Beberapa hari ini media dan socmed sibuk membahas soal pengelolaan tamu Allah oleh Kerajaan Arab Saudi. Jelas tersirat hal ini berujung pada perasaan "ngiri" terhadap semua manuver-manuver ini.
- Ngiri pada banyaknya jemaah yang datang ke tanah Arab Saudi yang dikiranya menjadi devisa utama negara kerajaan tersebut.
- Ngiri pada tata cara peribadatan resmi imam Masjidil haram yang lebih merujuk ke gaya peribadaan kaum Muslim Sunni.
Dan hanya karena dua pokok hal tersebut, sudah mampu membuat negara-negara lain kalang kabut, pecicilan dan beragam sikap yang membuat ribet dan eker-ekeran beberapa pihak.
Nah, bagaimana dengan Indonesia?
Kalau boleh jujur, salah satu penyebab Indonesia awut-awutan dan menjadi rebutan banyak pihak ya karena faktor "ngiri" juga. Karena dibandingkan Arab Saudi, sebenarnya negara kita ada jauh lebih banyak hal dan terbukti membuat seluruh penjuru dunia ngiri. Kitanya saja yang sering tak sadar. Tak sadar jika:
- Tanahnya yang super duper subur, dilempar batang tumbuh ubi.
- Lautnya luas, tinggal lempar jala dapat ikan.
- Dibawah bumi ada minyak, emas, berlian, perak dan material berharga lainnya.
- Diatas tanah terdapat minyak sawit, minyak kelapa dan minyak nabati lainnya.
- Diangkasa terdapat garis katulistiwa dimana para satelit berbaris nangkring pada orbitnya.
- Belum lagi manusianya yang sangat ulet, cerdas, berparas exotis dan sabarnya kelewatan. Dijajah terbuka dan diam-diam lewat sistem ekonomi cukup disikapi dengan senyum saja.
- Kebudayaan dan seni yang tinggi, wujud peradaban agung besar dan hadir disini.
- dst... silahkan tambahin sendiri.
Dan suatu kebodohan jika kita diam saja dengan manuver ke-ngiri-an mereka yang begitu masiv semenjak ratusan tahun hingga (konon) sudah 70 tahun merdeka kini. .
"Mereka" embiarkan kita tetap bodoh, tetap gampang diadu domba, tetap gampang diatur-atur oleh kebijakan dan pilihan mereka dan tidak diberi kesempatan atau dimatikan semangatnya untuk mandiri dan mengambil gaya mengelola ekonomi serta kepemerintahan ala kebijaksanaan lokal kita sendiri
Kalaulah masih takut berhadapan langsung, membalas serangan sekaligus memberikan kuncian "arm bar" kepada mereka, ya sudah. Setidaknya kita mampu "nganan" ketika mereka "ngiri".
E, sapa tahu mereka kepleset dan jatuh sendiri tanpa kita apa-apain.
Ya, tho?
10 komentar
Hahah iyaa, mari kita nganan, jangan ngiri
nengah juga boleh :p
waduh kang, saya kidal nih, jadi ngiri aja. Hehehe.
Semoga Rakyat pribumi sadar atas ke-ngiri-an mereka dan bersegera nganan, dan semoga waktu buat terpelesetnya dipercepat. *eh
Udah cantik, sabar, dijajah diem2 cuma senyum.... kok iso ngono yo?
hahahha. sudah ada lagunya, mbak: :"itulah Indonesia" :-D
hahahahaha
hahahah.... katanya orang Kidal cerdas-cerdas... tes ah.hahahaha
ngiri ngiri tu wa ga pat
majut jalan..
ngiri ngiri tu wa ga pat
brenti grak..
trus..
bubar jalan..
hahahha. jadi kayak gerak jalan aja. heheheh
Posting Komentar