Hari ini, tepat 1752 Miles atau setara 2819 Km-- Vespa Primavera telah hadir di tengah-tengah keluarga kami.
Memang agak pendek jarak tempuh kendaraan scooter matic yang kami miliki ini, jika dihitung dari usianya yang sudah masuk satu tahun. Rata-rata sebulan hanya mencapai 300Km atau sehari 10 km saja. Harap maklum, vespa ini adalah kendaraan kesayangan anak kami di rumah.
Ya, memang hadirnya Vespa Primavera ini sangat unik dan sepertinya sulit sekali dilupakan. Banyak cerita yang berbanding terbalik dengan kilometer pakainya. Antara senyum, canda, panik hingga kait mengkait dengan kisah-kisah lama yang terjadi sebelumnya.
Cerita bermula saat setahun yang lalu, anak kami yang tertua begitu ngebet ingin memiliki Vespa. Sampai diulang-ulang dalam berbagai kesempatan. Sempat heran, di rumah sudah ada 3 motor yang kami miliki sebelumnya. Satu motor trail 2-tak zaman saya masih bujangan dan dua motor matic buatan Jepang dengan merk yang berbeda.
Sampai-sampai saya pun bertanya, kenapa harus Vespa?
“Vespa beda pak, dari besi semua. Bulet. Gambar logo parkir di Int*rmedia (toko buku) juga pakai bayangan Vespa. Artinya, vespa itu motor terkeren” jawabnya.
Saya agak geli dengan jawaban ini. Kalau dari besi semua dan bulat montok, okelah saya bisa menerima. Namun alasan soal logo parkir, walau benar adanya—saya fikir ini agak aneh. Tapi baiklah, apapun itu—setidaknya anak kami yang kelas dua SD ini sudah bisa menentukan pilihannya sendiri. Artinya, dia sudah menjadi bagian “manusia” seutuhnya. Setidaknya arah menjadi dirinya sendiri sudah mulai terlihat.
Nah, akhirnya saya berdiskusi dengan istri untuk memilih jenis motor Vespa yang akan kami beli. Yang jelas, request Vespa antik 2-tak kami coret. Alasannya sederhana, bapaknya tidak sanggup dan tidak cukup waktu untuk merawat motor setua permintaannya.
Pilihan kami saat itu adalah Vespa Primavera 150 cc dengan warna biru dongker (midnight blue), sesuai warna “Doc Hudson”—tokoh animasi dalam film “Cars” kesukaan anak kami. Warna yang menurut istri lebih terlihat klasik dan “vespa” daripada yanng warna candy atau “ngejreng”.
Kemudian, ketika keputusan seri dan warna ini yang dibeli—ada kejadian menggelikan lagi terjadi. Saat Vespa nya datang di rumah, kebetulan saat anak kami sudah pulang sekolah—abang yang mengantar sempat dengan bada bercanda mengatakan bahwa Vespa tersebut adalah salah kirim dan hanya pinjaman saja. Besoknya mesti dibalikin.
Dengan wajah sedih dan cemberut, anak kami bilang “Jangan balikin, buk. Biarin aja disini selamanya”.
Namun sampai esok harinya, Vespa tersebut masih ter-parkir dengan damai di teras hingga dengan tidak tega saya mengatakan: “Abang kemarin hanya bercanda, nak. Ini Vespa kamu. Punya kamu”
Dengan wajah yang mendadak riang, ia pun bersorak dan meminta bapaknya untuk segera memakai Vespa-nya dan berputar-putar ke komplek perumahan.
Ya, saya juga senang. Rejeki anak adalah rejeki kami. Keceriaan anak adalah keceriaan kami. Dan dalam kesempatan kali ini, saya ingin berbagi sedikit Review Otomotif untuk berbagi pengalaman selama bersama Vespa Primavera ini.
BODY
Pertama, soal body Vespa ini. Sempat ada kesalahan informasi dari abang pengantar yang mengatakan bahwa body besi besi di seri Vespa baru ini hanya bagian belakangnya saja yang besi. Covernya tidak. Pernyataan ini sempat membuat anak kami kecewa. Ia yang sudah terlanjur cinta ‘besi’-nya Vespa mendadak bilang “Jual aja Vespa-nya, pak. Vespa palsu !!!”
Saya pun juga sempat terbersit rasa kecewa. Namun ternyata ini SALAH besar! Vespa Primavera, seluruh bodynya ternyata dari besi semua. Tak berbeda jauh dengan seri-seri Vespa lama sebelumnya.
Pembuktian ini bukan sembarang pembuktian. Bukan sekedar mengetuk-ketukkan jari di body-nya saja. Tetapi terbukti dari sebuah kejadian yang sebenarnya tidak mengenakkan. Yaitu saat istriku menabrak pohon di depan rumah.
Saya sempat panik saat menerima kabar ini lewat telefon. Apalagi ada anak kami kedua, posisnya berada di depan istri. Namun Alhamdulillah, tabrakan keras tersebut hanya membuat body depan Vespa tersebut penyok dan anak kami selamat karena menunduk di celah Vespa tersebut.
Dan ke-penyok-an tersebut menjadi bukti bahwa body Vespa Primavera ini terbuat dari besi semua. Hanya tukang ketok magic-lah yang mampu memperbaikinya. :D
ERGONOMIS
Tinggi. Itu kesan pertama mengendarai Vespa Primavera ini. Saya yang bertinggi badan sekitar 170 cm ini pun masih seperti berdiri ketika kendaraan diam. Berbeda dengan motor matic jepang yang seakan-akan kita duduk saat kendaraan berhenti dan jongkok ketika kendaan berjalan.
Namun, ketika kendaraan berjalan, terasa betul bedanya dengan motor matic Jepang. Badan tetap terlihat tegak. Tidak menunduk. Terlihat gagah ketika memakai jas atau baju koko ketika berangkat ke masjid. Kaki seperti leluasa dan serasa sedang mengendarai mobil.
Jok (kursi) yang yang berlapis kulit asli ini pun sangat lebar dan nyaman. Geli juga saat mendengar komentar anak ketika pertama menggonceng. “Enak ya, pak. Bokongku nempel semua di kursi. Kalau yang itu (menyebut merk), bokongku cuman setengahnya yang nempel”. Hahaha…
Namun sayang, untuk ukuran istriku yang tingginya “Indonesia Banget” ini, ia harus berjinjit ketika sedang mencoba menunggang kuda Italia ini. Tetapi ketika sudah berjalan, no problemo. Nyaman!
Ya, memang harus diakui, setelan ergonomis Vespa Primavera memang lebih ditujukan kepada para expatriat bule atau orang Indonesia dengan tinggi 165 keatas mengingat tinggi jok-nya sekitar 780 mm dari atas tanah.
BAGASI & TANGKI BBM
Nah, ini bagian yang paling menggelikan. Pernah saat hendak mencuci motor ini di tukang cuci. Abang operator cuci mendadak melongo ketika bagasi yang berada di bawah jok motor bisa saya copot sehingga steam air bisa langsung menyemprot mesin dari sisi atasnya. Hehehe…
Ukuran bagasi yang bisa di copot tanpa baut tersebut juga sangat besar. Kalau cuman satu helm, masih bisa muat. Apalagi kalau sekedar lontong, arem-arem atau perbekalan makan ke kantor. :D
Untuk tangki BBM, saya jamin operator SPBU akan terkaget ketika mengisinya. Sampai-sampai ada yang pernah bilang: “Gembul juga motornya, ya”. Gembul dalam artian besarnya kapasitas tanki. Sekitar 8 liter lebih. Sedangkan jarak tempuh km/liternya, mohon maaf saya tidak pernah cek. Saya hanya mengisi seminggu sekali Rp. 50.000 untuk pemakaian seminggu. :D
PENAMPILAN
Ehem, jelas “aura” Vespa ini sulit dinafikan. Penampilan klasik dengan lampu bulat dan body montoknya selalu mengundang rasa penasaran dan kekaguman bagi yang melihatnya.
Bukan hanya tukang parkir di ruko-ruko saja, namun saat di lampu merah—sudah tidak terhitung orang yang bertanya “Ini Vespa baru, ya?”. Bahkan menurut para sahabat saya yang berprofesi sebagai fotographer, Vespa Primavera ini disebut-sebut sebagai motor yang bagus dan sangat cocok untuk digunakan sebagai backround foto para model.
Kemudian ada sedikit rasa bangga ketika Vespa Primavera ini saya pakai untuk nongkrong di café-café kopi. Rasanya, memesan “cappucino” itu pas dengan tongkrongan Vespa baru buatan Italia rakitan Vietnam ini.
MESIN & INSTRUMEN DASHBOARD
Mesin Vespa Primavera ini berkapasitas 150cc dengan tenaga 12,9 HP. Mesinya memakai 3 katup (Valve) dengan sistem semprotan bahan bakar injeksi. Sudah sangat modern dan setting-nya harus memakai piggy-back yang terhubung ke laptop yang terdapat aplikasi pembaca statistik mesinnya.
Dengan kekuatan mesin dan seperti itu, kemampuan akselerasinya tidak usah ditanya. Walau berbadan gambot, Vespa ini sangat enteng tarikannya. Mudah berkelak kelok dan sangat lincah. Bahkan dengan satu penumpang yang digonceng.
Hanya saja, saya belum sempat mencoba top speed-nya. Selain belum bertemu track panjang untuk membetot habis grip gas-nya. Saya memang bukan tipikal penggila kecepatan. Saya lebih menyukai motor yang lincah untuk berkelak kelok dalam kemacetan, nyaman dan terlihat ‘mewah’ di jalanan.
Nah, terakhir soal instrument di dashboardnya. Vespa Primavera mempunyai konsep instrumen yang klasik namun futuristik. Untuk penunjuk angka kecepatan, masih memakai analog (jarum), namun untuk indikator BBM, penunjuk Kilometer pakai dan jam sudah digital.
Oh, ya. Jam digital ini sangat membantu sekali jika sedang membutuhkan informasi waktu. Kita tidak perlu melihat jam tangan saat mengemudi. Cukup sekali lihat di dashbord, semua informasi, termasuk jam sudah tersedia.
Hanya saja, saat servis pertama pada KM 1000—petugas bengkel merubah setting KM menjadi Mil. Saya baru sadar ketika usai servis. Namun tenang, ini bukan masalah besar. Sebentar lagi akan masuk ke KM3000—saatnya servis selanjutnya. Setting ini akan saya minta untuk dikembalikan saat kunjungan ke bengkel selanjutnya.
Kurang lebih itu cerita dan pengalaman saya saat menggunakan Vespa Primavera 150 3V ie A/T yang di situs jual blibli.com dijual seharga Rp, 31,5 juta. Siapa tahu ada rekan pembaca yang ingin juga membeli motor yang sejenis.
Untuk lebih jelasnya, bisa dilihat di Review Blili.com untuk mendapatkan referensi lain perihal motor ini.
Terima kasih atas kunjungannya. Semoga Bermanfaat.
[Hazmi Srondol]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
4 komentar
Untuk kehalusan mesin gimana dengan versi motor Jepang?
Kemarin ada pengguna vespa yang mengeluhkan hal ini ^^
kalau karakteristik suaranya memang beda dengan mopang, mas Didut.. Scutik mopang saya ada dua, suaranya setipe. bulat dan padat. sejenis suara "brum brruum".... nah kalau suara Vespa Primavera yang satu silinder 3 klep bunyinya lebih garing dang renyah. sejenis suara 'greng-greng-greng"... ukuran mesin 150 cc, punya saya halus banget. tidak terdengar suara imbuhan kayak getaran body spt mopang saya. hahahaha...
agak bingung kalau ada cerita suara mesin kasar. cuman suara dari belt trasmisi malah pernah dengar. apalagi kalau macet, kayak mesinnya kegedean tenaga jadi mau nglompat-lompat... hati2 disini....
Motor idaman saya nih,
matic tapi vespa.
sekarang baca-baca review yang pada punya-punya.
siapa tahu ntar saya nyusul ikut punya, haha.
Perawatan Vespanya gimana bang?
Termasuk mudah apa sulit?
Posting Komentar