Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Antara Bocor, Jebol Lalu Ambrol

Posted on Jumat, 06 November 2015 10 komentar

Jumat, 06 November 2015



Ternyata, kata anggaran "bocor" dari pak Prabowo itu masih sangat sopaaaaan sekali dalam mengingatkan rakyat Indonesia akan bahaya keuangan negara.

Ini malah baru pada nyadar kalau anggaran bakal "jebol". Itu baru dari sisi penerimaan dan rencana pengeluaran dalam negeri loh.


Bagaimana jika neraca ekspor-impor nya juga bukan sekedar jebol? tapi AMBROL karena kebanyakan impor?

Mau hutang lagi? Ayo hutang lah.... sebanyak-banyaknya... Boleh ke bank China, Bank Arab, Bank Dunia ataupun Bank Akherat.

Aku rapopo. I don't think about that. Ramikir. Anggarannnya ada, duitnya ada. yang penting mau kerja apa tidak...

http://finance.detik.com/…/jokowi-was-was-anggaran-negara-j…

12193345_864137330350012_7563368907524971665_n

[Hazmi Srondol]

Mengenal Suku Kubu di Pedalaman Jambi

Posted on Rabu, 04 November 2015 11 komentar

Rabu, 04 November 2015

(sumber foto: TROPENMUSEUM, Belanda)


Mumpung lagi ramai-ramainya berita dan status mengenai orang KUBU atau sekarang sering disebut Suku Anak Dalam (SAD), saya jadi ingin sedikit berbagi perihal suku yang sangat unik ini.

Begini ceritanya...

Dimulai ketika sekitar 11 tahun yang lalu saya menikah dengan seorang gadis yang lahir dan tinggal di Kota Bangko, Kab. Merangin, Jambi. Istri saya ini, dari garis darahnya merupakan campuran dari dua etnis. Ayahnya merupakan penduduk asli Melayu Jambi, masih keturunan ningrat dari kerajaan Melayu Jambi yang bernama Kerajaan Luhak 16 dan Ibundanya seorang wanita berdarah Minang bersuku Caniago.

Dari istri dan keluarga besar di Bangko inilah saya pertama kali mendengar dan mengenal orang-orang yang tinggal di hutan dalam wilayah bekas Kerajaan Luhak 16 yang disebut warga Bangko sebagai "Orang Kubu". Saya kurang paham bagaimana ceritanya kok sekarang berubah sebutan menjadi "Suku Anak Dalam" (SAD).

Konon ada yang mengatakan, perubahan ini karena sebutan "Orang Kubu" terkesan tidak sopan. Mirip dahulu perubahan nama "Makassar" menjadi "Ujung Pandang". Walau ketika di Bangko, saya jarang mendengar orang lokal menyebut suku ini SAD. Tetap menyebutnya "orang Kubu". Bahkan orang-orang Suku ini juga sepertinya lebih nyaman disebut "Orang Kubu" saja. Nah, dalam catatan saya kali ini, mohon ijin saya juga memakai penyebutan orang Kubu saja.

Lebih mengagetkannya, saya juga baru tahu jika Butet Manurung, yang terkenal dalam film Sekola Rimba ini-- dahulu sebelum masuk ke rimba tempat tinggal Suku Kubu, tinggal di rumah orangtua angkat saya.

Sekedar info, dalam adat Melayu Jambi--saya yang merupakan orang Jawa mesti mempunyai orangtua dari lingkungan setempat. Alhamdulillah, ada sebuah keluarga dengan bapak asli Bangko dan ibu dari Purworejo yang mau menerima saya sebagai anak-nya. Sungkem buat beliau dari jauh.

Nah keluarga angkat saya ini, selain Butet--juga sering menerima tamu-tamu bule yang sedang melakukan penelitian mengenai kehidupan orang Kubu ini.

Setelah menikah, istri saya sering bercerita tentang hubungannya dengan orang-orang Kubu ini. Sewaktu SD, ia pernah mendadak ketakutan ketika pintu rumahnya diketuk orang. Ketika dibuka, di depan pintu berdiri perempuan Kubu dengan pakaian terbuka bagian atasnya dan meminta sejenis sedekah dari warga. Ya, bagi anak kecil, tentu kejadian ini mengagetkan.

Kemudian, saya juga diberitahunya jika bertemu orang Kubu--jangan sekali-kali meludah di depannya. Saya fikir anjuran ini berkaitan dengan urusan kesopanan saja. Ternyata tidak, konon--bagi yang meludah di depan orang Kubu, maka orang tersebut akan dianggap menjadi bagian dari orang Kubu dan dibawa/diajak tinggal didalam hutan.

Soal dibawa ke hutan inilah yang kata istri lagi--menjadi sejenis ancaman yang digunakan para orangtua untuk menakut-nakuti anaknya yang malas belajar. Orangtua bilang, "nanti kami kirim kamu ke orang Kubu!". Tidak jauh lah berbeda dengan orantua saya dulu yang sering mengancam akan disuruh tinggal di desa dan tidak disekolahkan. Hanya disuruh "angon kebo" saja. Jelas waktu itu, saya takutlah. Hahaha...

Pernah juga dalam suatu saat saya bertanya dengan istri, sebenarnya bentuk fisik orang Kubu itu bagaimana? Apakah beda dengan kebanyakan orang Indonesia atau bukan? Dalam penjelasannya, ia mengatakan jika secara fisik--badan dan warna kulit orang Kubu lebih mirip ke orang Jawa. Coklat tua dengan bentuk tengkorak mata menjorok kedalam dan warna pupil hitam pekat. Agak berbeda dengan orang Melayu setempat yang berkulit kuning dan berwarna pupil kecoklatan.

Hanya saja, cara berjalan mereka berbeda. Jika kita, pada umumnya memakai seluruh telapak kaki untuk berjalan dan orang Kubu asli hanya memakai sisi luar telapak kaki. Hanya setengahnya saja. Mungkin ini dilakukan karena orang Kubu tinggal dihutan dan banyak duri-duri tajam yang berbahaya jika terinjak oleh seluruh luas penampang telapak kaki.

Orang Kubu, yang ketika berkomunikasi menyebut mereka "sanak"  ini juga terkenal suka membawa labi-labi yang besar atau binatang sejenis penyu yang digendongnya dalam perjalanan menuju Kota Bangko atau Sarolangun untuk dijual ke warga.

Dalam perkembangannya, memang masih banyak orang Kubu yang cara berpakaiannya hanya memakai cawat kain dan tidak memakai penutup dada bagi perempuannya. Namun dalam perjalanan waktu, modernisasi juga sudah masuk pada irisan pertemuan wilayah tempat tinggal warga non Kubu. Kini sudah banyak yang memakai baju/kaos bahkan baju selendang panjang bagi perempuannya. Bahkan tak jarang saya bertemu orang Kubu yang sudah naik sepeda motor.

Hanya saja, ada beberapa hal unik dari orang Kubu yang mengandarai motor ini. Mereka paling tidak bisa ditilang oleh polisi. Boro-boro ditilang, jika ada operasi dan diberhentikan pun, mereka malah berbalik bertanya ke polisinya dengan polos: "Kenapa? Ada apa? Ini motor saya beli..!"

Ya, memang menurut istri, sepertinya sistem hukum tidak/sulit diterapakan ke warga suku ini. Apalagi memang dalam local wisdom mereka, tidak mencuri itu adalah salah satu nilai tertinggi dalam nilai-nilai kehidupan mereka.

[caption id="attachment_1976" align="aligncenter" width="567"]kecepek Sumber foto: http://www.metrojambi.com/v1/images/stories/foto/berita/2012/mei/08-05-12/kecepek.jpg[/caption]

Saking agak bingungnya hukum Indonesia terhadap mereka, mungkin satu-satunya suku yang masih bebas membawa bedil/senapan laras panjang hilir mudik di jalanan dan kota ya hanya suku ini. Bedil yang sepertinya menjadi teman berburu bagi suku Kubu di dalam rimba raya. Bikin penasaran memang, walau dianggap suku 'terbelakang', namun soal membuat senapan yang sering disebut "kecepek" ini, orang Kubu itu salah satu ahlinya. Jago dalam pembuatan dan kerapihan hasil jadi senapan kecepeknya.

Saya pernah bertanya, bagaimana bisa orang Kubu sebegitu ahlinya membuat senjata termbak? Menurut orangtua di Bangko, boleh jadi memang ini bersambung dengan riwayat asli suku Kubu ini. Konon, mereka adalah orang-orang yang lari ke hutan karena melawan penjajahan dan imperialisme Belanda. Mereka tidak suka dan tidak cocok dengan aturan dan gaya orang Belanda. Untuk detailnya, memang perlu ada penelitian lebih lanjut dan mendalam.

Oh ya, pernah pula saya dikejutkan oleh kehebohan warga Bangko saat lebaran beberapa tahun silam. Saya pikir ada apa di lapangan tersebut. Ternyata, disana sedang ada lomba balapan motor grass track dan pesertanya, ada orang Kubu. Bagi warga setempat, ini tentu sangat menarik mengingat orang Kubu juga masih dianggap "baru" dalam mengendarai sepeda motor.

Dalam kesempatan yang lain juga, saya juga sempat penasaran di hutan mana orang Kubu tinggal. Menurut narasumber khusus (istri saya maksudnya), mereka tinggal di hutan-hutan sekitar Bangko, Sarolangun, Bukit Duabelas, Pegunungan Kerinci Seblat, Muara Siau, Jangkat atau kadang secara nomaden berpindah sampai di hutan/pegunungan di Bengkulu.

Saya sendiri kurang paham, apakah budaya nomaden ini bisa digubah? Misalnya diberi rumah dan tinggal di kebun-kebun sawit yang baru dibuka? Menurut pandangan istri, sepertinya itu sangat susah. Walau mungkin ada yang mau, tetapi kebanyakan ketika diberi rumah, mereka hanya memakai sebentar lagi lalu ditinggalkan kosong dan kembali ke habitatnya. Jadilah banyak orang lainlah yang memakai rumah peninggalan orang Kubu ini.

Unik memang, namun saya bisa memahami saat akhirnya istri saya mengatakan,  jika bagi mereka tempat tinggal tetap itu bukanlah hal yang utama. Bagi orang Kubu, yang paling penting adalah hutan mereka tetap lestari. Itu saja.

[Hazmi Srondol]

Baliho Iphone 6 di KM 0 Jakarta, Sebuah "Jawaban" Kreatif dari Apple Inc

Posted on Senin, 26 Oktober 2015 11 komentar

Senin, 26 Oktober 2015

Saya rasa, bukan saya saja yang awalnya terkejut ketika melintas masuk ke KM-0 Jakarta dari arah timur ruas tol Cikampek. Disana, dari sisi kiri dan kanan terlihat dua baliho yang sangat unik.

Satu baliho dengan posisi portrait dengan gambar bunga berwarna biru dan beberapa ratus meter kemudian sebelah kiri adalah gambar sebuah kota indah yang berdiri di sebuah bukit batu. Tebakan saya, itu merupakan gambar kota Santorini, salah satu tujuan wisata utama di Yunani.

Entah sudah berapa kali gambar-gambar ini berubah tema. Kadang hanya berupa sebuah lanscape, kadang human interest atau yang lain sebagainya. Namun dengan kaidah gambar yang sangat menarik. Malah boleh dibilang, gambar-gambar ini sangat luar biasa kualitasnya.

Awalnya, saya sempat merasa ini hanya sekedar gambar biasa. Pengisi baliho yang belum tersewakan. Namun, betapa terkejutnya setelah mendekat. Ada tulisan pendek yang tertera disana, yaitu: “Difoto dengan Iphone 6”.

Dengan tambahan informasi penggambil gambar dan lokasi foto-foto sejenis lainnya seperti: Oleh Francis O. apple.com/id/worldgallery.

Jelas saya terbahak senang. Ya, cara beriklan ini sangat jenius. Hanya konsentrasi pada konten gambar saja tanpa banyak babibu dengan statement “jualan” yang terlalu hard selling dan membosankan.

Cara ber-iklan ini tentu juga merupakan jawaban dari beragam polemik ketika pertama kali Iphone 6 akan muncul dan beredar dipasaran. Saat itu, salah satu pokok masalah yang terkemuka adalah perihal harga Iphone 6 yang dianggap terlalu mahal dibanding spare part atau material yang tertanam di dalamnya.

Harap maklum, dari berbagai Review Handphone—memang kebanyakan sisi yang dibahas adalah spesifikasi teknis dan part yang tertanam di dalam sebuat perangkat smartphone. Untuk iphone6 sendiri, ada seorang blogger tekno luar negeri yang telah membongkar dan mengkaji harga part tersebut. Menurut hitungannya, harganya total part dan materialnya 3 juta saja. hanya sepertiga dari harga Iphone 6 sendiri.

Sempat pihak Apple mengeluarkan statement bahwa ada yang lebih mahal daripada sekedar part, yaitu biaya riset untuk design dan inovasi produk ini.

Banyak yang menolak, bahkan mengejek perihal mahalnya biaya riset dan inovasi ini. Namun, untuk saya sendiri. Saya sependapat dengan punggawa Apple.com ini. Ada hal-hal yang lebih bernilai daripada sekedar harga material part.

Contohnya dari sisi penulis, harga laptop yang dipakai hanya berapa ratus ribu saja. Bekas pula. Namun jika sudah terbuat sebuah “konten” tulisan yang sangat bermutu dan berpengaruh, serta tersebar viral di dunia internet. Saya fikir tidak mengherankan konten dari penulis tersebut akan dihargai jutaan bahkan ratusan juta rupiah.

Nah, kembali ke polemik harga Iphone6 tersebut. Ada sebuah clue dari Steve Jobs, pendiri Apple yang mengatakan: "Paint the back of the fence. Because you'll know." Sebuah kalimat kiasan berupa ajakan untuk mengecek cat dibalik pagar. Atau “melihat” apa yang tak hanya tampak dimuka saja.

Kalau hanya melihat muka saja. Memang Iphone6 ini akan “terlihat” spesifikasi teknisnya seperti: Bahan material casing dari alumunium dengan dimensi 138.1x67x6.9mm, berat 129 gr, Sim card jenis Nano-SIM, OS seri IOS 8 yang bisa diaupgrade ke iOs 9.2, Ukuran layar 4.7 inches dengan resolusi 750x1334 pixels, Memori Internal 16 GB serta prosesor Dual-core 1.4 GHz dan lain sebagainya yang bisa kita cek di berbagai macam forum review seperti comtohnya di Review Blibli.com.

Namun, mengutip kembali kata Steve Jobs—ada hal yang akan kita ketahui jika menggali lebih dalam dari produk-produk keluaran Apple ini. Tidak terkecuali di Iphone6.

Hal ini semakin terlihat ketika muncul kompetitor Iphone6 yang secara kasat mata sangat mirip Iphone6. Bahkan untuk spesifikasi partnya langsung memilih part dengan spesifikasi lebih tinggi daripada Iphone6.

Hanya saja, memang kaidah “perfectionist” para designer dan engineering Apple susah dibantah. Dari sisi design saja, terlihat “alignment” atau kesejajaran garis dalam pembuatan produk mirip-mirip Iphone6 ini banyak ‘kecelakaan’nya. Detailnya, mari kita simak.

aligment iphone6.001

Memang, bentuk sudut bulat telur sudah sangat mirip Iphone 6. Namun jika kita teliti, dari sisi bagian dimana tempat colokan power, jack microphone sudah terlihat bedanya. Iphone begitu rapih, sejajar dalam garis design yang presisi dan hati-hati. Kompetitornya? Tidak jelas sumbu garisnya. Ada 3 sumbu garis yang terbentuk dan menjadi terlihat tidak simetris.

Kemudian sisi yang lain, ada sebuah sticker yang tertempel di smartphone kompetitornya. Kali ini, sticker yang muncul bertuliskan: QUALCOMM 4G. Hal yang lazim ada pada semua ponsel dengan konsep sistem lisensi tetapi tidak bakalan kita temui di produk-peroduk Apple. Itu pun penempatannya tidak sejajar rapi dengan tombol-tombol dan lubang lain disekitar sticker. Weleh-weleh.

Kemudian pada sisi mic atau tombol tempat simcard kompetitor juga terlihat tidak simetris garisnya. Sepertinya memang agak tergesa-gesa designnya. Asal mirip Iphone6 saja. Hahaha…

Nah, dari design dan aligment saja kita bisa tahu bagaimana Apple Inc begitu teliti dan hati-hati. Bahkan jika para kompetitornya memakai part yang sekilas tampak lebih canggih, saya tidak terlalu yakin integrasi sistem nya akan maksimal. Nyatanya, Iphone 6 ini terbukti lebih hemat baterai. Bahkan lebih hemat daripada para kompetitornya atau kakak kandungnya pada seri sebelumnya seperti Iphone 5 atau 4.

Kemudian, ada extra manfaat lain dari pengguna Iphone6 yang hobi memotret atau videografi. Disana sudah tersedia sebuah forum yang fokus pada kreasi foto dan video. Contohnya bisa dilihat di link berikut ini: www.apple.com/id/worldgallery

Bahkan jika beruntung, karyanya akan dijadikan bagian dari promo Iphone seperti baliho di KM.0 Jakarta ini. Saya yakin, timbal baliknya pasti menggiurkan. Perusahaan sekelas Apple tentu tidak akan main-main dan bunuh diri dengan para pembuat konten bermutu tinggi ini.

Terakhir, kini tinggal pilihan hati anda saja. Jika ingin berkarya dan sejiwa dengan Apple Inc. dengan tampilan grafis tinggi pada sistem dan aplikasi-aplikasinya, ingin membuat karya yang juga orisinil, kreatif dan perfectionis. Saya rasa, Iphone6 ini tepat untuk anda.

[Hazmi Srondol]

Review 7 Tahun Kompasiana, Plus Minusnya untuk Para Bloggers

Posted on Minggu, 25 Oktober 2015 5 komentar

Minggu, 25 Oktober 2015

Sudah 7 tahun Kompasiana hadir di Indonesia. Walau bukan platform blog UGC (user generated content) pertama, namun secara fakta--kini Kompasiana sudah menjadi platform UGC nomer wahidun di jajaran penyedia lapak untuk para konten creator digital di Indonesia.

7 tahun memang bukan usia yang pendek. Kalau seorang manusia, ia sudah boleh masuk SD Negeri. Pencapaian ini tentu mengundang kompetitornya untuk berbagi kue kesuksesan ini. Disana ada seniornya seperti Blogdetik dan para tetangga baru seperti Vivalog-nya Vivanews, Indonesiana-nya Tempo, Metro Wide, CJ-nya liputan 6 dan lain sebagainya.


Semua banyak kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk kompasiana, kekurangan yang masih susah dieliminir oleh para adminnya adalah soal banyaknya akun-akun anonim yang menumpang SERP (Search engine result pages) kompasiana untuk membuat konten-kontennya nyundul di halaman pejwan google.

Harap maklum, kaidah SEO berupa fastload, struktur halaman berupa H1 di title dan H2 di heading serta inner lingking sudah terpenuhi oleh situs blog keroyokan ini.

Problem kedua, as a videomaker--kebiasaan utak-atik template dan platform Kompasiana membuat dalam format baru 2015 ini, saya merasa dikucilkan dengan susahnya embed video disana. Walau saya tahu, ini hanya hal teknis yang pasti bisa diselesaikan, namun tetap membuat saya bete karena menunggu waktu perbaikannya.

Nah, para kompetitor harus jeli mencari celah kelemahan kompasiana yang belum atau memang tidak akan diperbaikinya. Kalau tidak, sulit untuk menandingi Kompasiana dalam waktu dekat ini. Kecuali mendadak server Kompasiana overload dan hang. Mirip peristiwa jatuhnya bisnis ponsel cerdas Blackberry beberapa tahun yang lalu.

Nah, kalau sudah begini. Kompetitor hanya punya dua pilihan atau jalan menghadapinya: melawan atau merangkul. Itu saja.

Lalu bagaimana para blogger atau content producer seperti kami-kami ini?

Sebagai penjelajah lautan digital, pasti semua platform dicoba. Dan kemunculan beragam situs UGC ini tentu menambah keuntungan kami untuk lebih mencengkeram dan memahatkan nama kami di dunia digital.

Walau memang, tetap saja ada jebakan berbahaya yang mesti kami sikapi dengan hati-hati. Jebakan ini adalah yang disebut jebakan nafsu untuk ber "spamming" atau menyebarkan konten yang sama ke semua platform. Apalagai sekarang banyak aplikasi untuk mempermudah spamming ini. contohnya imacros.

Hanya saja, google tidak sebodoh yang banyak orang kira. Mbah google cukup tahu mana konten dari blog pribadi dan satu turunan resminya di situs UGC. Jika kebanyakan, alih-alih ingin merajai pejwan di google tapi malah masuh sandbox alias dikubur konten kita dipemakaman digital. Kan jadi repot. Sudah banyak contoh kasusnya seperti ini. Tak perlu saya jabarin satu per satu.

Jadi, tetaplah cerdas berbagi wahai para bloggers dan selamat ulang tahun Kompasiana ke 7.

Salam,
Hazmi Srondol.

3000 Km Bersama Vespa Primavera 150 3V-ie

Posted on Rabu, 21 Oktober 2015 4 komentar

Rabu, 21 Oktober 2015

Hari ini, tepat 1752 Miles atau setara 2819 Km-- Vespa Primavera telah hadir di tengah-tengah keluarga kami.

Memang agak pendek jarak tempuh kendaraan scooter matic yang kami miliki ini, jika dihitung dari usianya yang sudah masuk satu tahun. Rata-rata sebulan hanya mencapai 300Km atau sehari 10 km saja. Harap maklum, vespa ini adalah kendaraan kesayangan anak kami di rumah.

Ya, memang hadirnya Vespa Primavera ini sangat unik dan sepertinya sulit sekali dilupakan. Banyak cerita yang berbanding terbalik dengan kilometer pakainya. Antara senyum, canda, panik hingga kait mengkait dengan kisah-kisah lama yang terjadi sebelumnya.

Cerita bermula saat setahun yang lalu, anak kami yang tertua begitu ngebet ingin memiliki Vespa. Sampai diulang-ulang dalam berbagai kesempatan. Sempat heran, di rumah sudah ada 3 motor yang kami miliki sebelumnya. Satu motor trail 2-tak zaman saya masih bujangan dan dua motor matic buatan Jepang dengan merk yang berbeda.

Sampai-sampai saya pun bertanya, kenapa harus Vespa?

“Vespa beda pak, dari besi semua. Bulet. Gambar logo parkir di Int*rmedia (toko buku) juga pakai bayangan Vespa. Artinya, vespa itu motor terkeren” jawabnya.

Saya agak geli dengan jawaban ini. Kalau dari besi semua dan bulat montok, okelah saya bisa menerima. Namun alasan soal logo parkir, walau benar adanya—saya fikir ini agak aneh. Tapi baiklah, apapun itu—setidaknya anak kami yang kelas dua SD ini sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. Artinya, dia sudah menjadi bagian “manusia” seutuhnya. Setidaknya arah menjadi dirinya sendiri sudah mulai terlihat.

Nah, akhirnya saya berdiskusi dengan istri untuk memilih jenis motor Vespa yang akan kami beli. Yang jelas, request Vespa antik 2-tak kami coret. Alasannya sederhana, bapaknya tidak sanggup dan tidak cukup waktu untuk merawat motor setua permintaannya.

Pilihan kami saat itu adalah Vespa Primavera 150 cc dengan warna biru dongker (midnight blue), sesuai warna “Doc Hudson”—tokoh animasi dalam film “Cars” kesukaan anak kami. Warna yang menurut istri lebih terlihat klasik dan “vespa” daripada yanng warna candy atau “ngejreng”.

Kemudian, ketika keputusan seri dan warna ini yang dibeli—ada kejadian menggelikan lagi terjadi. Saat Vespa nya datang di rumah, kebetulan saat anak kami sudah pulang sekolah—abang yang mengantar sempat dengan bada bercanda mengatakan bahwa Vespa tersebut adalah salah kirim dan hanya pinjaman saja. Besoknya mesti dibalikin.

IMG_20140926_084641_Fotor_Collage

Dengan wajah sedih dan cemberut, anak kami bilang “Jangan balikin, buk. Biarin aja disini selamanya”.

Namun sampai esok harinya, Vespa tersebut masih ter-parkir dengan damai di teras hingga dengan tidak tega saya mengatakan: “Abang kemarin hanya bercanda, nak. Ini Vespa kamu. Punya kamu”

Dengan wajah yang mendadak riang, ia pun bersorak dan meminta bapaknya untuk segera memakai Vespa-nya dan berputar-putar ke komplek perumahan.

Ya, saya juga senang. Rejeki anak adalah rejeki kami. Keceriaan anak adalah keceriaan kami. Dan dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi sedikit Review Otomotif untuk berbagi pengalaman selama bersama Vespa Primavera ini.

BODY

Pertama, soal body Vespa ini. Sempat ada kesalahan informasi dari abang pengantar yang mengatakan bahwa body besi besi di seri Vespa baru ini hanya bagian belakangnya saja yang besi. Covernya tidak. Pernyataan ini sempat membuat anak kami kecewa. Ia yang sudah terlanjur cinta ‘besi’-nya Vespa mendadak bilang “Jual aja Vespa-nya, pak. Vespa palsu !!!”

Saya pun juga sempat terbersit rasa kecewa. Namun ternyata ini SALAH besar! Vespa Primavera, seluruh bodynya ternyata dari besi semua. Tak berbeda jauh dengan seri-seri Vespa lama sebelumnya.

Pembuktian ini bukan sembarang pembuktian. Bukan sekedar mengetuk-ketukkan jari di body-nya saja. Tetapi terbukti dari sebuah kejadian yang sebenarnya tidak mengenakkan. Yaitu saat istriku menabrak pohon di depan rumah.

Saya sempat panik saat menerima kabar ini lewat telefon. Apalagi ada anak kami kedua, posisnya berada di depan istri. Namun Alhamdulillah, tabrakan keras tersebut hanya membuat body depan Vespa tersebut penyok dan anak kami selamat karena menunduk di celah Vespa tersebut.

Dan ke-penyok-an tersebut menjadi bukti bahwa body Vespa Primavera ini terbuat dari besi semua. Hanya tukang ketok magic-lah yang mampu memperbaikinya. :D

ERGONOMIS

Tinggi. Itu kesan pertama mengendarai Vespa Primavera ini. Saya yang bertinggi badan sekitar 170 cm ini pun masih seperti berdiri ketika kendaraan diam. Berbeda dengan motor matic jepang yang seakan-akan kita duduk saat kendaraan berhenti dan jongkok ketika kendaan berjalan.

Namun, ketika kendaraan berjalan, terasa betul bedanya dengan motor matic Jepang. Badan tetap terlihat tegak. Tidak menunduk. Terlihat gagah ketika memakai jas atau baju koko ketika berangkat ke masjid. Kaki seperti leluasa dan serasa sedang mengendarai mobil.

Jok (kursi) yang yang berlapis kulit asli ini pun sangat lebar dan nyaman. Geli juga saat mendengar komentar anak ketika pertama menggonceng. “Enak ya, pak. Bokongku nempel semua di kursi. Kalau yang itu (menyebut merk), bokongku cuman setengahnya yang nempel”. Hahaha…

Namun sayang, untuk ukuran istriku yang tingginya “Indonesia Banget” ini, ia harus berjinjit ketika sedang mencoba menunggang kuda Italia ini. Tetapi ketika sudah berjalan, no problemo. Nyaman!

Ya, memang harus diakui, setelan ergonomis Vespa Primavera memang lebih ditujukan kepada para expatriat bule atau orang Indonesia dengan tinggi 165 keatas mengingat tinggi jok-nya sekitar 780 mm dari atas tanah.

BAGASI & TANGKI BBM

Nah, ini bagian yang paling menggelikan. Pernah saat hendak mencuci motor ini di tukang cuci. Abang operator cuci mendadak melongo ketika bagasi yang berada di bawah jok motor bisa saya copot sehingga steam air bisa langsung menyemprot mesin dari sisi atasnya. Hehehe…

Ukuran bagasi yang bisa di copot tanpa baut tersebut juga sangat besar. Kalau cuman satu helm, masih bisa muat. Apalagi kalau sekedar lontong, arem-arem atau perbekalan makan ke kantor. :D

IMG_0044_Fotor_Collage

Untuk tangki BBM, saya jamin operator SPBU akan terkaget ketika mengisinya. Sampai-sampai ada yang pernah bilang: “Gembul juga motornya, ya”. Gembul dalam artian besarnya kapasitas tanki. Sekitar 8 liter lebih. Sedangkan jarak tempuh km/liternya, mohon maaf saya tidak pernah cek. Saya hanya mengisi seminggu sekali Rp. 50.000 untuk pemakaian seminggu. :D

PENAMPILAN

Ehem, jelas “aura” Vespa ini sulit dinafikan. Penampilan klasik dengan lampu bulat dan body montoknya selalu mengundang rasa penasaran dan kekaguman bagi yang melihatnya.

Bukan hanya tukang parkir di ruko-ruko saja, namun saat di lampu merah—sudah tidak terhitung orang yang bertanya “Ini Vespa baru, ya?”. Bahkan menurut para sahabat saya yang berprofesi sebagai fotographer, Vespa Primavera ini disebut-sebut sebagai motor yang bagus dan sangat cocok untuk digunakan sebagai backround foto para model.

Kemudian ada sedikit rasa bangga ketika Vespa Primavera ini saya pakai untuk nongkrong di café-café kopi. Rasanya, memesan “cappucino” itu pas dengan tongkrongan Vespa baru buatan Italia rakitan Vietnam ini.

MESIN & INSTRUMEN DASHBOARD

Mesin Vespa Primavera ini berkapasitas 150cc dengan tenaga 12,9 HP. Mesinya memakai 3 katup (Valve) dengan sistem semprotan bahan bakar injeksi. Sudah sangat modern dan setting-nya harus memakai piggy-back yang terhubung ke laptop yang terdapat aplikasi pembaca statistik mesinnya.

Dengan kekuatan mesin dan seperti itu, kemampuan akselerasinya tidak usah ditanya. Walau berbadan gambot, Vespa ini sangat enteng tarikannya. Mudah berkelak kelok dan sangat lincah. Bahkan dengan satu penumpang yang digonceng.

Jepretan Layar 2015-10-21 pada 03.05.31

Hanya saja, saya belum sempat mencoba top speed-nya. Selain belum bertemu track panjang untuk membetot habis grip gas-nya. Saya memang bukan tipikal penggila kecepatan. Saya lebih menyukai motor yang lincah untuk berkelak kelok dalam kemacetan, nyaman dan terlihat ‘mewah’ di jalanan.

Nah, terakhir soal instrument di dashboardnya. Vespa Primavera mempunyai konsep instrumen yang klasik namun futuristik. Untuk penunjuk angka kecepatan, masih memakai analog (jarum), namun untuk indikator BBM, penunjuk Kilometer pakai dan jam sudah digital.

Oh, ya. Jam digital ini sangat membantu sekali jika sedang membutuhkan informasi waktu. Kita tidak perlu melihat jam tangan saat mengemudi. Cukup sekali lihat di dashbord, semua informasi, termasuk jam sudah tersedia.

Hanya saja, saat servis pertama pada KM 1000—petugas bengkel merubah setting KM menjadi Mil. Saya baru sadar ketika usai servis. Namun tenang, ini bukan masalah besar. Sebentar lagi akan masuk ke KM3000—saatnya servis selanjutnya. Setting ini akan saya minta untuk dikembalikan saat kunjungan ke bengkel selanjutnya.

Jepretan Layar 2015-10-21 pada 09.03.36

Kurang lebih itu cerita dan pengalaman saya saat menggunakan Vespa Primavera 150 3V ie A/T yang di situs jual blibli.com dijual seharga Rp, 31,5 juta. Siapa tahu ada rekan pembaca yang ingin juga membeli motor yang sejenis.

Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di Review Blili.com untuk mendapatkan referensi lain perihal motor ini.

Terima kasih atas kunjungannya. Semoga Bermanfaat.

[Hazmi Srondol]

Antara Wisata ke Monas dan Perjuangan Hak untuk Kaum Difabel & Lansia

Posted on Tidak ada komentar
Sebenarnya, pada hari minggu (18/10/2015) kemarin--saya berencana hanya akan berjalan-jalan ke Monas bersama anak.

Rencana ini sudah kami susun itenerary-nya pada malam harinya. Anak kami begitu semangat dengan acara ini, harap maklum--ia baru saja saya belikan camcorder dari sebuah situs online sebagai fasilitas untuk kegiatan eskul "wartawan cilik"nya di sekolah.

Nah, entah mungkin sudah menjadi rencana dan ketentuan Tuhan--acara rekam-merekan video piknik ke Monas ini malah melebar ke pertemuan dengan seorang kakek-kakek lansia yang baru kecopetan dan susah payah berjalan mencari taksi karena penyakit stoke yang menimpanya.

Alhasil, rencana merekan VLOG wisata jalan-jalan berubah menjadi gabungan video pada sisi editingnya. Kali ini, ada beberapa stok video membahas soal majunya Rancangan Undang-Undang (RUU) yang memperjuangkan soal hak perlindungan dan pemberian fasilitas negara kepada kaum difabel dan lansia ini.

Untuk selengkapnya, rekan-rekan dapat melihat videonya di embed link berikut ini...

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=vwYt4Xrih4k&feature=youtu.be[/embed]

Salam,

[Hazmi Srondol]

 

Blogger: Berita + Cerita

Posted on Jumat, 16 Oktober 2015 3 komentar

Jumat, 16 Oktober 2015

 

Memang benar kata mas Muh Hatta Tahir, di dunia reportase--wartawan mengenal istilah WTS (Wartawan tanpa Surat Kabar) dan para blogger mengenal kata MUNTABER (MUNcul TAnpa BERita).

Padahal, kehadiran blogger selalu diharapkan dapat mengisi ruang-ruang kosong dalam pemberitaan hard news yang sangat terbatas sudut pemberitaannya.

Ruang ruang kosong itulah yang dalam awal penciptaan blog tahun 2002-an, pendirinya ini menyebut platform ciptaannya berfungsi sebagai tempat berbagi pengalaman pribadi atau 'user experience'.

Nah, sangat rugi rasanya jika ada blogger yang datang dalam sebuah acara, baik diundang atau kebetulan berada di lokasi kejadian tidak meluangkan waktu untuk berbagi catatannya.

Padahal, dalam dunia digital seperti sekarang ini, istilah "diam adalah emas" sudah berganti menjadi "STORY is GOLDEN".

Sedangkankan 'cerita' tersebut, adalah bagian yang paling bebas diolah dan dikuasai oleh blogger untuk membungkus konsep standard 5W+1H nya jurnalis agar menjadi sebuah kabar yang lebih enak dicerna.

Happy Blogging

Rindu Kata Guru: "5 Menit Lagi Dikumpulkan...!"

Posted on Tidak ada komentar
Ada satu kalimat yang selama kita sekolah atau kuliah dari para guru & dosen begitu lekat teringat.

"5 menit lagi dikumpulkan"

Kurang lebih begitu dengan berbagai macam variasi kalimatnya. Intinya, ada sejenis warning bahwa waktu ujian sudah hampir selesai.

Dulu, saya benci kalimat ini. karena ketika ini diucapkan--mendadak peluh menetes, badan gemetar dan memori di otak mendadak hang sebelum waktunya. Apalagi saat persiapan test tidak begitu maksimal. Ala kadaranya.

Saya merasa, ini seperti intimidasi kejiwaan yang dilakukan oleh para guru/dosen.

Namun, pada suatu hari--tepatnya kemarin saya mengikuti sejenis ujian Haji dari kantor. Bagi yang lulus, para karyawan bisa mendapatkan fasilitas bantuan berangkat Haji dari tempatku berkerja.

Nah, sudah beberapa tahun terakhir ini, sistem ujian sudah tidak lagi dilakukan secara langsung. Dikumpulkan di satu ruangan dan dibagi kertasnya seperti zaman masih sekolah. Sekarang, ujian memakai sistem online.

Saya fikir, betapa enaknya ujia sistem online. Bisa sekalian buka google kalau terpaksa.

Sayangnya, "enak' nya itu hanyalah sekedar angan-angan. Perasaan, baru baca mengerjakan beberapa soal. Belum seluruhnya. e, mendadak muncul pesan:

"WAKTU SUDAH HABIS"

What?

Kok cepat banget? Kok tidak ada peringatan,.... e....

Mendadak saya rindu guru dan dosen dulu. saya rindu kata "5 menit lagi jawaban dikumpulkan" sambil memencet-mencet jawaban di komputer yang sudah freeze. Beku. Kecuali tombol 'log-out'...

:-(

[Hazmi Srondol]

Arti Keberuntungan

Posted on Senin, 12 Oktober 2015 4 komentar

Senin, 12 Oktober 2015

Beberapa tahun yang lalu saya pernah membaca buku soal dewa-dewa dalam tataran budaya China. Disana ada satu dewa yang sangat unik. Namanya dewa Hoki atau dewa keberuntungan.

Sosoknya mirip dewa Cupit (cinta) dalam mitologi Yunani. Berupa anak kecil mempunyai sayap kecil yang suka terbang dan hinggap di tempat-tempat tertentu. Konon, siapapun yang bisa menangkapnya, dia akan menjadi manusia paling beruntung di dunia.

Sayangnya, walau tampak mudah, kenyataannya dewa ini sangat sulit ditangkap. Badannya ternyata sangat licin. Lebih licin daripada belut. Waktu itu saya sedikit paham dengan pemaparan ini. Walau memang, masih saya anggap terlalu filosofis.

Kemudian, beberapa minggu terakhir ini saya mendapatkan lagi perihal arti keberuntungan ini. Kali ini agak lebih jelas dan mudah saya pahami.

Casey Neistat, salah seorang videographer/youtuber yang tersukses di dunia--dalam sebuah video yang diunggahnya menuliskan sebuah rumus:

LUCK = OPPORTUNITY + PREPARATION

Ya, semakin jelas sekarang. Memang saya akui rumusnya sangat benar. Saya atau rekan-rekan sekalian pun pasti pernah mengalami ketika ada sebuah kesempatan, lalu kita lewatkan.

Kadangkala dibalik alasan yang keluar dari mulut kita, dalam hati kecil kita mengakui bahwa sebenarnya kita "tidak siap" atau "belum siap" dengan kesempatan tersebut.

Nah, berhubung hari telah larut--kita perpendek saja bahasannya. Intinya, saya hanya sekedar mengingatkan bahwa "persiapan" itu sangat penting. Sedangkan persiapan yang terbaik adalah mendalami "passion" apa yang kita sukai. Apapun itu.

Karena tangan Tuhan ini berkerja tidak seperti seorang ayah yang memberikan uang jajan kepada anakknya dengan tangannya sendiri. Tangan Tuhan itu berkerja melalui sebuah "kesempatan" yang Dia setting lewat mahluk-mahluknya yang lain.

Sekian, selamat malam dan selamat istirahat.

[Hazmi Srondol]

Keisengan "Selfie" Video Tahun 2008 Yang Jadi Trend Vlogging Dunia

Posted on Rabu, 07 Oktober 2015 4 komentar

Rabu, 07 Oktober 2015

Akhir pekan kemarin, awal bulan Oktober 2015 hati saya sempat terasa begitu campur aduk. Antara sedih sekaligus ledakan bahagia yang membuncah.

Sedih saat menemukan sebuah kamera saku lama bermerk Samsung S85 sudah begitu rusak dan hancur. Motor lensa macet, zoom nya tidak bisa maju atau mundur. Padahal posisi terakhir, baru setengah posisinya. Tidak masuk atau tidak maju sama sekali.

Sempat saya coba membongkar dan memperbaikinya, namun sayang, plastik bagian dalamnya sudah begitu ringkih dan getas. dipegang sudah remuk. Sampai-sampai anakku pun berucap "rest in peace, camera". Sedih mendengarnya.

Namun, dibalik kerusakan tersebut--memori SD yang tertanam didalam kamera tersebut masih ada. Hati begitu gembira, karena akhirnya, ada file terakhir kamera ini dipakai masih dalam kondisi utuh. Tak hanya foto, file videonya pun masih bisa diputar. Padahal, versi copy-an di laptop--entah kenapa menjadi error dan tidak bisa dibaca.

Melihat file video tersebut, mendadak air mata sidikit tergenang. Serius, ini tidak lebay. Saya teringat masa-masa anak pertama masih berusia 2-3 tahun. Saat dia sedang lucu-lucunya. Polos dan belum membuatku kerepotan karena berulang kali mesti dipanggil kepala sekolah atau gurunya akibat terlalu sering berkelahi dengan teman atau kakak kelasnya.

Ya, file video itu berupa rekaman perjalananku tahun 2008. Sekitar awal Desember saat musim salju mulai turun. Saat itu saya sedang mendapat tugas pelatihan dan kunjungan perusahaan salah satu vendor perusahaanku berkerja. Tepatnya di Alcatel Lucent, Stuttgart, Jerman.

Waktu itu pula, anakku selalu senang jika dimainkan rekaman video perjalanan bapaknya. Apalagi kali itu, rekamannya berupa pengalaman pertama kaliku hujan-hujanan salju. Orang asli disana menyebutnya "snowflake".

Rada kampungan memang, tapi bagaimana lagi. Saya hidup di negeri tropis. Salju hanya bisa dilihat rutin di freezer kulkas saja. Kalau pun pernah memegang salju alam, itu pun bukan berupa salju yang turun dari langit. Sebelumnya, hanya merasakan salju di pegunungan Fujiyama, jepang. Itu pun masih berupa salju abadi saja.

Rekaman video tentang snowflake itu juga akhirnya membuatku mendadak tersenyum geli sendiri. Video yang diambil dengan teknik "selfie" yang sebenarnya hanya ditujukan untuk anakku sendiri itu--tersebut ternyata di tahun 2014 dan 2015 ini mendadak menjadi kegiatan yang sangat tenar di dunia digital, khususnya di situs Youtube. Kalau di Indonesia, hal ini disebut dengan Vlogging. Singkatan dari Video Blogging.

Vlogging sebenarnya bukan hal benar-benar baru di dunia. Semenjak lama sudah ada, khususnya di luar negeri. Tercatat dalam sejarah, sejak 1998--Adam Kontras sudah memposting rekaman pribadinya di internet. Bahkan tahun 2004, Steve Garfield meluncurkan blog videonya dan mendeklarasikan tahun 2004 sebagai "tahun video blogging".

Garfield tidak mengada-ada, saat itu--ada sebuah kanal bernama Yahoo Screen memang sudah menyediakan sarana berbagi video lewat web. Walaupun pada akhirnya, sistem video sharing tersebut akhirnya tumbang oleh kepopuleran situs Youtube.

Sebenarnya, ada satu situs lagi yang pernah saya incar untuk ikut berpartisipasi berbagi video. Namanya Vimeo. Hanya saja, kelas vimeo lebih ke teknik videograpi yang profesional. Video disana berkelas "cinematic look" dan kadangkala memang, dalam sudut pandang budaya ada perbedaaan antara pembuat video di Vimeo dengan orang Indonesia.

Tak jarang saya jumpai beberapa video yang menampilkan para artis yang bertelanjang. Bagi pembuatnya, saya yakin menganggapnya adalah bagian dari karya seni, hanya saja memang untuk Indonesia masih ditabukan. Hal itu masih masuk ke ranah pornografi dan belum bisa diterima untuk masuk dalam area umum atau terbuka. Alhasil, vimeo pun ditutup aksesnya.

Secara pribadi, saya sebenarnya sedih. Karena gara-gara situs vimeo-lah yang pernah membuat saya di tahun 2012 begitu keras belajar sinematografi dengan sangat-sangat keras. Otodidak dan tidak bosan-bosannya menelepon mas Dimasnur (Nuraziz Widayanto) dam Babeh Helmi, sahabat dekat di Kompasiana yang memang bidangnya di pembuatan dan editing film ini.

Dari keduanya, saya banyak mendapatkan ilmu tentang dasar-dasar proses pembuatan dan editing film baik sebelum atau pasca pasca produksi. Walau pun hanya sebuah film pendek, prosedur skenario, pencarian pemeran, story board, alat hingga software-software untuk editing lahap saya pelajari.

Bahkan ditambah entah berapa lama saya menjelajahi beberapa video tutorial film maker dan editing video di youtube. Sempat dua buah laptop saya rusak menjadi korban belajar ini. Hal ini terjadi karena RAM memorinya tidak sanggup untuk berkerja terlalu keras menghadapi footage-footage file video saya ini. HIngga akhirnya, dengan terpaksa, saya mesti membeli laptop kelas Macbook yang memang terkenal handal dalam bidang grafis dan video editing.

Dalam perjalanannya pun saya sempat mencoba membuat sejenis reportase video, tujuan saat itu adalah jembatan belajar menuju seorang filmmaker--walau pun masih di kelas Vimeo.

Dan ditutupnya akses Vimeo, sempat membuat saya menyimpan Sony Next VG30--salah satu camcorder kelas profesional dalam kotaknya untuk waktu yang lama. Istriku sampai sempat menanyakan buat apa membeli kamera seharga dua motor scooter matic tersebut kalau hanya untuk disimpan?. Belum tools yang lainnya.

Ya, mau bagaimana lagi. Salah satu tujuan ber-videografi sudah tertutup. Belum lagi, berapa repot mencari talent-talent yang bersedia membantu menjadi pemerannya. Jangankan pemeran, mencari volunteer untuk menjadi reporter dalam video reportase saja susahnya setengah mati. Saat itu, saya hampir-hampir menyerah. Saya anggap, selesai sudah urusan per-video-an ini.

Benar, ketika pertengahan tahun 2014 dan awal tahun 2015 sudah mulai marak Vlogging di youtube oleh orang-orang Indonesia--saya masih belum terlalu tertarik. Bagi saya, maaf, kebanyakan videonya teknisnya masih ala kadarnya. Apalagi Vlogging di Indonesia kebanyakan masih di dominasi oleh mbak-mbak blogger kecantikan. Ya, khawatir aja jadi naksir kalau keseringan lihat Vlogging kecantikan begini. Apalagi saya sudah beristri dan beranak pinak begini.

Namun dari video lama tahun 2008 tersebut. Walau di video tersebut juga masih ala kadarnya, gambar tidak tajam, bergoyang-goyang dan kualitas suara berantakan namun membuat semangat saya ber-videograpi pulih kembali.

Apalagi setelah melihat beberapa akun-akun youtube yang hasil pembuatan Vloggingnya profesional dengan alat dan teknik yang serius, bahkan ada yang diundang khusus dalam acara karpet merah di ajang Grammy Award atau piala Oscar--menyala kembalilah "bara" semangat yang hampir padam ini.

Ternyata, walau hanya "Vlogging"--video yang di"shooting" sendiri, dinarasikan sendiri, direportase-kan sendiri, jika digarap dengan cara-cara profesional juga bisa menghasilkan karya yang diakui.

Ini pulalah yang akhirnya membuat saya memutuskan untuk bergabung dalam ranah Vlogging ini. Saya berencana, tahun 2016 akan membuat channel youtube khusus yang akan bertema traveling kota Jakarta. Video yang akan saya buat ini untuk mendokumentasikan spot-spot property di Jakarta. Saya sudah merencanakan akan membuat sekitar 101 video Vlogging.

Semoga renacana ini lancar dan terwujud. Syukur-syukur mendapatkan sponsor sebagai vitamin penyemangat dalam kegiatannya. Jadi rekan-rekan semua,mohon di "amiiin" kan rencana saya ini.

Sebagai bonus, saya sertakan video tahun 2008 tentang pengalaman merasakan snowflake yang sudah saya edit dalam link berikut ini: https://www.youtube.com/watch?v=Mt6JnnQ0ORs

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=Mt6JnnQ0ORs[/embed]

[Hazmi Srondol]

Lezatnya Sambal "Ikang Asing" dari Makassar

Posted on Sabtu, 03 Oktober 2015 9 komentar

Sabtu, 03 Oktober 2015

Ceritanya, pas sampai di rumah usai beli obat warung, e, ada oleh-oleh. Buah tangan istimewa dari para sahabat di Makasar. Menariknya, selain peci Makasar yang langsung diakuisisi kepemilikannya oleh anak--ternyata ada juga beberapa bungkus jajanan.

Dari semua cemilan, ada satu yang menarik perhatian. Yaitu yang dibungkus tas kresek putih. Namun, saat hendak dibuka karena penasaran, istri di rumah langsung bilang:

"Eh, jangan dibuka!"
"Emang apaan?"

Nah, sempat isi bungkusan ini saya jadikan sebuah pertanyaan di facecook. Sedikit kisi-kisi saya masukan sebagai clue untuk mempermudah rekan-rekan ntuk menjawabnya.

clue-nya adalah: I***G A***G.

Lucunya, dari clue ini--ternyata banyak rekan-rekan yang salah menjawab. Jawaban paling tepat datang mas Rosid. Ia menjawab IKANG ASING.

Oh kok Ikang Asing?

Ya, beberapa hari sebelumnya saya pernah membahas soal bahasa Makassar yang sering disebut OKKOT'S. Okkot's berarti menambah atau mengurangi kata dengan akhiran "G" atau "T"

Contoh:

Makang Ikang : Makan Ikan
Kanang-kanang, hook! (hok-nya beneran pakai K bukan P): Kanan-kanan, hoop! (tukang parkir).
Ayo nontong bioskot kali-kali satu: ayo nonton bioskop XXI
Pacarang dan jalang-jalang: pacaran dan jalan-jalan.
Radeng Ajen Kartini: Raden Ajeng Kartini

Tentu saja, ketika menyebut "ikan asin" dalam format tata bahasa okkots daerah makassar, tentu menjadi "ikang asing". Hehehe...

12047120_10206745641576290_8529387766930653904_n

Nah, untuk cemilan seperti kacang, krupuk dan sejenisnya, tidak terlalu lama untuk dihabiskan oleh anak-anak. Persoalannya adalah bagaimana dengan oleh-oleh ini?

Sebenarnya, dulu saya kurang suka ikan asin. Saya kurang tahan dengan sesuatu yang terlalu asin. Bahkan ketika makan paket nasi Timbel, coelan ikan asinnya saya tidak jamah. Mungkin terakhir saya meneukan kelezatan ikan asin hanya saat SD, waktu itu saya sejenis ikan asin yang dari seekor ikan yang bentuknya panjang dan tipis. Saya agak lupa namanya. Ikan pedha, mungkin.

Nah, sempat beberapa hari ikang asing tersebut didiamkan saja di kulkas. Hingga suatu hari saya mendengar suara berisik dari dapur. Lengkap dengan aroma yang sangat tajam. Sepertinya istriku sedang menggoreng sesuatu yang basah.

Dan benarlah dugaanku. Ia sedang menggreng sambal.

Ketika dihidangkan, saya penasaran dengan sambal ini. Kok sepertinya ada bongkahan-bongkahan kecil di dalam sambalnya.Ternyata, istriku memasukan ikan asin dari Makassar ini dalam sambalnya.

Penasaran seperti apa rasanya, aku coba cicipin sambal dengan ditemani sepiring penuh nasi putih. Pertama kali sedikit. lha kok enak. Trus makin nekad menambah sambalnya dan mencicipi sedikit ikang asingnya.

IMG_1450_Fotor

Masya Allah, uenaaaak bangeet!

Baru kali ini saya merasakan ikang asing yang pedas. Sampai 2 kali menambah nasinya. Sempat saya mengira itu sambal ditambah terasi.

Namun saat foto sambal ini saya share ke grup WA rekan-rekan admin Blogger Reporter ID--ada yang menanyakan cara membuatnya dan dikonfirmasi langsung dengan istri di rumah, ternyata sabal itu tidak apkai terasi.

Rasa "mirip-mirip" terasi karena ikan asinnya tercampur rata dengan sambal yang terbuat dari cabe merah, bawang merah, bawang putih dan garam. Sederhana tapi entah kenapa jadi enak begini.

Dan gara-gara ikan asin oleh-oleh dari Makassar ini, jadilah sekarang situasi terbalik. Dari gak suka ikan asin, e, sekarang kecanduan berat.

Hanya saja, sungkan minta ke bang Nur Terbit untuk menambah jatah oleh-oleh ikang asing-nya. Kan gak enak kalau nanti dianggap nglunjak. Hahaha...

[Hazmi Srondol]

Video Coffee Tasting: Kopi Amungme Papua, Binaan PT Freeport Indonesia

Posted on Jumat, 02 Oktober 2015 Tidak ada komentar

Jumat, 02 Oktober 2015

 

Mumpung masih belum lewat "Hari Kopi" sedunia-nya, yang mulai dicanangkan tanggal 1 Oktober 2015 ini--berikut saya bagi hasil kunjungan dan mencicipi kopi Amungme, langsung dari lokasi pengolahannya di Base Camp Centre, PT Freeport Indonesia, Timika.

Cekidot!

https://www.youtube.com/watch?v=V6xGo3dr9-8&feature=youtu.be

Yuk, Dukung HOTEL SOFYAN, Pulau Lombok dan Indonesia di ajang "WorldHALAL Travel Award -15th"

Posted on Kamis, 01 Oktober 2015 2 komentar

Kamis, 01 Oktober 2015



Saya agak terkejut ketika salah satu kolega saya yang non muslim mengabarkan jika sudah di Jakarta dan dan menginap di Hotel Sofyan di Jl. Cut Mutia, Jakarta. Selain untuk mengurus usahanya, ia juga berharap bisa bertemu denganku untuk sekedar ngobrol-ngobrol melepas rindu dengan sahabat lama.

"Loh bukannya itu hotel syariah, mas? Nggak salah nih?" tanyaku memastikan.
"Nggak, serius. Istriku agak cemburuan, mas. Kalau bilang menginap di hotel Syariah, langsung diam dia. Nggak ribet telefon-telefon terus." jelasnya sambil tertawa.

Ya, memang semenjak awal 1992-an, mulai marak muncul hotel dengan konsep syariah. Salah satu pelopornya, ya Hotel Sofyan ini.

Secara bisnis, hotel syariah dan konvensional sebenarnya sama. Sama-sama bergerak dibidang properti yang menyediakan hunian untuk menginap sementara. Yang membedakan hanyalah tata cara penyajian dan layanan yang diberikan.

Mika hotel konvensional, semuanya serba bebas. Baik makanan, minuman atau hiburannya. Sedangkan di hotel syariah, ada batasan-batasan yang dilakukan. Contohnya makanan, minuman serta bahan-bahan dan proses memasak di restoran harus mendapat sertifikat halal dari MUI (Majelis Ulama Indonesia).

fotor sofyan

Kemudian, di dalam toilet--harus berjenis toilet shower, bukan toilet tissue saja. Jadi ketika pengunjung akan sholat, tidak kerepotan untuk berwudhu. Arah kiblat dan sajadah pun menjadi standar kelengkapan yang harus juga ada. Diskotik, bar miras dan tempat dugem ditiadakan.

Nah, yang paling utama dalam bisnis hotel syariah adalah ada seleksi tamu yang boleh atau tidak di hotel syariah ini. Jika tamunya datang berpasangan, hanya pasangan halal saja yang boleh menginap disini.

Mengingat bukan kelaziman membawa surat nikah kemana-mana, maka prosedur izin menginap tentu memakai cara-cara yang natural. Biasaya tahap awal dilakukan oleh satpam dan penerima tamu. Dari gelagat dan bahasa tubuh orang datang saja sudah bisa dibedakan mana yang mencurigakan dan mana yang tidak.

Dengan konsep syariah ini. Ternyata tidak menurunkan jumlah pengunjungnya. Menurut Riyanto Sofyan, Komisaris Utama Hotel Sofyan malah mengatakan bahwa angka penjualan dan okupansi meningkat 70 sd 80%. Bahkan ketika ditiadakan bar dan diskotik, penjualan naik 19 dan 13%. Angka yang sangat fantastis untuk iklim bisnis hotel yang sangat ketat.

Namun, perjuangan tidak berhenti sampai disini.

Kali ini, Hotel Sofyan, pulau Lombok dan negara Indonesia mendapatkan nominasi dalam WORLD HALAL TRAVEL AWARDS ke 15 yang penghargaannya akan diserahkan pada tanggal 20 Oktober 2015 di Emirates Palae, Abu Dhabi, UEA.

Sebagai negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar didunia--tentu penghargaan ini sangat prestisius untuk mengangkat nama besar Negara Indonesia dibidang pariwisata dunia.

Dukungan saudara-saudara untuk memberikan VOTE melalui situs award-nya tentu sangat membantu perjuangan menambah citra baik bangsa Indonesia. Tidak

Untuk memberikan dukungan, silahkan klik link berikut dan pilih SOFYAN HOTEL BETAWI pada kreteria penghargaan World's Best Family Friendly Hotel, silahkan contreng seperti contoh gambar berikut pada link: https://www.surveymonkey.com/r/RRQCV7M



sofyan1

Sedangkan untuk mendukung pulau LOMBOK sebagai World's Best Halal Honeymoon Destination,  contreng pulau Lombok sesuai gambar berikut:

sofyan2
Terakhir, untuk mendukung negara kita INDONESIA sebagai World's Best Halal Tourism Destination silahkan contreng  seperti gambar berikut:

sofyan3

Semoga dengan partisipasi dan dukungan saudara-saudara sekalian, nama bangsa kita ikut terangkat. Terima kasih...!

[Hazmi Srondol]

Ketika Mereka "Ngiri", Kita Cukup "Nganan" Saja

Posted on Selasa, 29 September 2015 10 komentar

Selasa, 29 September 2015

 

Beberapa hari ini media dan socmed sibuk membahas soal pengelolaan tamu Allah oleh Kerajaan Arab Saudi. Jelas tersirat hal ini berujung pada perasaan "ngiri" terhadap semua manuver-manuver ini.

- Ngiri pada banyaknya jemaah yang datang ke tanah Arab Saudi yang dikiranya menjadi devisa utama negara kerajaan tersebut.
- Ngiri pada tata cara peribadatan resmi imam Masjidil haram yang lebih merujuk ke gaya peribadaan kaum Muslim Sunni.



Dan hanya karena dua pokok hal tersebut, sudah mampu membuat negara-negara lain kalang kabut, pecicilan dan beragam sikap yang membuat ribet dan eker-ekeran beberapa pihak.

Nah, bagaimana dengan Indonesia?

Kalau boleh jujur, salah satu penyebab Indonesia awut-awutan dan menjadi rebutan banyak pihak ya karena faktor "ngiri" juga. Karena dibandingkan Arab Saudi, sebenarnya negara kita ada jauh lebih banyak hal dan terbukti membuat seluruh penjuru dunia ngiri. Kitanya saja yang sering tak sadar. Tak sadar jika:

- Tanahnya yang super duper subur, dilempar batang tumbuh ubi.
- Lautnya luas, tinggal lempar jala dapat ikan.
- Dibawah bumi ada minyak, emas, berlian, perak dan material berharga lainnya.
- Diatas tanah terdapat minyak sawit, minyak kelapa dan minyak nabati lainnya.
- Diangkasa terdapat garis katulistiwa dimana para satelit berbaris nangkring pada orbitnya.
- Belum lagi manusianya yang sangat ulet, cerdas, berparas exotis dan sabarnya kelewatan. Dijajah terbuka dan diam-diam lewat sistem ekonomi cukup disikapi dengan senyum saja.
- Kebudayaan dan seni yang tinggi, wujud peradaban agung besar dan hadir disini.
- dst... silahkan tambahin sendiri.

Dan suatu kebodohan jika kita diam saja dengan manuver ke-ngiri-an mereka yang begitu masiv semenjak ratusan tahun hingga (konon) sudah 70 tahun merdeka kini. .

"Mereka" embiarkan kita tetap bodoh, tetap gampang diadu domba, tetap gampang diatur-atur oleh kebijakan dan pilihan mereka dan tidak diberi kesempatan atau dimatikan semangatnya untuk mandiri dan mengambil gaya mengelola ekonomi serta kepemerintahan ala kebijaksanaan lokal kita sendiri

Kalaulah masih takut berhadapan langsung, membalas serangan sekaligus memberikan kuncian "arm bar" kepada mereka, ya sudah. Setidaknya kita mampu "nganan" ketika mereka "ngiri".

E, sapa tahu mereka kepleset dan jatuh sendiri tanpa kita apa-apain.

Ya, tho?

Tentang Tamu Allah di Baitullah dan Negeri Pelayannya

Posted on Tidak ada komentar
Ternyata pola pikir Abrahah dan pasukan Gajahnya tidak begitu saja musnah ketika bersama rontoknya mereka oleh kerikil neraka yang dibawa oleh burung-burung Ababil.

Dikiranya, para tamu Allah itu datang ke Mekah Al Mukaromah karena hendak piknik atau bershopping ria.


Atau mengira para pemelihara Ka'bah yang dipilih Rasulullah itu hendak memperkaya dirinya.


 

image


Kalau lah sekarang kaya raya, coba cek booming minyak bumi setelah era industrialisasi berbahan bakar minyak bumi. Sedangkan tanah yang tandus itu, ternyata dibawahnya adalah lautan minyak bumi. Begitu adil Allah dengan segala rizqinya.

Dan lagian, kalau sekedar pengen mendapat kunjungan tamu/wisatawan, mbok yao kreatif dikit. Contohlah negeri liliput Cyprus, hanya bermodal isyu sebagai negeri Atlantis yang hilang, ia mampu mendatangkan 38 jt turis pertahunnya. Padahal, banyak referensi jika Atlantis sebenarnya malah di Indonesia, kenapa kita tak ambil alih isyu ini?

Terakhir, kembali soal tamu Allah yang mengunjungi Ka'bah. Apakah mereka datang karena mereka kaya? Apakah karena mereka sehat wal'afiat? Karena mereka banyak waktu luang?

TIDAK!

Mereka datang karena mereka orang-orang pilihan Allah...! Orang-orang yang diundang khusus lewat bisikan di kalbunya.

Kalaulah karena alasan kedatangan mereka ke tanah suci karena 3 faktor diatas, tentu sudah tak mencukupi seluruh area Al Haram yang sudah dibatasi miqot-miqotnya.

Salam,
Hazmi Srondol

Akar Bahar, Bukti Nuklir Sudah Dipakai Orang Indonesia, Jauh SebelumIran dan Israel

Posted on Minggu, 27 September 2015 12 komentar

Minggu, 27 September 2015

“Bapak! Ada kiriman dari Papua  sampai rumah” kata istriku di telefon.

“Iya buk, tolong disimpan dulu baik-baik. Jangan sampai dimainin anak-anak” kataku meminta tolong.

“Iya pak. Eh, emang nya isinya apaan pak? Kok bungkusnya gede banget tapi ringan beratnya” tanyanya binggung.

“Nuklir buk”

“Hah?! NUKLIR…!!!  Yang bener aja paaak!” tanyanya panik.

Aku hanya tertawa-tawa saja mendengar suara paniknya diseberang sana. Terbayang wajah pucat pasi istriku yang pasti akan benar-benar mengamankan kardus besar berbobot ringan itu dirumah.

Ehm, bener juga. Sesampainya di rumah, kardus besar itu itu tampak diletakkan sendirian di meja bulat di halaman belakang rumah. Tampak bungkus karung plastiknya belum diobrak-abrik anak-anak seperti bungkus-bungkus kiriman lainnya. Istri, anak-anak dan mbok asisten di rumah tampak masih berwajah kecut ketakutan  menungguku.

“Buka pak, pengen liat nuklirnya kayak apa?” Tanya istriku hati-hati.

Mboten mbleduk kan pak?” tanya mbok penasaran.

Aku hanya tersenyum lalu dengan berpura-pura hati hati, bungkus karton besar itupun aku buka. Sempat istriku menanyakan bau amis laut yang sedikit tercium di hidungnya saat kardus dibuka.

“Kok nuklirnya bentuknya jelek begitu pak?” tanya anakku keheranan yang dibarengi wajah istriku yang juga ikutan melonggo.

Akupun jadi tidak bisa menahan tawa. Memang 'nuklir' hadiah dari salah satu Kepala Desa di Fak-fak, Papua yang diambil dari kedalaman laut 300 meter ini bentuknya seperti awut-awutan. Bahkan tidak jauh berbeda dengan ranting pohon. Cuman bedanya warnanya hitam mengkilap. Benda itu bernama AKAR BAHAR. Sebuah tanaman laut yang tumbuh menempel di karang laut (bahar=laut:  bhs. Arab) dan berbentuk akar.

[caption id="attachment_1777" align="aligncenter" width="350"]Sumber: http://www.sciencephoto.com/image/553950/350wm/C0183769-Radium,_atomic_structure-SPL.jpg Sumber gambar: http://www.sciencephoto.com/image/553950/350wm/C0183769-Radium,_atomic_structure-SPL.jpg[/caption]

Sedikit kujelaskan kepada istriku tentang akar bahar ini, biota laut ini mempunyai nama latin Antiphates Sp ini konon adalah  biota yang mengandung unsur Radium alamiah dengan symbol (Ra) dengan nomer atom 88.

Dari Wikipedia, Radium ini dijelaskan berwarna hampir putih bersih, akan tetapi saat teroksidasi saat terkena udara dan berubah warnanya menjadi hitam legam. sama persis dengan akar bahar.  Radium ini juga mempunyai mempunyai tingkat radioaktivitas yangsangat  tinggi namun isotopnya paling stabil,. Untuk Ra-226, dapat bertahan 1602 tahun dan setelah itu akan berubah menjadi gas radon. Widiiiiwww!

Tidak heran akar bahar yang juga di sebut kayu uli ini jamak dipakai jawara Betawi dan para pelaut. Bahkan para Biksu Budha pun konon termasuk yang juga memakai tongkat akar bahar ini. Mereka berani menebusnya dengan harga puluhan juta untuk akar bahar yang berdiameter 1 cm.

Lebih menariknya, sebelum era kedokteran medis sekarang menggunakan radioaktif dalam pengobatan, mereka sudah menggunakannya sebagai obat penangkal racun, terapi maag dan rematik serta menambah stamina. Ukurannya pun sangat presisi karena jumlah radioaktifnya natural dari Tuhan, bukan dari manusia yang rentan dengan kesalahan ukuran.

Wajar jawara Betawi sehat-sehat walau sudah berumur, disamping rajin berlatih silat, efek radium sudah menyatu lama dalam peredaran darahnya karena bertahun-tahun dipakai. Walaupun tetap saja ada sebagian yang menyangkal dan menganggapnya hanya efek sugesti saja.

***

13306937801598325865

Bungkus


“Pak, katanya Israel mau menyerang Iran pak. Gara-gara Iran mau bikin senjata nuklir. Wah bakal perang dong?” kata istriku.

“Biarin aja, kata Menteri Pertahanan Jerman-- Om Thomas de Maiziere: Israel gak bakalan menang. Bahkan bias hancur lebur sendiri melawan Iran” jelasku mengutip pernyataan tersebut.

“Wah, gimana pak kalau Israel menyerang Indonesia. Bapak kan juga menyimpan nuklir di rumah” tanya sambil tertawa terkekeh.

“Lah biarin, gak bakalan berani dia datang ke Indonesia. Wong yang nenteng nuklir di tangan orang Indonesia kan banyak”

“Kok nggak berani pak? Emangnya kenapa?”

“Ya selain untuk pengobatan, akar bahar kan juga berguna untuk mengusir setan buk” jelasku.

“Oo… berarti negara Israel itu setan ya pak?”

Tauuuuk!

Hehehehe.

…..

[Hazmi Srondol]

Bukan Moleskine, Satpam Djakarta Theater XXI Tetap Perlakukan Notes-ku Istimewa

Posted on Jumat, 25 September 2015 6 komentar

Jumat, 25 September 2015

Mendadak saya blingsatan di waktu sepertiga malam saat menyadari ada benda penting hilang dari tempatnya. Seluruh isi jeroan tas ransel sampai saya keluarkan isinya untuk memastikan keberadaan benda yang sudah sembilan bulan ini menemani.

“Buku notesku, buk” jawabku dengan menyisakan ekspresi kepanikan saat istriku menanyakan apa yang sedang aku cari-cari ini.

Ya, buku notes ku ini bukan bermerk Moleskine yang legendaris itu. Bukuku hanya bermerek Kuramas yang seharga empat ribu rupiah. Hanya sekitar $0,3 dengan kurs rupiah hari ini.

Namun begitu, banyak sekali draft tulisan, jurnal, konsep video youtube hingga catatan perjalanan penting yang sudah tersimpan baik disana. Termasuk point-point wawancara terakhir (22/9/2015) dengan sutradara dan producer film 3 Dara di Cinema XXI, Djakarta Theater, Jakarta.

Oh ya, aku baru ingat. Memang sepertinya buku kecil itu tertinggal di Cinema XXI. Perasaan, terakhir aku mencorat-coret di buku itu saat ngobrol di ruangan merokok tersebut. Agak lega walau mood menulis hilang total gara-gara kejadian ini. Bahkan hingga menjelang adzan subuh berkumandang, hati masih tidak tenang.

Barulah beberapa saat kemudian, ketika hari sudah menjelang siang dan aku yakin Cinema XXI sudah buka, dalam perjalanan ke Lapas Sukamiskin, Bandung kutelefon gedung bioskop tersebut. Nomer yang kudapat dari hasil searching di google itu ternyata tepat.

Ada suara merdu dari customer service gedung yang mengabarkan bahwa bukuku masih ada dan disimpan baik oleh security disana. Alhamdulillah. Hilang satu kekhawatiran. Hanya saja, mbak CS memintaku untuk datang sebelum gedung bioskop tutup.

Hal itulah yang akhirnya membuatku tergesa-gesa ketika bertamu di lapas Sukamiskin. Waktu itu, sempat waktu berkunjung sempat tertahan karena ada kegiatan relokasi tahanan Gayus dari Lapas Sukamiskin ke Gunung Sindur.

Sopir kantor yang paham dengan situasiku, langsung tancap gas—ngebut menuju ke Jakarta untuk menjemput buku ini. Alhamdulillah, saat jam tujuh malam, kami sudah sampai di Djakarta Theather. Ketika berada di lobby bioskop, satpam bernama bapak N segera mengkontak rekannya, bapak S yang berada di atas untuk menunjukan lokasi penyimpanannya.

Luar biasa, bukuku masih utuh dan tersimpan baik di ruang khusus Djakarta Theater. Pak S sempat cerita jika ketika menemukan buku ini dan sedikit membukanya, ia kaget karena ia tahu banyak catatan-catatan yang menurutnya menunjukan isi yang sangat penting. Ia sempat berkeliling dan berteriak-teriak ke awak media yang masih dilokasi. Menanyakan siapa pemiliknya.

Jujur, dalam hati terbersit rasa kagum atas perlakuan satpam gedung ini terhadap bukuku. Bayangkan, sekali lagi ini bukan buku notes bermerk Moleskine.

[caption id="attachment_1765" align="aligncenter" width="474"]Sketsa van Gogh di notes Moleskine (sumber: http://www.theguardian.com/lifeandstyle/competition/2013/may/12/win-van-gogh-sketchbook) Sketsa van Gogh di notes Moleskine (sumber: http://www.theguardian.com/lifeandstyle/competition/2013/may/12/win-van-gogh-sketchbook)[/caption]

Sebuah merk notes legendaris buatan Italy yang sudah banyak dipakai oleh para tersohor dunia. Dari sketsa lukisan Vincent van Gogh atau Pablo Picasso juga banyak dibuat di buku ini.

Kemudian ada penulis besar seperti Ernest Hemingway atau travel writer terkenal Bruce Chatwin juga selalu membawa buku catatan ini. Tidak puas? Coba cek beberapa scene film The Motorcycles Dairies, disana Che Guevara juga terlihat memakai Moleskine ini untuk catatan perjalanannya. Scene ini konon juga berasal dari kejadian nyata perjalanan Che saat mencari jatidiri dan pembentukan karakter revolusionernya.

Sempat saya terheran-heran. Bagaimana mungkin buku notes ini begitu mahal harganya. Sekitar Rp.300.000 an lebih. Mungkin karena bahan sampulnya dari kulit tertentu yang halus dan kuat, serta bahan kertasnya mempunyai standarisasi khusus. Sejenis kertas acid-free papaer yang aman untuk lingkungan dan nyaman kerika membuat sketsa atau tulisan.

Atau memang harga kertas luar negeri tidak semurah Indonesia yang merupakan salah satu sumber bahan pulp kertas dunia? Entahlah.

Berbeda sekali dengan bukuku yang sampulnya berupa sejenis karton tebal dan kualitas kertas apa adanya. Namun tetap ada kelebihannya, yaitu dengan sampul keras ini—membuat kita menjadi mudah dan nyaman ketika menulis pada halaman awa-awal walau pun sambil berdiri. Seakan-akan ada tatakan atau landasan menulisnya.

[caption id="attachment_1766" align="aligncenter" width="593"]Che Geuvara dan notes Moleskine-nya di film "The Motorcyles Diaries" Che Geuvara dan notes Moleskine-nya di film "The Motorcyles Diaries"[/caption]

Walau saja, saat pergi ke toko buku seperti Gramedia atau Toko Gunung Agung-- mata ini selalu terpaku ke lapak Moleskine. Ingin sekali memilikinya.

Sempat juga sih membeli versi bajakannya. Kalau tidak salah merk-nya front. Hanya saja, tetap ada rasa ketidaknyamanan dengan merk alternatif ini. Akhirnya, notes ini malah dipakai istriku untuk catatannya.

Untuk sementara, daripada membeli moleskine versi abal-abal, mendingan memakai notes buatan lokal. Toh ketika memakai yang biasa-biasa saja, satpam Cinema XXI juga masih memperlakukan  dengan perlakuan istimewa.

Namun, bisa jadi—kalau memakai Moleskine, perlakuannya jadi istimewa kuadrat kali, ya? Hehehe…

[Hazmi Srondol]

Film 3 DARA, Kisah Lucu yang Orisinil

Posted on Rabu, 23 September 2015 7 komentar

Rabu, 23 September 2015

“Membuat konten komedi itu sulit”

Kurang lebih begitu kata beberapa kawan yang pernah mencoba membuat beberapa tulisan komedi yang serius. Serius artinya tidak membuat konten komedi yang asal-asalan. Komedi yang tidak garing, slapstik atau hanya terasa lucu bagi pembuatnya saja.

Lebih sulit lagi jika hal-hal lucu yang dibuat adalah sesuatu yang baru. Konon, ada pameo yang mengatakan bahwa sesuatu yang lucu itu hanya terjadi sekali. Jika dipaksa diulang maka kelucuannya akan berkurang atau bahkan hilang sama-sekali.

Hal inilah yang kadang sering membuat saya ikut merasa deg-degan atau nervous pada beberapa kegiatan yang berbau humor atau komedi ini. Padahal itu semua bukan karya saya sendiri. Contohnya saat menghadiri launching buku humor, menonton stand up comedy. Termasuk saat datang di acara gala premiere film “3 Dara” di Cinema XXI Djakarta Theather, Jakarta pada Senin malam, 21 September 2015 yang lalu.

Sport jantung ini dimulai dari judulnya yang agak mirip dengan film “Tiga Dara” yang dibuat tahun 1956. Saat itu, film yang diperankan oleh Chitra Dewi, Mieke Wijaya dan Indriati Iskak menjadi salah satu film hitam putih komedi Indonesia yang paling sukses dan legendaris. Boleh dibilang, mungkin ini satu-satu film komedi yang pemeran utamanya masih ada yang memakai kebaya.

Namun untunglah, ketika mencoba mencari informasi—ternyata film ini tidak ada kaitannya dengan film lama tersebut. Bukan pula remake atau adaptasi ke era yang lebih kekinian.

Setelah agak aman dengan praduga awal, kembali selintas muncul satu pertanyaan saat membaca salah satu berita yang mengabarkan bahwa film ini bercerita tentang pria yang terkena kutukan. Kutukan agar bisa merasakan menjadi perempuan.

What?!

Apakah film ini juga saduran dari film “Junior”? Film tahun 1994 yang diperankan oleh Arnold Schwarzenegger, Danny DeVito dan Emma Thompson yang berkisah tentang seorang pria yang bisa hamil?

“Wah, gawat. Ini mah film contekan!” kataku dalam hati saat itu.

Namun untunglah, ketika mulai menelusuri data-data tentang para kru dan tim kreatif film ini—semua kekhawatiran ini mulai hilang.

Jepretan Layar 2015-09-23 pada 04.04.40

Dimulai dari penulis skenarionya, Nataya Bagya. Walau saya belum menemukan akun twitter pribadinya sebagai salah satu rujukan informasi—setidaknya dari akun linkedin-nya menunjukan bahwa sosok penulis script ini sudah sangat senior dan produktif.

Dari script commercial video hingga beberapa film layar lebar tuntas digarapnya. Sebelum film 3 Dara ini, Nataya Bagya juga sukses membuat skrnario untuk film layar lebar yang juga bergenre komedi yaitu Aku atau Dia dan 7/24.

Dari profile awal ini, saya menjadi yakin bahwa penulis skenario ini tentu paham bahwa terlalu berbahaya membuat skenario film komedi dengan cerita daur ulang atau saduran. Ketakutan film 3 Dara jiplakan dari film Junior, lenyap sudah.

Nah, kemudian jika kita beralih ke para pemain dan alur ceritanya—maka kita akan menyadari bahwa film komedi ini adalah salah satu film yang tersulit untuk dibuat. Bukan perkara teknis sinematografi-nya, namun lebih kepada betapa “kolosal” film ini dibuat.

Bayangkan saja, jika kebanyakan film komedi bertumpu pada satu atau dua aktor utama saja. Kelucuan hanya terjadi pada kisah pemeran utamanya saja, selebihnya hanya “korban” atau penggembira cerita saja.

Di film ini, beda.

Betul, sosok Tora Sudiro, Adipati Dolken dan Tanta Ginting memang sukses memerankan penokohannya masing-masing. Bahkan satu catatan khusus kepada Tanta Ginting, saya sempat khawatir ia tidak bisa melepaskan image Tan Malaka di film Soekarno yang berapi-api dan keras. Namun terbukti kekhawatiran saya ini salah. Tanta sukses berperan sebagai sosok jenaka tanpa kesan dibuat-buat atau melucu.

Namun, di film 3 Dara ini—semua posisi pemeran mempunyai sisi strategis masing-masing. Bahkan menurut saya, sosok sentral dalam kisah komedi ini malah berada pada Henki Solaiman dan Rianti Cartwright yang berperan menjadi dokter operasi plastik dan psikolog.

Tanpa dua sosok peran ini, saya yakin, film ini akan kehilangan ritme dan alur. Penonton yang tidak menyimak baik-baik dan saya garansi akan kebingungan dengan ploting ceritanya. Ibarat pemain bola, Henki dan Rianti ini adalah pemain tengah yang membagi distribusi bola.

Ada lagi satu sisi menarik di film ini yang membuat saya bertanya-tanya. Yaitu masuknya Farali Khan, artis dari Malaysia yang ikut berperan serta dalam film ini. Sempat saya berfikir, ia hanya sekedar “alat” promosi agar film ini bisa diterima juga oleh masyarakat Malaysia.

Ternyata tidak, Farali tak hanya berwajah ayu—namun cakap berperan menjadi guru yoga. Sepertinya benar kata sang sutradara--Ardy Octaviand saat bisa sedikit ngobrol-ngobrol seusai acara. Pemilihan pemeran film ini hasil casting dan diskusi dengan semua kru sesuai kompetensi dan kesesuaian dengan skenario.

Jepretan Layar 2015-09-23 pada 04.04.54

Bagi saya, secara garis besar flm ini layak untuk tayang lama di studio layar lebar di Indonesia. Ceritanya orisinil dan masuk dalam area psikologis orang Indonesia—khususnya kaum pria kita yang memang posisinya sementara ini lebih dominan daripada perempuan.

Khusus bagi para wanita, menonton film ini juga bisa digunakan sebagai cara mengajari pasangan prianya agar lebih memahami isi hati dan sudut pandang perempuan secara halus tanpa perlu berkesan menggurui.

Harusnya, film yang resmi tayang tanggal 23 September 2015 ini sukses menggebrak pasar penonton Indonesia. Apalagi momentum film-film hero-hero an ala Hollywood sedang pada titik turunnya.

Hanya saja, ada juga beberapa hal yang kurang mengenakan dalam hajatan gala premiere film ini. Khususnya soal molornya waktu pemutaran filmnya. Entah karena sesi ini sekedar sesi tambahan karena siangnya sudah ada sesi screening awal atau ketidak sengajaan. Sehingga dari jam masuk hingga film diputar terlalu lama. Kasihan penonton yang menunggu. Sampai-sampai sempat kuperhatikan ada penonton yang sudah kehabisan cemilan dan memesan lagi popcorn dan soft drink-nya.

Pun ketika para artis dan kru berkesempatan memberikan sedikit sambutan, waktunya malah terlalu mepet dan pendek. Saking pendeknya, Tora Sudiro sendiri lebih memilih mengucapkan sepatah dua patah kata, lalu salam dan diakhiri foto selfie dengan teman-temannya diatas panggung.

Serta yang paling ngenes, nih. Saat awal pertemuan dengan sutradaranya usai acara di smoking area. Sambil duduk lemas dan berwajah sedih ia berkata “Pendek bener waktu bicaranya, sampai gue gak kebagian ngucapin terima kasih buat emak gua…”

Hehehe, sabar. Buruan bikin film lagi. Nanti kan bisa puas-puasin speech terima kasihnya. Ya, tho?

[Hazmi Srondol]

Prabowo Tidak "Diam", Kalian Aja Yang Tak Mau Dengar!

Posted on Minggu, 13 September 2015 7 komentar

Minggu, 13 September 2015

Lama-lama saya kesal juga dengan pertanyaan dan statement perihal "diam"-nya Prabowo Subianto.

Ada yang bertanya karena geregetan melihat setahun pemerintahan ini. Ada pula yang memang bermaksud memancing agar Prabowo turut campur dalam kegaduhan politik Indonesia akhir-akhir ini.

Kalau sekedar geregetan, saya masih menerima unek-uneknya. Namun kalau yang sengaja memancing-mancing agar Prabowo keluar dari padepokannya di Bukit Hambalang, bahkan dengan statement menganggap pengecut dan bersembunyi dibawah perut kuda-nya, saya fikir itu sudah sangat kelewatan.

Apa mereka tidak ingat atau memang tidak mau tahu bagaimana perjuangan Prabowo terdahulu?

Bagaimana sekitar tahun 1980-an beliau pernah berusaha keras menyakinkan panglimanya agar mengizinkan para wartawan luar negeri untuk melihat tawanan perang Timor Timur yang diperlakukan olehnya dengan sangat baik dan manusiawi?

Panglima yang awalnya menolak, akhirnya luluh atas usaha keras Prabowo meyakinkan hal ini akan baik-baik saja. Walau memang akhirnya terbukti, bukannya berita tentang perlakuan manusiawi yang diangkat, namun headline dengan tema kurang lebih seperti ini yang malah muncul: “Prabowo Memamerkan Tawanannya”.

Pahit. Tapi sudah resiko yang harus ditelan oleh Prabowo.

Itu belum selesai, aneka tuduhan miring atas usaha-usahanya mempertahankan kelangsungan dan ketertiban di NKRI malah disambut dengan headlines lain seperti: kudeta, dipecat, penculik dan lain sebagainya.

Lalu usai pensiun dini dari jabatan terakhirnya sebagai Komandan Seskoad, beliau mencoba memberikan sumbangsih nya kepada negara yang dicintainya lewat kekuatan ekonomi yang dimilikinya. Hasilnya: NOL besar.

Jepretan Layar 2015-09-12 pada 20.31.59

Prabowo sadar, niat baik untuk ikut membangun negeri tetap ada prosedurnya. Prabowo taat hukum dan undang-undang. Langkah yang diambilnya adalah membangun dan mendirikan partai politik. Karena lewat jalur inilah, Prabowo memahami—segala urusan di republik ini tetap terkait dengan peraturan dan perundangan-undangan. Tanpa adanya partai politik, gelontoran kekuatan ekonomi akan sia-sia.

Itu pun tetap dianggap dingin dan nyinyir. Katanya: Prabowo ambisius, Prabowo inilah itulah dan bla-bla lainnya.

Sudah begitu, ditambah lagi dua kali maju dalam perhelatan pilpres. Tahun 2009 sebagai cawapres dan 2014 sebagai capres. Apa komentar orang-orang itu? Prabowo fasis, sakit jiwa dan lain sebagainya. Puas?

Sekarang, ketika diam. Semua blingsatan. Maunya apa? Menjebak Prabowo? Mempertegas tuduhan kudeta kepada beliau? Mengalihkan ketidak mampuan pemerintah mengsikapi dan menghadapi kondisi ekonomi nasional yang semakin morat-marit ini?

Kalau sekedar menginginkan Prabowo turun ke jalan, apa susahnya? Prabowo memiliki pages FB sudah mendekati angka 9 juta jempoler. Kalau mau, tinggal buat status, contohnya: “Tanggal 27 September mari kita kumpul di Monas dengan memakai kaos putih dan membawa segelas susu untuk kita bagikan ke rakyat agar sehat. Saya pimpin langsung gerakan Revolusi Putih langsung ke tengah-tengah masyarakat”…

Saya jamin, kalau hanya sekedar 1 atau 2 juta massa pasti berkumpul dengan sukarela. Itu kalau mau lo, yaaa…

Karena memang pages yang dibangunnya semenjak tahun 2008 itu tanpa memakai agency digital atau sukarelawan yang entah rela beneran atau tidak. Followernya nyata!

Hanya saja, saya paham bukan itu maksud Prabowo membuat halaman FB tersebut. Itu hanya salah satu cara beliau menyampaikan pikiran dan visi misinya membangun negeri.

Dan itu pun, bukan satu-satunya cara beliau menyampaikan kegelisahannya terhadap masa depan republik ini. Coba cek buku KEMBALIKAN INDONESIA! Yang ditulisnya semenjak tahun 2004 sudah membahas bahaya ekonomi NEOLIB yang sadar atau tidak sadar dipilih oleh pemerintah Indonesia pasca reformasi.

Belum lagi buku-buku lain seperti MEMBANGUN KEMBALI INDONESIA RAYA hingga berbagai macam makalah dan bungai rampai artikel tulisan beliau. Status-status FB beliau pun sudah dibukukan dalam buku SURAT UNTUK SAHABAT.

Belum puas? Coba cek lagi di youtube, cari pidato-pidato ekonomi beliau di depan buruh atau para guru besar/professor di kampus-kampus.

[embed]https://www.youtube.com/watch?v=7QvPISUcEwI[/embed]

 

Lalu saya gantian bertanya, anda sudah baca belum bukunya? Sudah tonton videonya di youtube belum? Kok bisa-bisanya sebut Prabowo diam saja? Jangan-jangan emang kalian sendiri yang tidak mau melihat dan mendengar? Jangan sampailah saya menyebut anda picek atau budeg. Tidak sopan itu.

Toh, bukannya kalian sendiri yang lebih menyukai pemimpin tanpa visi, yang hanya kalian tahu dari versi pemberitaan media massa yang pada puncaknya bisa sampai 400 artikel per hari. Pola pikir asli dia apa? Mana buku tulisannya sendiri? Pappernya? Makalahnya? Artikelnya? Mana???

Kalau pun akhirnya sekarang beliau “diam”, saya merasa itu pilihan yang paling bijaksana. Silahkan rakyat merasakan sendiri pemimpin terlantik tersebut. Silahkan rakyat menonton kegaduhan pemerintahan. Jarang-jarang kan ada saingan sinetron dan infotainment kalau bukan sekarang?

Sudah bukan saatnya beliau berteriak-teriak. Sekarang adalah saatnya mengimplementasikan apa yang sudah dikajinya belasan bahkan puluhan tahun. Kalau ternyata setahun ini, Gusti Allah belum “dawuh” kepada Prabowo untuk memimpin negeri ini, ya sudah. Diam saja. Tinggal menunggu perintah Tuhan turun entah bagaimana cara-Nya. Daripada ngomong juga diplintir-plintir. Ya tho?

Soal request menurunkan Jokowi, haduh. Ibarat pakai celana, yah… Lu yang naikin, lu pula yang mesti nurunin. Emangnya kita muhrim apa? Kok bisa-bisanya nurunin yang bukan kita sendiri naikin.

Kurang lebih begitu, selamat malam, Merdeka!

***

BUKU GRATIS:

Baiklah, bonus buat yang ingin mengkaji fikiran dan kegelisahan Prabowo tahun 2004 perihal bahaya ekonomi NEOLIB yang terbukti terjadi saat ini, silahkan buka dan download scan buku yang saya muat di blog pribadi saya:

http://www.hazmisrondol.com/ebook-gratis-kembalikan-indonesia-by-prabowo-subianto/

VIDEO:

  1. Prabowo di depan Buruh: https://www.youtube.com/watch?v=7QvPISUcEwI

  2. Paparan Prabowo Subianto "Masa Depan Indonesia dan Tantangan 20 Tahun Kedepan" : https://www.youtube.com/watch?v=zvcXWPVDh-k

  3. Prabowo di depan Guru Besar/Profesor: https://www.youtube.com/watch?v=2NQUY99Mmek

Ebook Gratis: KEMBALIKAN INDONESIA! - Prabowo Subianto (2004)

Posted on Kamis, 10 September 2015 34 komentar

Kamis, 10 September 2015

"Bangsa ini bisa keluar dari kemelutnya hanya jika bisa memanfaatkan kekayaannya."


MUHAMMAD HATTA


Akibat pengkhianatan para elitnya, Indonesia yang kita cintai sedang lepas dari jari-jemari sebagaian besar warga negaranya.

Negeri yang kaya raya ini tidak memberi manfaat kepada sebagaian besar rakyatnya yang masih berkubang dalam kemiskinan dan pengangguran. Kita ibarat ayam yang sekarat di lumbung padi. Aset negeri kini banyak dikuasai bangsa asing. Kita menjadi kacung di rumah sendiri.

sumber daya dihamburkan secara percuma untuk menyumbang pengusaha besar yang tidak punya rasa nasionalisme, dan justru melarikan sumberdaya itu ke luar negeri.

Buku ini merupakan buah renungan seorang anak bangsa yang terpanggil untuk menelusuri problem yang menempatkan Indonesia dalam posisi paradoks ini-- "Paradoks Indonesia", negeri kaya tapi miskin, besar tapi tidak mandiri. Dan terpanggil mencari solusinya.

***

KEMBALIKAN INDONESIA!

Haluan Baru Keluar dari Kemelut Bangsa

Penulis: Prabowo Subianto

Penerbit: Pustaka SInar Harapan, Jakarta. April 2004

***

Selamat membaca!

[download id="1680" template="KLIK UNTUK DOWNLOAD"]

 

 

[pdf-embedder url="http://www.hazmisrondol.com/wp-content/uploads/2015/09/KI-Original.pdf"]

Yuni Danang; Ketika PDI-P, GERINDRA dan PKS Bersatu di Pilkada Sleman 2015

Posted on Minggu, 30 Agustus 2015 2 komentar

Minggu, 30 Agustus 2015

Pagi itu di lapangan Nusantara Polo Club, Bogor--akhirnya saya bisa bertemu lagi dengan mas Danang W Sulistya, ST yang mempunyai nama alias Danang Dancel di Facebook ini.

Pertemuan ini memang sangat saya tunggu-tunggu mengingat ada beberapa kejadian yang mengejutkan, membuat penasaran sekaligus kemunculan pengharapan yang begitu besar untuk atmosfir politik negeri dari tempat mas Danang tinggal terakhir ini.

Ya, beliau (ehm) yang merupakan pengurus teras DPP Partai Gerindra ini saya dengar kabarnya maju menjadi Wakil Bupati di Kabupaten Sleman. Sebuah kabupaten dengan luas hampir sama dengan Provinsi DKI Jakarta.

Serta bagi penikmat cerita konspirasi--kabupaten ini diduga adalah kota dimana Nabi Sulaiman tinggal. Bahkan mengangap yang disebut "tanah yang dijanjikan" adalah daerah ini, bukan yang di Palestina sana. Beberapa kaitannya adalah nama Kabupaten ini yang sebelum digubah Belanda tahun 1916, daerah ini bernama : Kota SULAIMAN.

Kemudian, beberapa berita dari media lokal Yogyakarta atau Kabupaten Sleman telah mengangkat tajuk berita perihal ini. Bahkan sudah beberapa link berita online juga tampak serupa menghiasai tampilan laman depan akun facebooknya.

Sebuah keberanian yang luar biasa untuk orang-orang berusia muda seperti mas Danang ini.

Secara latar belakang pendidikan, pengalamannya berorganinasi baik di perusahaan ia berkerja maupun partai yang diurusnya serta sopan santunnya dalam bergaul tidak saya sangsikan. Banyaklah bukti yang tak mungkin saya tulis satu persatu disini.

Hanya saja, saya mendadak teringat seloroh bercanda dari Prabowo Subianto perihal minimnya kader partainya yang maju langsung dalam Pilkada serentak 2015 ini. Partai Gerindra lebih banyak menjadi partai pengusung/pendorong dari calon non internal partai.

Srondoldanang

"Apa karena ada isyu biaya Pilkada kelas kabupaten sekitar 20 Milyar, ya? Sedangkan kalian saya lihat ndak ada yang bertampang 20 Milyar? Jadi kalian takut maju?" kata Prabowo yang disambut gelak tawa ribuan kader yang mengikuti acara tersebut.

Ya, walau saya tahu itu hanya sebuah joke, namun tetap saja iseng saya tanyakan langsung ke mas Danang.

"Anu, njenengan punya duit 20 milyar, po?" tanyaku dengan penuh keseriusan.

"Ndaklah, mas Ndol..." jawabnya sambil tertawa.

"Lah, ndak punya kok berani maju?" tanyaku mengejar. Maklum penasaran.

"Saya menjalankan amanat dari bapak (Prabowo) untuk memajukan Sleman, mas" jawabnya memulai pembicaraan.

Dari jawaban awal itulah, akhirnya terceritakan asal muasal prosesnya maju ke Pilkada Sleman ini. Dari ketua DPC Gerindra Sleman yang sudah menjadi anggota legislatif sehingga tidak ada lagi tokoh lokal Gerindra di Sleman yang berminat maju Pilkada hingga pertemuan-pertemuan para petinggi partai lain yang ternyata sangat mendukung tampilnya sosok muda yang kompeten ini untuk tampil.

"Apa gara-gara pernah jadi pemain PSS Sleman juga menjadi penyebab dukungan ini, mas?" tanyaku lagi bercanda.

"Hahaha, itu bonus mas. Gak salah, tho, eks pemain PSS Sleman maju pilkada?" jelasnya.

Iya, deh. Kataku dalam hati sambil mendadak teringat tragedi "sepakbola gajah" antara timnya dan tim asal kampung halamaku--PSIS Semarang. Semoga dibawah kepemimpinannya, tidak ada lagi kejadian yang sama-sama memalukan bagi kedua kota ini. Baik Sleman atau Semarang. Hihihi...

Nah, paling diskusi paling menarik ketika makin terperinci tentang koalisi lokal dalam pilkada tersebut.

Ternyata, pasangan mas Danang ini adalah DR. Hj. Yuni Satia Rahayu atau akrab dipanggil "bu Yuni". Bu Yuni sendiri merupakan Wakil Bupati Sleman yang sudah resmi mengundurkan diri untuk maju dalam Pilkada serentak di Sleman ini. Dan bu Yuni sendiri adalah, hmm, ya beliau dari PDI-P...!

Kaget?

Jangan, jangan kaget dulu. Ada yang lebih seru. Pasangan Bupati dan Wakil Bupati dari PDI-P dan Gerindra ini, ternyata juga mendapat dukungan penuh dari partai islam. Partai PKS.

Padahal, yah. Di Ibukota Jakarta dan socmed nasional ketiga partai ini dianggap "kompor" panas dan mendidihnya iklim politik di Indonesia.

"Wah, ya beda mas di daerah ama di pusat. Bergabungnya PDI-P dan Gerindra sebagai dua partai terbesar di Sleman malah disambut hangat dan simpatik oleh warga. Ditambah hadirnya PKS dalam koalisi ini, banyak masyarakat Sleman berharap (pasangan) kita ini menjadi titik awal dari adem-nya (cooling down) tensi politik di Indonesia".

"Bagaimana program-nya, mas? Ada benturan-kah?" Tanyaku makin penasaran.

"Oh tidak, mas. 6 Program Aksi Gerindra dan Nawacita PDI-P itu pada dasaranya banyak kemiripan prinsip. Tinggal pelaksanannya, saja. Kita temukan persamaannya dan untuk perbedaan yang sedikit itu tidak usah dikedepankan. Niat kita sama, mas. Membangun Sleman dengan pencapaian besar yang seharusnya. Bukan asal cari aman saja jadi pemimpin. Tetapi memaksimalkan..!"

"Bapak (Prabowo) dan mbak Mega gimana mas?" tanyaku lagi menelisik.

"Loh, kami sama-sama dipilih oleh ketua partai, mas. Saya ama bapak dan bu Yuni oleh mbak Mega. Bapak dan mbak Mega sama-sama nggak masalah kok kami maju. Bahkan bapak bilang: 'asalkan untuk kemajuan bangsa, saya dukung'. Tuh, mas. Paham, tho?"

"Oh iya, ya. Semangat banget jawabnya, mas. Masa kampanye belum mulai, loh" sindirku menggoda.

Kami pun tertawa.

Memang atmosfir politik pusat dan daerah ternyata berbeda. Saya juga harus jujur mengakui adanya perbedaan ini. Memang sudah rejeki saya kenal dan bertemu kembali dengan mas Danang ini. Saya seperti sedang diajari, eh, diingatkan bahwa diatas tampilan politik media yang lebih banyak menyorot Pusat dan Jakarta yang penuh gesekan, di daerah lain di Indonesia--lebih banyak harmoni-harmoni indah tentang beberapa tokoh lokal yang masih tulus berjuang untuk kemajuan daerahnya.

Lalu sebelum mas Danang pamit untuk mengurus hal lainnya di acara 17-an, sempat saya iseng bertanya: "Mas, kok fotonya mirip MEGA-PRO pas jaman Pilpres 2009, yah? Mas Danang ada 'bau-bau" bapak dan bu Yuni--Masya Allah, mirip banget Mbak Mega"

"Ho-oh, banyak yang bilang begitu, mas"

Hahaha...

Jepretan Layar 2015-08-29 pada 19.56.34

 

[Hazmi Srondol]

Apakah Toyota New Avanza Dibuat untuk Keluarga dan Veloz untuk Kencan dengan SPG-nya?

Posted on Kamis, 27 Agustus 2015 51 komentar

Kamis, 27 Agustus 2015

“Pokoknya, keluar pintu tol Serpong nanti banyak umbul-umbul pengarah, mas” kata sohib yang sudah lebih dahulu sampai di lokasi pameran mobil ini.

Ya, ini kali pertama saya datang ntuk melihat secara langsung acara pameran automotive di ICE (Indonesia Convention Exibition) di kawasan BSD City, Serpong Tangerang. Gelaran yang diberi tajuk GIIAS (Gaikindo Indonesia International Auto Show) 2015 yang berlangsung dari tanggal 22 s/d 30 Agustus 2015 ini memang mengundang daya tarik dan rasa penasaran tersendiri.

Saya yang sebelumnya belum pernah hadir di lokasi ini, tentu akan membandingkan dengan tempat pameran yang pernah di hadiri. Biasanya, saya selalu hadir di pameran serupa sekitar Senayan dan Kemayoran. Bayangan adanya tukang parkir ganda ala Senayan dan Kemayoran selalu menghantui.

Betapa tidak nyamannya, sudah mendapat karcis resmi tetapi sekalu ada tambahan charge biaya parkir. Kadangkala memang tak sebarapa permintaan oknum ini, sekitar 5000 rupiah saja, namun tak kurang juga pernah terkena 50.000 untuk lokasi parkir yang strategis dan dekat dengan pintu masuk.

Kali ini, usai mengikuti petunjuk spanduk dan umbul-umbul acara GIIAS, sampaikalah saya pada satu gerbang besar yang menunjukan lokasi ICE BSD sudah sangat dekat. Sempat saya melihat dan masuk lokasi parkir “tambahan” resmi. Ketika bertanya kepada petugas parkir berseragan: “lokasi pamerannya dimana, mbak?”

Petugas tersebut mengatakan, “agak masuk kedalam lagi, pak. Nanti bapak bisa naik shuttle bus gratis dari sini”.

“Loh, lokasinya bukan disini? Emang tidak ada lokasi parkir yang menyatu dengan hall? Saya banyak membawa alat nih” kataku bertanya sambil menunjukan kamera video dan lainnya, mulai muncul rasa curiga adanya tukang parkir ganda disini.

“Oh, ada, pak. Cuman disana biasanya jam segini sudah padat parkirannya. Bapak boleh kok kalau tidak jadi parkir disini, nanti tinggal memutar arah saja.” Jawabanya sambil tersenyum.

Oh, lega rasanya. Karcis parkir di lokasi tambahan itu tidak jadi saya ambil dan memilih parkir di dekat hall saja. Maklum masih trauma.

Dan benarlah kata mbak parkir tadi, dari lokasi parkir tambahan ke gedung hall ICE sangat padat kendaraan yang mengantri masuk. Macet luar biasa. Hampir lebih dari 30 menit waktu yang ditempuh dari menuju hall yang jaraknya hanya beberapa ratus meter saja. Terasa benar peluh ini menetes karena kebetulan AC kendaraan MPV yang merupakan kakak dari mobil yang hendak saya lihat ini sedang mati. Hadoh!

Sesampainya di hall, mata saya agak terbelalak. Benarlah kata rekan blogger yang sudah di lokasi acara. Gedungnya sangat besar dan luas. Bakan boleh dibilang, terbesar di Asia Tenggara. Bayangkan saja, dengan luas area 220.000m2 dari hall 1 sampai dengan 10, semuanya menyatu yang jarak antara hall ini mencapai 1-2 km.

Sebuah kebanggan bagi Indonesia dimata dunia sekaligus “siksaan” bagi mbak-mbak SPG yang bakal sengsara berjalan dari hall ke hall nya dengan sepatu hak tingginya. Hehehe…

Usai parkir di area Hall 10, saya pun segera mencari pintu masuk. Senang rasanya bertemu beberapa rekan blogger. Paling menyenangkan saat bertemu om Widianto Didiet, seorang fotographer kawakan sekaligus rekan blogger yang juga sangat aktif di forum-forum fotograpi. Rencananya, saya akan kerjain om Didiet ini sebagai reporter.

Namun ternyata, malah saya yang terbalik dikerjainnya. Mosok di footage shoot pertama, statement pertamanya perihal betapa bahagia ia disana karena bakal bisa melihat deretan SPG cantik yang bakal jadi sasaran model fotonya. Hadeh. Ngak ngek ngok, deh.

Tak apalah, toh memang kerjaan om Didiet ini berurusan melulu dengan para perempuan cantik. Toh ada bagusnya juga, bersamannya pasti bakal mudah mendapat PIN BB atau nomer hape dari para SPG yang saya yakin—banyak yang kenal dengan om Didiet ini. Dan benarlah dugaan saya, hampir sepertiga dari SPG yang bertugas disini kenal dan menyapa om Didiet ini. Ternyata modal kamera DSLR, sakti juga buat terkenal dimata bunga-bunga bisnis ini. Hahaha…

Nah, akhirnya sampailah saya pada stand Toyota yang memang saya incar semenjak dari rumah. Harap maklum, terakhir kali saya membeli mobil itu tahun 2007. Saat itu, saya yang biasa memakai kendaraan cowok jenis jip mau tidak mau harus beralih ke kendaraan keluarga. Pilihan MPV dengan kapasitas mesin terkecil 1000 cc menjadi pilihan saat itu. Alasan istri saat itu adalah irit dan murah. Bahkan bisa kontan membelinya.

Hanya saja, dalam perjalanan waktu. Dengan anak-anak yang semakin membesar dan kendaraan yang semakin menua, tentu kami sekeluarga mesti memikirkan kendaraan penganti yang sesuai dengan kebutuhan. Dari awal setting berfikir, tentu titik tengah yang kami ambil. Tidak terlalu murah dan yang pasti tidak kelas termahal pada jenis kendaraan yang serupa.

Jepretan Layar 2015-08-26 pada 21.25.14

Namun, setting berfikir awa ini mendadak kacau balau di lokasi stand Toyota. Dua pilihan hadir di depan mata dengan masing-masing kelebihannya. Toyota Grand New Avanza atau Avanza Veloz. Sama-sama memakai brand “Avanza” namun memiliki pesona yang berbeda-beda.

Sedikit saya telusuri baik data maupun dari hasil pandangan mata, ada beberapa perbedaan yang bisa kita dapatkan, yaitu:

  1. MESIN & TRANSMISI


Grand New Avanza menawarkan dua jenis kapasistas mesin, yaitu K3-VE 1.3 (1300cc) dan 3SZ-VE 1.5 (1500cc). Sedangkan Veloz, hanya mengeluarkan satu jenis mesin yaitu 3SZ-VE - 1500cc. Dimana mesin 1500cc ini satu keluarga dengan yang dipakai oleh Toyota Rush pada kelas SUV nya.

Pada mesin 1.3 New Avanza, terdapat opsi transmisi manual dan matic. Hanya saja, pada sesama jenis mesin 1.5 New Avanza hanya terdapat versi transmisi manual, sedangkan Veloz terdapat dua pilihan yaitu manual atau matic.

Menariknya, kedua sama-sama sudah menaikkan posisi engine hood-nya, sehingga dengan design penempatan mesin terbaru ini membuatnya lebih anti banjir, setidaknya sampai ketinggian air diatas griil-nya. Cocok untuk kota Jakarta dan Semarang yang selalu menjadi langganan banjir dadakan ini.

Pada sisi ini, saya fikir pilihan istri di rumah adalah Grand New Avanza 1300 cc. Mengingat cara berfikir irit dan anti ngebut-ngebutan yang menjadi pokok pikirannya. Apalagi kebutuhan utama mobil adalah untuk mengantar anak-anak ke sekolah atau ke pasar untuk kulakan dagangannya.

  1. EXTERIOR


Berbeda pada generasi awal Avanza yang dominan lekukan membulat klasik, New Avanza dan Veloz sudah memakai lekukan tajam dan modern. Khusus griil depan, New Avanza tampak lebih berwibawa, sedangkan Veloz tanpak sporty, gahar dan dalam kondisi diam atau parkir pun sudah terlihat seperti sedang ngebut saja.

Untuk lampu sein, New Avanza sein tambahan di spion berada diluar spionnya. Sedangkan Veloz yang beraura sport ini menanam sein tambahan didalam spionnya. Spertinya efek cd (coofisein drag) atau efek membelah angin menjadi alasan teknis engineeringnya.

Velg yang dipakai keduanya juga berbeda, New Avanza memakai model kipas sedangkan Veloz lebih ke model asimetris yang lebih eye catching.

Sedangkan sisi lampu bekalang, walau ada kesan mirip, Veloz lebih tampak (lagi-lagi) sisi sportinya dengan tambahan akses aksesoris mika lampu yang mengentalkan aroma anak mudanya.

Disini ini, saya jamin istri dirumah lebih memilih New Avanza daripada Veloz.

Jepretan Layar 2015-08-26 pada 21.25.52

  1. INTERIOR & KESELAMATAN


Perbedaan nyata New Avanda dan Veloz ada di sisi ini. New Avanza memberikan banyak pilihan warna interior dengan pilihan utama warna coklat krem. Sedangkan Veloz lebih sedikit pilihan warna, dimana lebih dominan pada warna hitam dengan sentuhan akses warna chrome/silver di dashboardnya.

Nah, bagi kami yang selama ini sudah memakai warna coklat krem, tentu akan beralih memilih yang warna hitam, mengingat anak-anak sering kali menumpahkan aneka makanan dan minuman yang mau tidak mau, pada warna krem akan lebih terlihat kotor daripada warna hitam.

Untuk keselamatan, kedua tipe ini sama-sama terdapat 7 titik sabuk keselamatan. Juga terdapat pelindung benturan samping tambahan (side impact beam). Sedangkan Veloz menambahkan fasilitas Airbag pada sisi pengemudi dan penumpang depan. Kemajuan yang sangat pesat untuk sisi safety kendaraan yang berbasis keluarga ini.

Oh ya, pada kursi belakang juga bisa dilipat dua kali (one touch tumble) yang akan memberikan ruang yang lebih lega di belakang. Cocok saat kemping atau memancing di dalam mobil. Tapi ya harus dipastikan mobilnya jangan tertalu deket sungai. Eman-eman juga kalau kejebur.

Namun, dari semua tawaran soal interior ini--tetap saja saya fikir interior ala Veloz sepertinya yang akan lebih dipilih oleh istriku di rumah. Kecuali ada versi warna serupa (hitam) pada seri Grand New Avanza-nya. Sementara kedudukan 2-1 untuk New Anvanza versi istri.

  1. HIBURAN


Nah, Fitur entertainment kedua jenis mobil juga berbeda, New Avanza mengandalkan sistem audio 2 DIN dengan 4 speaker tanpa tombol setting di setir.

Sedangkan Avanza Veloz dilengkapi sistem 2 DIN dengan 6 speaker yang bisa diatur dengan tombol di setir (steering switch).

Lalu bagaimana dengan pilihan istri dirumah? Sepertinya ia tidak akan paham soal beginian. Hahaha. Ia lebih suka mendengarkan radio dengan suara menengah cenderung pelan. Apalagi dengan kondisi kabin keduanya yang sama-sama kedap dan suspensi yang lebih nyaman, sepertinya ia lebih memilih tidur saja. Sekalian istirahat dijalan.

Jadi untuk sisi hiburan ini, saya anggap nilainya seri atau remis. Hahaha…

Nah, dari beberapa hasil penilaian saya dan istri, tampak jelas seri Grand New Avanza adalah pilihan tepat bagi keluarga yang membutuhkan kendaraan fungsional namun tetap bertenaga dan berkelas.

Lalu bagaimana dengan Veloz?

Veloz tentu lebih cocok bagi mereka yang berselera muda dan memilih gaya sporty dalam pergaulannya sehari-hari. Buktinya, saat iseng lagi mengajak mbak SPG wawancara, Om Didiet tampak mengejar pendapat mbak SPG perihal kendaraan New Avanza ini. Baginya, New Avanza itu keren dan fungsional.

Namun ketika ditanya, mau gak dijemput dengan New Avanza (untuk berkencan). Mbak SPG hanya tertawa saja, sedikit menghindar dan tampaknya, lebih ok atau nyaman dijemput pakai Veloz yang lebih gaul dan stylist saja.

Jadi sempat selintas berfikir, jangan-jangan Grand New Avanza memang didesign untuk acara keluarga dan Veloz untuk mengajak kencan SPG-nya. Tapi, sepertinya sih enggak, itu kan perasaan saya saja. Hehehe…

[Hazmi Srondol]

Note PENTING...!:

Oh ya, ada lomba menulis Blog Competiton untuk menyambut kelahiran Toyota Grand New Avanza & Toyota Veloz ini. Hadiahnya puluhan juta, manteb tho?  Yuk ikutan dan info selengkapnya ada di:  http://www.toyota.astra.co.id/ReviewVelozAvanza/


Jepretan Layar 2015-08-26 pada 22.24.57


 
Don't Miss