“Sumpah, ini bukan Hazmi Srondol. Ini fansnya Cherybelle Indonesia. Cibi-cibi, Hahaha…”
Jujur saja, aku sempat tidak paham saat sekilas kubaca status facebook yang di-tag oleh sahabatku Fyesta Afrilian. Apalagi gayanya sangat aneh. Kufikir ia sedang mencoba melontarkan joke-joke yang sering dilakukan oleh rekan-rekanku yang lain di facebook.
Namun setelah beberapa detik memperhatikan, baru tersadar!
Gaya tangannya di foto ternyata sedang meniru gaya foto profilku yang kupakai di akun social mediaku. Termasuk di Kompasiana ini. Lebih mengagetkannya, kaos yang dipakainya ternyata… Karikatur diriku, lengkap dengan tagline “Hazmi Srondol, Blogger Edan!”
Wah, antara tertawa ngakak dan terkagum melihatnya. Aku masih tidak menyangka, sahabat yang dulu sewaktu masih sama-sama SMP adalah duet ektrakulikuler PKS. PKS yang bukan partai, namun singkatan Patroli Keamanan Sekolah. Sebuah eskul yang paling menyenangkan saat upacara bendera setiap hari senin. Dimana siswa yang lain berdiri pegal, kami berdua enak-enakan di depan sekolah sambil sok mengatur lalu lintas.
Padahal seingatku, mikrolet yang lewat belum tentu peduli dengan gaya kami yang ala polantas ini. Tapi kami tidak perduli, dicuekin mikrolet jauh lebih nyaman karena badan bergerak bebas daripada rekan yang lain. Bahkan sesekali sambil jajan es di warung. Hal ajaib saat yang lain sedang upacara.
Usai lulus sekolah, kami berpisah jauh. Ia masuk salah satu sekolah SMU favorit di kota Semarang dan aku lebih memilih sekolah di luar kota. Setelah itu, entah kemana ia kuliah—aku tidak tahu. Hingga suatu waktu muncul aplikasi facebook yang membuat kami bertemu kembali.
Dan kaos yang dipakainya membuatku tertarik untuk membelinya, apalagi kemunculan kaos tersebut di bulan Mei 2013 ini bertepatan dengan request me-review dalam video sebuah program internet cepat dari salah satu provider telekomunikasi di Indonesia. Rasanya, ini saat yang tepat untuk memakai kaos tersebut.
Lalu dari seberang pulau di Kalimantan, tepatnya Samarinda—suara serak khasnya yang sudah belesan tahun tak kudengar kini terdengar lagi. Sambil tertawa ia berkata “Gratis! Minta alamatmu buat kukirim…”
Ahaaay! Alangkah senangnya.
Kebahagian sekaligus rasa penasaran campur aduk menjadi satu. Penasaran perihal kaos ini. Bayangkan saja, karikatur diriku tampak pas dengan kepribadianku. Lengkap dengan blangkonnya. Belum lagi setelah kaosnya sampai, kualitasnya cetak gambar dan bahan kaosnya sangat bagus dan halus. Bukan kelas ecek-ecek yang dipakai sedikit membuat gatal. Mesti direndam cairan pelembut agar nyaman dipakai. Kaos ini tidak.
Usut demi usut, kekagumanku semakin membesar setelah tahu—semenjak lulus kuliah jurusan kesehatan, walau agak melenceng dari latar belakang pendidikan--ia begitu berani berdikari membuat usaha sendiri. Dikutip dari harian Kaltim Post yang memuat berita usahanya, ternyata awalnya ia bermodalkan hobi utak-atik gambar melalui potoshop dan corel serta rajin browsing di internet. Modal intelektual yang membawanya berani hijrah ke Kalimantan dan memulai usahanya. Keberanian yang harus kuakui—aku sangat jauh dibawahnya.
Semakin mengejutkan, brand OUGHHH! yang dibuatnya ternyata bisa di custom atau dimodifikasi sesuai permintaan pelanggannya. Hal unik yang membuatnya mampu meraup omzet 70 juta/bulan di tahun 2012. Untuk akhir tahun 2013 ini, tentu sudah berkali-lipat mengingat konsep pendapatan dari usaha sendiri selalu bergerak exponensial atau kuadratis. Berbeda dengan karyawan yang hanya linear saja.
Buktinya tentu berkembangnya usahanya dengan munculnya merk baru bernama Djoeragan Kaos yang dari akun pages facebook-nya, pelanggannya sudah mencapai ribuan. Bukti lain tentu saja foto jalan-jalannya ia dan keluarga di luar negeri. Hasil yang wajar untuk usahawan seperti dirinya. Jelas ini membuatku jadi ngiri dan nganan. Hehehe…
Jadi, kufikir ia kini juga kini perlu kusebut usahawan edan. Edan yang dalam bahasa gaul Semarangan sering dilafalkan ‘eidyan’ yang berarti luar biasa hebat hingga kata ‘hebat’ saja tidak cukup mewakili penghargaan prestasi yang di capainya.
Bahkan, jika jika dihubungkan dengan eskul jaman SMP dulu. Kini ia pantas kembali menyandang gelas “PKS” betulan. Kali ini, singkatan dari Pengusaha Kaos Sukses. Kesuksesan yang sayangnya, tidak kuimbangi dengan suksesnya menyampaikan pesanan kaos edisi “Blogger Edan” ini dengan alasan klasik “sok sibuk”. Hahaha…
Padahal sudah berjibun kawan-kawanku memesan untuk membelinya. Bahkan yang mengagetkan, salah satu direktur di kantorku juga memesan satu buah dengan ukuran M. Jadi mau tidak mau, sekarang mesti menyampaikannya lagi sambil membuka situs kaosnya di http://www.oughhh.com dan http://www.djoeragankaos.com/.
------
@hazmiSRONDOL
Blogger Eidyaaan!
Jujur saja, aku sempat tidak paham saat sekilas kubaca status facebook yang di-tag oleh sahabatku Fyesta Afrilian. Apalagi gayanya sangat aneh. Kufikir ia sedang mencoba melontarkan joke-joke yang sering dilakukan oleh rekan-rekanku yang lain di facebook.
Namun setelah beberapa detik memperhatikan, baru tersadar!
Gaya tangannya di foto ternyata sedang meniru gaya foto profilku yang kupakai di akun social mediaku. Termasuk di Kompasiana ini. Lebih mengagetkannya, kaos yang dipakainya ternyata… Karikatur diriku, lengkap dengan tagline “Hazmi Srondol, Blogger Edan!”
Wah, antara tertawa ngakak dan terkagum melihatnya. Aku masih tidak menyangka, sahabat yang dulu sewaktu masih sama-sama SMP adalah duet ektrakulikuler PKS. PKS yang bukan partai, namun singkatan Patroli Keamanan Sekolah. Sebuah eskul yang paling menyenangkan saat upacara bendera setiap hari senin. Dimana siswa yang lain berdiri pegal, kami berdua enak-enakan di depan sekolah sambil sok mengatur lalu lintas.
Padahal seingatku, mikrolet yang lewat belum tentu peduli dengan gaya kami yang ala polantas ini. Tapi kami tidak perduli, dicuekin mikrolet jauh lebih nyaman karena badan bergerak bebas daripada rekan yang lain. Bahkan sesekali sambil jajan es di warung. Hal ajaib saat yang lain sedang upacara.
Usai lulus sekolah, kami berpisah jauh. Ia masuk salah satu sekolah SMU favorit di kota Semarang dan aku lebih memilih sekolah di luar kota. Setelah itu, entah kemana ia kuliah—aku tidak tahu. Hingga suatu waktu muncul aplikasi facebook yang membuat kami bertemu kembali.
Dan kaos yang dipakainya membuatku tertarik untuk membelinya, apalagi kemunculan kaos tersebut di bulan Mei 2013 ini bertepatan dengan request me-review dalam video sebuah program internet cepat dari salah satu provider telekomunikasi di Indonesia. Rasanya, ini saat yang tepat untuk memakai kaos tersebut.
Lalu dari seberang pulau di Kalimantan, tepatnya Samarinda—suara serak khasnya yang sudah belesan tahun tak kudengar kini terdengar lagi. Sambil tertawa ia berkata “Gratis! Minta alamatmu buat kukirim…”
Ahaaay! Alangkah senangnya.
Kebahagian sekaligus rasa penasaran campur aduk menjadi satu. Penasaran perihal kaos ini. Bayangkan saja, karikatur diriku tampak pas dengan kepribadianku. Lengkap dengan blangkonnya. Belum lagi setelah kaosnya sampai, kualitasnya cetak gambar dan bahan kaosnya sangat bagus dan halus. Bukan kelas ecek-ecek yang dipakai sedikit membuat gatal. Mesti direndam cairan pelembut agar nyaman dipakai. Kaos ini tidak.
Fyesta dalam berita Harian Kaltim Post
Usut demi usut, kekagumanku semakin membesar setelah tahu—semenjak lulus kuliah jurusan kesehatan, walau agak melenceng dari latar belakang pendidikan--ia begitu berani berdikari membuat usaha sendiri. Dikutip dari harian Kaltim Post yang memuat berita usahanya, ternyata awalnya ia bermodalkan hobi utak-atik gambar melalui potoshop dan corel serta rajin browsing di internet. Modal intelektual yang membawanya berani hijrah ke Kalimantan dan memulai usahanya. Keberanian yang harus kuakui—aku sangat jauh dibawahnya.
Semakin mengejutkan, brand OUGHHH! yang dibuatnya ternyata bisa di custom atau dimodifikasi sesuai permintaan pelanggannya. Hal unik yang membuatnya mampu meraup omzet 70 juta/bulan di tahun 2012. Untuk akhir tahun 2013 ini, tentu sudah berkali-lipat mengingat konsep pendapatan dari usaha sendiri selalu bergerak exponensial atau kuadratis. Berbeda dengan karyawan yang hanya linear saja.
Buktinya tentu berkembangnya usahanya dengan munculnya merk baru bernama Djoeragan Kaos yang dari akun pages facebook-nya, pelanggannya sudah mencapai ribuan. Bukti lain tentu saja foto jalan-jalannya ia dan keluarga di luar negeri. Hasil yang wajar untuk usahawan seperti dirinya. Jelas ini membuatku jadi ngiri dan nganan. Hehehe…
Jadi, kufikir ia kini juga kini perlu kusebut usahawan edan. Edan yang dalam bahasa gaul Semarangan sering dilafalkan ‘eidyan’ yang berarti luar biasa hebat hingga kata ‘hebat’ saja tidak cukup mewakili penghargaan prestasi yang di capainya.
Bahkan, jika jika dihubungkan dengan eskul jaman SMP dulu. Kini ia pantas kembali menyandang gelas “PKS” betulan. Kali ini, singkatan dari Pengusaha Kaos Sukses. Kesuksesan yang sayangnya, tidak kuimbangi dengan suksesnya menyampaikan pesanan kaos edisi “Blogger Edan” ini dengan alasan klasik “sok sibuk”. Hahaha…
Padahal sudah berjibun kawan-kawanku memesan untuk membelinya. Bahkan yang mengagetkan, salah satu direktur di kantorku juga memesan satu buah dengan ukuran M. Jadi mau tidak mau, sekarang mesti menyampaikannya lagi sambil membuka situs kaosnya di http://www.oughhh.com dan http://www.djoeragankaos.com/.
------
@hazmiSRONDOL
Blogger Eidyaaan!