Sore itu, beberapa minggu yang lalu--anakku tampak bersedih saat tahu bahwa kios taman bacaan yang menyewakan aneka komik dan buku cersil itu sudah hilang dan berganti deratan pagar seng. Sebuah pagar yang merupakan tanda bahwa tempat tersebut sudah dibongkar dan bakal berganti menjadi komplek perumahan atau ruko.
Saya sendiri pun sebenarnya memendam rasa kecewa yang luar biasa. Sebuah kekecewaan yang berasal dari kesalahan diri sendiri. Kesalahan terlalu "ntar-sok" (sebentar, besok) untuk membawanya merasakan sensasi menyewa buku di taman bacaaan.
Ya, di zaman era para sarjana Google ini--sarjana yang skripsinya banyakan daftar link website daripada judul buku di halaman daftar pustakanya; membaca di taman bacaan, perpustakaan umum atau sejenisnya menjadi hal yang sangat langka.
Padahal, ada kenikmatan tersendiri di sana. Atmosfir membaca yang begitu kental dan menular--yang membuat kita semakin betah berlama-lama bercumbu dengan buku.
Atmosfir yang sebenarnya saat itu, sedang kucoba perkenalkan kepada anakku. Namun lacur, kami harus gigit jari dan terdiam hening selama berboncengan di atas motor pespa yang meluncur menuju rumah kami yang tak sebegitu jauh tempatnya.
Dan sungguh menjadi kabar gembira buat pecinta perpustakaan ketika sore tadi (23/10/2014), saat bertemu Fadli Zon di ruang kerjanya di Gd. Nusantara 2 DPR/MPR beliau mengatakan bahwa sedang menggagas berdirinya perpustakaan yang (mungkin) terbesar di Asia serta "Speakers Corner" atau pojok/area Aspirasi di dalam komplek DPR/MPR. Komplek yang masih banyak ruang terbukanya ini.
Untuk perpustakaan, tak ada sedikit pun keraguan akan manfaat dan cita rasa membaca di sana. Fadli Zon sudah terbukti mempunyai pengalaman membuat perpustakaan pribadi yang sangat nyaman dan cozy.
Jika kita mengintip di situs perpustakaannya dan catatan blog pengurus perpustakaan pribadinya di sini dan sini. Kita bisa melihat bagaimana suasana nyaman dan kecanggihan sistem pendataannya yang sudah digitalized. Penataan yang digabung sebagai tempat menyimpan benda-benda seni serta unik seperti kacamata para tokoh Indonesia seperti milik Bung Hatta, terasa begitu hommy dan sejuk. Dijamin betah...
Untuk pengurus dan manajemennya--tak perlu khawatir, bangsa kita ini banyak sekali universitas baik negeri atau swasta yang membuka jurusan perpustakaan seperti UGM, UNS, UNPAD dan lainnya. Bahkan tidak ketinggalan, jurusan Perpustakaan pun ada di Universitas Terbuka.
Terbayang di hatiku kelak, jika perpustakaan ini bisa benar-benar terwujud--mimpi menarik kembali dokumen-dokumen Nusantara yang selama ini tersimpan di Universitas Laiden, Belanda bukan hal yang mustahil. Bahkan (semoga) kelak bisa bersaing dengan Library of Congress, USA yang sangat melegenda itu. Generasi anakku dan anak Indonesia lainnya tentu akan senang.
Dan sedikit bocoran, dalam design yang sedang dirancang--perpustakaan DPR ini akan menyimpan semua data-data DPR yang bisa diakses masyarakat. Jadi bagi anggota dewan yang selama ini jarang absen atau kurang kontribusinya akan ketahuan, setidaknya dari sedikitnya nama anggota dewan tersebut yang tidak ada catatan dokumen dalam perpustakaan tersebut. hihihi...
Belum lagi, akan ada lantai khusus riset dan penelitian serta yang paling utama--ruang baca yang luas dan bisa menampung pengunjung serta anggota dewan. Diharapkan akan mempermudah interaksi masyarakat dan legislatif dalam atmosfir yang positif. Atmosfir membaca buku dan berbagi pengetahuan.
Kemudian, hal menarik lainnya dari Fadli Zon-- seperti "Area Aspirasi" di dalam halaman DPR/MPR. Sebuah tempat/podium untuk masyarakat atau mahasiswa yang hendak menyuarakan pendapatnya.
Ide ini didasari dari pengamatan beliau yang sering melihat demonstrasi yang kadang hanya terdiri dari 20-an orang di depan pagar DPR/MPR telah membuat macet jalanan. Diharapkan, dengan area ini--aspirasi masyarakat lebih mudah disampaikan dan diterima langsung oleh anggota dewan yang membidangi persoalan tersebut.
Sudah begitu, usai menyampaikan aspirasi--pendemo atau masyarakat bisa beristirahat sambil menambah ilmunya di.... ya di Perpustakaan DPR tadi.
Setuju?
MERDEKA!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar