Responsive Ad Slot

Latest

Sports

Gossip

Covered

Kemah Pramuka & Tentara Belanda

Jumat, 19 September 2014

Jepretan Layar 2015-06-20 pada 03.03.17

Sekitar kelas 2 SMP, sekolah kami mengadakan acara kemah di Sumowono--sebuah daerah yang berada di dataran ketinggian sisi selatan Kabupaten Semarang. Saya yang memang semenjak SD sangat tergila-gila dengan kegiatan "outbond" ala Pramuka ini begitu semangatnya untuk mengikuti. Ya, walau saat itu, tiga keyword "kemping, api unggun dan jalan-jalan" masih mendominasi alasan untuk aktif dalam extra kulikuler ini, namun semakin beranjak umur dan banyaknya bekal ketrampilan dasar seperti tali temali, baris berbaris, kode sandi dan lain sebagainya akhirnya menyadarkan bahwa--gerakan kepanduan ini jauh lebih besar manfaatnya dari sekedar cap sebagian orang bahwa kegiatan ini hanyalah gerakan "tepuk-tepuk tangan" belaka.

Apalagi saat suatu hari menemukan buku pegangan "boy scouting" internasional dari salah satu lapak buku bekas di Bekasi dan dihubungkan dengan beberapa buku panduan survival seperti "Outdoor Survival Guide" nya Hugh McManner, semakin menyadarkan bahwa kegiatan kepanduan ini bukan kegiatan sembarangan.

Jika memang bisa menguasai semua dasar-dasar kegiatan kepanduan tersebut, itu artinya--kemampuan anggotanyanya sudah boleh disetarakan dengan kemampuan pasukan-pasukan elit di dunia.

Tak heran, jika suatu hari--KH Facrudin, salah satu hari pernah menyatakan: "tongkat-tongkat yang kamu panggul itu pada suatu ketika nanti akan menjadi senapan dan bedil" saat dijemput oleh anggota-anggota kepanduan Muhammadiyah (Hizbul Wathan) di Stasiun Tugu, Yogyakarta.

Dan benarlah ucapan beliau, kelak muncul nama Jenderal Sudirman yang menjadi Panglima Besar Tentara Indonesia yang sangat melegenda. Seorang panglima yang lahir juga dari gerakan ini. Belum lagi Jenderal Soeharto (Presiden RI ke 2), Mulyadi Joyomartono, Kasman Singodimejo atau Yunus Anis.

Sudah begitu, bergabung dengan gerakan ini--para anak-anak dan remaja bisa bebas berkativitas tanpa perlu khawatir dicap sebagai golongan penganut paham "fasisisme", paham yang sempat 'in' dibicarakan dalam masa kampanye pilpres 2014 ini.

Bahkan, saking cintanya dengan kegiatan ini. Anak pertamaku pun kuberi nama "Pandu". Yang merujuk pada kegiatan ini sekaligus berarti "pemimpin" dan "pemberi arah/pesan".

Nah, kembali ke kegiatan kemping di Sumowono. Pada saat itu, sekitar jam dua malam mendadak saya mendapat 'panggilan alam' untuk membuang ampas makanan yang sudah sesak di perut.

Berhubung para kakak-kakak pembina yang waktu itu disebut "Instruktur Muda" tidak saya temui dan belum hapal lokasi kemping yang berada di sekitar barak tentara tersebut, akhirnya--dengan terpaksa celingak celinguk mencari info lokasi toilet terdekat.

Alhamdulillah, saat itu ada seorang bapak-bapak sedang berdiri sambil bersedekap tangan. Sekilas terlihat, wajahnya pucat dan badannya tinggi besar mirip orang eropa. Sambil bercanda saya menyapa "Halo Mister, WC sebelah pundi (mana)?"

Orang berbadan tinggi besar itu menunjukan sebuah arah dan akupun segera menuju ke tempat tersebut dan membuang hajat.

Kisah yang rada tidak penting ini hampir terlupakan setelah belasan tahun terjadi hingga suatu hari, saat iseng menonton acara TV dan acara tersebut membahas soal kisah tentara-tentara Belanda yang terbunuh dan dibuang di toilet barak tentara--saya kok jadi merinding sediri.

Soalnya, lokasi barak tentara yang dimaksud dalam acara TV tersebut sepertinya adalah tempat kempingku saat SMP dulu, di Sumowono.

Jangan-jangan....?

=====

follow: @hazmiSRONDOL

 

Tidak ada komentar

Don't Miss