alat pembuat ID card yang banyak dijual dipasarann. Jadi statusnya adalah KTP palsu. 

Modus dari penggandaan KTP ini ternyata sudah sering terjadi, khususnya saat masa menjelang pilkada serentak untuk mengejar syarat pendaftaran calon perseorangan/independen. Mendadak saya jadi ingat ketika salah satu media TV melakukan cek data dengan wakil dari calon yang sempat independen dan ternyata saat sampai dirumah pemberi dukungan tidak benar. 

Pihak Kemendagri juga meminta masyarakat tenang dan melakukan cek data langsung saat pencoblosan karena Dukcapil tetap buka.

Namun begitu, tolong semua tetap waspada dan hati-hati. Dari modus penggandaaan KTP ini, biasanya sudah dipersiapkan modus-modus selanjutnya oleh tangan-tangan jahat .

Contoh pola modusnya begini:

KECURANGAN PERTAMA, setiap TPS it mendapat 2% tambahan surat suara. Ini bisa dipai untuk DPT_tb (pemilih tambahan) hanya dengan menggunakan KTP/KK. Misalkan warga sekitar yang tidak terdaftar di DPT, warga sekitar ini tidak perlu mengisi A1 dan lapor kelurahan.

Nah masalahnya adalah pada NON WARGA. Menurut peraturan KPU, waktu pencoblosan untuk DPT_tb itu setelah jam 12 dan ditutup pada jam 1.30 WIB.

ARTINYA, mereka masih ada waktu untuk ke kelurahan untuk membuat dikeluarkannya A1 atau undangan pencoblosan. Sehingga, sangat memungkinkan untuk melakukan lebih dari satu pencoblosan. Pagi mereka mencoblos di TPS masing-masing, setelah itu mereka ke TPS lainnya. Nah bagaimana jika terdapat oknum KPPS Kelurahan yang bisa diajak kerjasama? BUBAR...!

Sekedar tambahan, A1 itu format kertasnya tanpa hologram dan boleh di fotocopy. Mudah sekali memalsukan dengan seenaknya saja. 

Soal tinta coblosan, haduh... pakai saja cairan pemutih (bayclean). Langsung hilang. Silahkan test dan coba sendiri. 

Hitungan realisasi kecurangannya pun akan membesar. Coba kita hitung, jika seandainya rata-rata TPS terdapat 300 pemilih, maka 300 X 2% = 6 kertas suara. Tinggal di kalikan berapa TPS daaan yang paling berbahaya adalah potensi munculnya 10-20 kertas susulan melebihi jatah kertas suara yang 2% ini.
Dari mana datangnya kelebihan itu?

Ya karena kertas GOLPUT!

Aturan 2% x jumlah DPT adalah aturan karet yang realitanya seringkali disalah gunakan. Karena pada akhirnya kertas suara para golputer inilah yang dipakai untuk penambahan suara hantu. Suara CURANG...!

Sebanarnya, kalau kita jeli, kecurangan ini mudah terjadi disetiap TPS dan merupakan kecurangan paling medasar. Tidak heran, KPU sempat mengeluarkan instruksi boleh buka kaleng saat Pilpres 2014 sebelumnya.

KECURANGAN KEDUA lainnya yang juga perlu diwaspadai dan diawasi ketat adalah data DB1 atau data kecamatan. Modus main curangnya adalah merubah data kecamatan tersebut maupun dengan mengubah langsung kaleng beserta isinya. 

Kenapa ini bisa terjadi?

Karena yang dibuka hanyalah rekapannya saja! Tidak mungkin lagi membuka kertas C1 dari setiap TPS.

KECURANGAN KETIGA, potensi jual beli suara saat Pileg yang polanya bisa diaplikasikan saat Pilkada DKI besok. Dari info dilapangan, ada oknum-oknum yang menyatakan mampu untuk melakukan transaksi jual beli suara ini. 

Jadi si oknum ini bisa colong suara caleg lain dalam satu partai untuk caleg lainnya. Karena di tingkat kelurahan ke kecamatan dan dari kecamatan ke kota itu hanyalah selembar kertas yang jalan. Paling parah, kadangkala kejadian ini kadangkala atas restu dari orang partai sendiri.

Biasanya ini terjadi pada caleg yang tidak kuat modal buat saksi dan kawal suara.

KECURANGAN KE EMPAT bisa dilakukan via data digital. Otak atik data server KPU/KPUD. Saudara-saudara tentu ingat saat pilpres 2014 kemarin. Pada hari H pencoblosan, dari subuh hingga sore server KPU mendadak tidak bisa diakses. Lalu sekutar jam 2 sudah ada konferensi pers kemenangan Jokowi dan menginstruksikan turun kejalan. 

Cukup bermodalkan polling RRI yang diakunya sebagai quick count yang ternyata cara kerjanya jauh dari kaidah statistik surveyors. 

Lalu darimana dasar KLAIM tersebut? Bayangkan, dengan kondisi server KPU yang baru bisa diakses saat malam hari, angka tabulasi terus zigzag berubah secara gila-gilaan. Pantauan tim saya, ada selisih jutaan dari jumlah pemilih waktu itu.

Ya, saya mengerti. Untuk level pilgub daerah, khususnya DKI jakarta akan sulit dilakukan karena area wilayah yang kecil. Kebetulan juga tidak ada pemilihan versi nitip suara atau noken ala Papua di DKI ini.

Namun begitu, selaku simpatisan ANIES SANDI kita harus selalu waspada dan melakukan kontrol secara mendetail. Pilgub DKI 2017 bukan tidak mungkin akan dilakukan modus dengan pola-pola serupa karena kekuatan besar yang memaksakan kehendak agar si Anu menang dan reklamasi dilanjutkan.

Sikap yang harus dan wajib dilakukan oleh relawan Anies - Sandi adalah sebagai berikut:

  1. Awasi dengan ketat tiap TPS, khususnya DPT dan DPT-tb beserta form A1 nya
  2. Jangan GOLPUT dan rangkul golputer untuk menggunakan hal pilihnya daripada dipakai pemilih hantu. Seandainya tetap ada ada yang golput. Pastikan kertas suara tersebut rusak atau tidak bisa dipakai.
  3. Pendokumentasian semua data dan hasil perhitungan jangan hanya oleh saksi TPS, tapi oleh para relawan. Dokumentasi digital sekarang mudah dilakukan dengan modal kamera ponsel/digital untuk pengamanan dalam pengolahan tabulasi dan mempersempit perubahan scanning C1 oleh tangan jahil yang sering disebut dengan "Sedot data". Hal ini juga berlaku terhadap form DB1 dan DA1.
  4. Awasi IT KPUD DKI Jakarta
  5. Waspada hasil quick count abal-abal. Buat jejaring relawan antar TPS untuk swa-perhitungan cepat sendiri

Ingatlah saudara-saudara, Pilpres 2014 memberikan pelajaran berharga bahwa AMANAH tidak hanya perlu kita pinta melalui kampanye. Namun amanah perlu dijaga dan kawal bersama.

Masih ingat kasus pembegalan surat suara di Lombok pada saat pilpres hingga dibuka paksanya segel kaleng surat suara oleh oknum KPU? Mau terulang lagi?

Meski tidak ada sistem yang sempurna dan selalu saja ada celah. Namun pilgub DKI 2017 berbeda dengan pilkada lainnya. Kali ini adalah pertarungan antara umat dengan arogansi pemodal yang memaksakan kehendak untuk mematok laut menjadi hunian yang bukan untuk pemilik sah negeri ini.

Mari #RebutJakarta
Mari #SelamatkanIndonesia

Salam dari saudaramu di depan layar laptop,

Hazmi Srondol

***

TWEET @TJAHJO_KUMOLO
  1. Berdasarkan hasil pelacakan Tim monitoring Pilkada Dirjen DukCapil, Ketiga foto ini #palsu krn menggunakan data milik orang lain.
  2. Saat ada pencalonan dr pasangan calon perseorangan/independen ini sudah muncul. Tapi semuanya #palsu krn utk kejar jumlah dukungan.
  3. Di medsos beredar soal e-ktp palsu bhw 1 orang dgn foto sama dg identitas berbeda. Ini modus berulang. #Palsu

TWEET @KEMENDAGRI_RI

1. Malam,tweeps! Blkgn marak beredar foto warga yg memiliki hingga lebih dari 1 KTP-el. Terkait hal ini, berikut klarifikasi Kemendagri
2.Mendagri @tjahjo_kumolo : Ditjen @DukcapilKDN Kemendagri sdh mengecek seluruh NIK dan data yg tertera di KTP-el palsu tsb.
3.Hasilnya, data yg digunakan adalah data milik org lain, namun diganti dengan foto satu orang yg sama. @DukcapilKDN @tjahjo_kumolo
4.Mendagri @tjahjo_kumolo menegaskan bahwa KTP-el palsu tsb bukanlah produk @DukcapilKDN. Diduga pemalsuan ini terkait dgn Pilkada serentak.
5.Menurut Mendagri modus pemalsuan KTP ini berulang.Hal ini sdh muncul sjk pencalonan paslon perseorangan utk kejar jmlh dukungan
6.Masyarakat tdk perlu khawatir, saat pelaksanaan Pilkada petugas di TPS bisa melakukan kordinasi dgn dinas Dukcapil. @tjahjo_kumolo
7.Dgn demikian,data masy dpt lgsg dicek hanya dlm waktu 2 menit di dinas Dukcapil. Hal ini utk menghindari penggunaan KTP palsu saat Pilkada
8.Tgl 15 Februari saat Pilkada serentak, Dinas Dukcapil akan ttp buka utk melayani masy yg ingin cek NIK & meminta Surat Ket pengganti KTP
9.Bagi masy yg blm melakukan perekaman data, silahkan langsung ke Dinas Dukcapil setempat agar tdk kehilangan hak suara saat Pilkada nanti.
10.Demikian klarifikasi dr Kemendagri. Keep calm and have a good Saturday night, tweeps!

Ahoker Tertampar! Tenyata Habib Rizieq Shibab Diperintah KH Ma'ruf Amin NU

Posted on Jumat, 03 Februari 2017 Tidak ada komentar

Jumat, 03 Februari 2017

Baginilah video rekaman suara penista agama yang menurut saya intonasinya penuh kesombongan, intimidasi dan arogansi.

Namun ada sisi menarik lain yang terungkap disidang ini, yaitu perihal posisi Habib Rizieq Shihab yang ternyata ditunjuk sebagai saksi agama oleh KH Ma'ruf Amin.

Karena selama ini, kaum kecebobg dan taiker selalu menempatkan GNPF-MUI, masa akasi damai dan FPI pada khususnya sebagai kelompok Islam rasikal, ke-arab-arab-an, anti kebhinekaan (tanpa lengkap menggunakan kata "Bhinneka Tunggal Ika") serta yang paling parah adalah dicap sebagai bagian dari ISIS.

Sedangkan para taiker dan kecebong memposisikan sebagai kaum "NU" karena mungkin pengen dianggap sebagai golongan yang toleran. Sampai-sampai ada cebong akut yang membawa-bawa nama Banser NU saat membuat milisi cyber di socmed. Halah!
Nah, sekarang mereka bingung--tertampar jika ternyata "NU" yang selalu di pinjam namanya ini, malah sebenarnya yang menunjuk Habib Rizieq memimpin gerakan pembela fatwa MUI yang merke benci itu. Habib Rizieq sampai sekarang boleh saya sebut mampu menjalankan amanah dari Kyai Sepuh sekaligus Rois Aam NU tersebut.

Makin keblinger atau mungkin sedang panik akut--mendadak cebonger dan taiker kok malah menuduh umat Islam yang geram terhada intimidasi dan arogansi Ahok di pengadilan sebagai dengan mengeluarkan hastaq #MendadakNU 

VIDEO Klik disini -->  https://www.facebook.com/hazmi.srondol/videos/1187606668003075/ 

Lhah, mending mendadak NU kalau NU nya asli Nahdatul Ulama, menerima tahlilan dan sholat subuhnya mau pakai doa Qunut. Daripada elu, boro-boro ngikut subuh pakai qunut--jangan-jangan subuhnya berjamaah di masjidnya blom tentu setahun sekali.

Itu mah namanya NU KW13 alias NU "Numpang Udud"...

Kapokmu kapan, bong!

[ Hazmi Srondol ]

Anies - Sandi Uno Menuju Menang Sekali Putaran di Pilkada DKI 2017

Posted on Rabu, 01 Februari 2017 Tidak ada komentar

Rabu, 01 Februari 2017

Sangat menarik jika menyimak rangkaian roadshow Prabowo Subianto yang mendampingi kampanye calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI nomer urut 3, Anies - Sandi Uno hari ini (1/2/2017). Disalah satu lokasi kampanye, daerah Kapuk - Jakarta Barat--dimana acara tersebut juga disiarkan langsung secara livestreaming melalui akun facebook resminya, Prabowo lebih menekankan pentingnya warga hadir dalam pencoblosan dan mengawal lokasi TPS-TPS dari berbagai macam aksi kecurangan.

Mengapa Prabowo sangat konsen dengan hal tersebut? Ya, memang suka tidak suka--kemenangan paslon Anies - Sandi Uno sudah berada pada titik kemenangan sekali putaran saja.

Faktor kemenangan ini bukan tanpa alasan. Kalau kita bedah, berikut beberapa poin penyebabnya:

1.          TEMA KAMPANYE  TOLAK REKLAMASI

Dari sekian banyak visi misi Anies Sandi, memang tematik anti reklamasi inilah yang menjadi poin dan nilai terbesar yang menyedot dukungan dari semua kalangan. Baik Ulama, profesional, pendidik, ormas, LSM dan tentu saja warga provinsi Jakarta itu sendiri. Sudah menjadi rahasia umum, salah satu faktor ke-ngotot-an petahana yang sekaligus tersangka penistaan agama ini untuk mempertahankan jabatan lungsuran-nya adalah hal ini juga (baca: REKLAMASI).

Sedangan paslon lain nomer 1, juga tidak terlihat adanya penolakan terhadap proyek reklamasi ini. Seandainya pun jika petahana mendadak mencoba meraih simpati dengan membatalkan izin reklamasinya, saya rasa sudah terlalu terlambat. Apalagi kewenangan sudah diserah terimakan ke Plt. Gubernur DKI dalam masa kampanye ini.


2.          PRABOWO EFFECT

Turun gunungnya Prabowo dari padepokannya di Bukit Hambalang, Bogor seperti memberikan oase kepada penduduk Jakarta  yang sedang merasa kekeringan. Kering terhadap sejuknya keterpihakan pemerintah kepada rakyatnya sendiri. Rakyat yang merindukan pemimpin tegas, jujur dan apa adanya ini seakan-akan tidak bisa membendung kerinduan terhadap pemimpin yang dicintainya.

Bahkan sempat beberapa kali, Prabowo mengingatkan agar menahan sedikit perasaannya untuk mengurangi yel-yel "PRABOWO PRESIDEN!" saat kampanye pilkada gubernur ini. Ya, memang sesekali teriakan HIDUP ANIES SANDI berkumandang, namun rakyat kembali berteriak sesuai alam bawah sadarnya. Teriakan agar Prabowo segera menjadi Presiden. tentu saja, hal ini membuat rakyat Jakarta menurut arahan Prabowo untuk memilih gubernur yang diusung oleh partai pimpinan Prabowo, Partai Gerindra.

3.          100.000++ RELAWAN ROEMAH JOEANG

Dalam catatan resminya, sudah terdaftar 100 ribu relawan pendukung Anies Sandi dengan e-KTP berdomisili di Jakarta. Data yang benar-benar asli. Tidak sekedar klaim sepihak seperti hal-nya TemanAnu saat awal pertama kali petahana hendak maju ke pilkada DKI tanpa menggunakan gerbong partai. kekuatan ini tentu sangat berarti, khususnya dalam pengawalan TPS dan ekspasi penambahan jumlah pendukung Anies-SandiUno secara masif dalam dua pekan menjelang tanggal pencoblosan ini.

4.          PENGUASAAN LINI MASA FACEBOOK

Walau sudah terdeteksi adanya 30 ribu akun zombie yang digunakan oleh lawan paslon Anies Sandi, namun semenjak awal desember hingga saat tulisan ini dibuat, linimasa Facebook sudah terkuasai oleh akun-akun asli pedukung Anies Sandi dengan geo tagging berada di provinsi Jakarta. Apalagi semenjak Prabowo turun gunung, intensitas konten-konten pro Anies Sandi semakin menguat dan menenggelamkan pasangan lain.

Bahkan termasuk kepada paslon nomer urut 1 yang sempat diawal masa kampanye sempat unggul dalam start nge-buzzer nya. Jika dihubungkan dalam konsep menulis plotting novel, pasangan Anies Sandi menuju klimaks, No. 1 sudah anti klimaks. Sedangkan petahana, maaf, sudah THE END. Tinggal bagian daftar pustaka atau jika di film hanya tinggal bagian credit title buat para kru filmnya.

5.          HASIL SURVEY/POLLING

Semua paslon sudah menggelar survey. Hsilnya sangat menakjubkan. Anies Sandi tetap berada di nomer 1 atau 2. Padahal dilakukan oleh paslon lawan yang notabene akan men-diskon persentase Anies Sandi  dan mendongkrak paslon yang memesan survey tersebut. Sedangkan dari hasil polling melalui social media, hampir semua media mainstream terpaksa menerima dengan kecut kenyataan bahwa paslon Anies Sandi menguasai hampir semua hasil polling.

6.          KONSISTENSI PERTUMBUHAN KANTONG SUARA

Sisi inilah yang membedakan paslon Anies Sandi dibanding paslon lainnya. Kehadiran Prabowo turut memberikan sumbagan besar peningkatan jumlah pendukung, selain citra dan faktor paslon Anies Baswedan dan Sandiaga Salahudin UNo yang memang karakternya sangat diterima oleh semua lapisan masyarakat Jakarta. Dari dua sisi, baik kampanye online maupun kampanye terbuka, sudah dikuasai oleh paslon nomer urut 3 ini.

7.          IMBAS HABIB RIZIEQ DIJADIKAN TERSANGKA

Menjadikan Habib Rizieq Shihab sebagai tersangka menjelang masa tenang seperti menyalakan "bensin"dengan korek api. Meledak dan membakar. Hal ini juga merupakan sebuah konfirmasi kepada pendukung dan pelaku/alumni aksi damai 212 agar turun gunung dalam pilkada DKI dengan sesunguhnya. Tidak seperti pilkada DKI tahun 2012 terdapat GOLPUT sebesar 41%.

Dimana dari 41% tersebut, sebagaian besar dilakukan oleh para peserta aksi damai sehingga saat itu, pasangan Jokohok mampu memenangkan Pilkada dengan merebut setengah plus dari persentase sisa suara yang bersedia hadir mencoblos.

8.          GERAKAN SUBUH BERJAMAAH & TAGLINE "REBUT JAKARTA"

Subuh berjamaah dan tagline mari rebut Jakarta kembal  pada tgl 15 Februari dilanjutkan dengan tausyiah sebelum pencoblosan akan menjadi sejenis ikatan untuk saling mengingatkan dan menjaga agar umat tidak golput, turut mengawal suara dan TPS dari membanjirnya pemilih dadakan/siluman.

Oleh karena beberapa faktor utama itulah, saya sependapat dengan pernyataan Anies Baswedan dalam kampanye akbar di Stadion Soemantri Brodjonegoro, Kuningan, Jakarta Selatan, Minggu (29/1/2017) tentang bahaya politik uang dan lain sebagainya yang sedang diskenariokan dalam pilkada DKI ini.

Karena memang tidak ada jalan lain untuk membatalkan kemenangan satu putaran Anies Baswedan - Sandiaga Uno kecuali dengan cara : C U R A N G ... !!!

Penulis,
Hazmi Srondol
Don't Miss