Suatu pagi, saya bersama keluarga melakukan safari ke Masjid Sunda Kelapa Jakarta. Masjid yang seperti biasa selalu ramai dengan para pedagang dan pembeli di halaman masjidnya. Apalagi saat hari minggu atau liburan seperti ini.
Usai kenyang menyantap soto Padang kegemaran, iseng-iseng saya melihat buku "Tasauf Modern" karya Buya Hamka. Buku yang membahas soal shafa' atau cara mensucikan diri. Yang dalam bahasa latin disebut 'theosoefie' dimana sekarang jadi tercampur penyebutannya menjadi tasauf/tasawwuf.
Nah, kali ini saya tidak akan panjang lebar membahas soal tasauf ini. Saya lebih tertarik membaca kata pengantarnya.
Ya, disana ada dua kata pengantar. Yang pertama kata pengantar tahun 1939 saat buku ini pertama kali terbit dan kata pengantar kedua--tahun 1970 pada cetakan ke duabelas. Keduanya ditulis oleh Buya Hamka sendiri.
Paling menarik tentu kata pengantar kedua ini. Disana ditulis kejadian saat Hamka dipenjara tahun 1964 karena dituduh berkhianat ke Malaysia. Waktu itu, beliau minta dibawakan buku tasauf modern ini untuk dibacanya.
Sipir penjara sampai terbengong saat melihat Hamka sedang membaca buku karangannya sendiri. Sangat mengejutkan, saat melihat pandangan mata heran tersebut--ternyata Hamka malah berkata "Hamka sedang menasehati dirinya sendiri oleh tulisannya sendiri..."
Nah, maksud saya--saya hanya ingin bertanya kepada diri sendiri. Seberapa sering iseng membaca artikel yang pernah dituliskannya sendiri? Baik berupa buku, blog atau bahkan status di social media?
Kalau sering, apakah tulisan sendiri bisa menjadi pemberi nasehat, motivasi dan pencerahan kepada diri sendiri atau jangan-jangan... Tulisan kita selama ini hanya kesia-siaan waktu dan pulsa internet saja?
Ah sudahlah, selamat malam rekan-rekan semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar