7 tahun memang bukan usia yang pendek. Kalau seorang manusia, ia sudah boleh masuk SD Negeri. Pencapaian ini tentu mengundang kompetitornya untuk berbagi kue kesuksesan ini. Disana ada seniornya seperti Blogdetik dan para tetangga baru seperti Vivalog-nya Vivanews, Indonesiana-nya Tempo, Metro Wide, CJ-nya liputan 6 dan lain sebagainya.
Semua banyak kelebihan dan kekurangan masing-masing. Untuk kompasiana, kekurangan yang masih susah dieliminir oleh para adminnya adalah soal banyaknya akun-akun anonim yang menumpang SERP (Search engine result pages) kompasiana untuk membuat konten-kontennya nyundul di halaman pejwan google.
Harap maklum, kaidah SEO berupa fastload, struktur halaman berupa H1 di title dan H2 di heading serta inner lingking sudah terpenuhi oleh situs blog keroyokan ini.
Problem kedua, as a videomaker--kebiasaan utak-atik template dan platform Kompasiana membuat dalam format baru 2015 ini, saya merasa dikucilkan dengan susahnya embed video disana. Walau saya tahu, ini hanya hal teknis yang pasti bisa diselesaikan, namun tetap membuat saya bete karena menunggu waktu perbaikannya.
Nah, para kompetitor harus jeli mencari celah kelemahan kompasiana yang belum atau memang tidak akan diperbaikinya. Kalau tidak, sulit untuk menandingi Kompasiana dalam waktu dekat ini. Kecuali mendadak server Kompasiana overload dan hang. Mirip peristiwa jatuhnya bisnis ponsel cerdas Blackberry beberapa tahun yang lalu.
Nah, kalau sudah begini. Kompetitor hanya punya dua pilihan atau jalan menghadapinya: melawan atau merangkul. Itu saja.
Lalu bagaimana para blogger atau content producer seperti kami-kami ini?
Sebagai penjelajah lautan digital, pasti semua platform dicoba. Dan kemunculan beragam situs UGC ini tentu menambah keuntungan kami untuk lebih mencengkeram dan memahatkan nama kami di dunia digital.
Walau memang, tetap saja ada jebakan berbahaya yang mesti kami sikapi dengan hati-hati. Jebakan ini adalah yang disebut jebakan nafsu untuk ber "spamming" atau menyebarkan konten yang sama ke semua platform. Apalagai sekarang banyak aplikasi untuk mempermudah spamming ini. contohnya imacros.
Hanya saja, google tidak sebodoh yang banyak orang kira. Mbah google cukup tahu mana konten dari blog pribadi dan satu turunan resminya di situs UGC. Jika kebanyakan, alih-alih ingin merajai pejwan di google tapi malah masuh sandbox alias dikubur konten kita dipemakaman digital. Kan jadi repot. Sudah banyak contoh kasusnya seperti ini. Tak perlu saya jabarin satu per satu.
Jadi, tetaplah cerdas berbagi wahai para bloggers dan selamat ulang tahun Kompasiana ke 7.
Salam,
Hazmi Srondol.
5 komentar
Benar banget,! Stay originalitas n stay cerdas!
Semangat untuk menulis cerdas
Nggak tau ini kelemahan atau tidak ya. Sebut saja keunikan deh. Saya silent reader Kompasiana dan cukup mengikuti. Iya, ada beberapa perseteruan di Kompasiana. Huhu. Keren habis dah! Tulisan para kubu-kubu dan mengaku netralnya bener2 top banget. Analisisnya oke. Berasa lagi baca cerita detektif. :)
hahahha. itu point utamanya, mbak. Orisinal dan cerdas!
betul, walau memang "jelajah" pergaulan blogger di kompasiana hanya sebatas 300 ribu akunnya. Memang sisi konflik dan konspirasi internal member kompasiana ini tidak habis-habisnya muncul dan membuat kita jadi susah berpaling. setidaknya untuk mencari ide-ide cerita berbasis konflik atau konsiprasi tersebut. hahahha
Informasi yang akurat, kompasiana memang menjadi forum untuk spam, dengan informasi ini kita bisa milah dan milih mana yang baik..
hehehe
Posting Komentar