Hal ini tentu membuat kening berkerut tanda kita mesti berfikir keras, ada apa ini?
Apakah ini sekedar musibah dan kecelakaan saja? Kalau iya, betapa mengerikan musibah ini. Seakan-akan hal ini adalah sebuah "pagebluk" alias bencana massal.
Jikalau bukan musibah atau kesengajaan. Tentu ini jauh lebih dari sekedar mengerikan. Ini mimpi buruk.
Apalagi dasar kesengajaannya hanya sekedar untuk menggusur pasar-pasar tradisional dan diganti dengan pasar-pasar modern dengan pemodalan dari pengusaha kakap.
Kalau pun tetap memakai konsep tradisional tetapi hanya sebagai untuk alasan penempatan prasasti baru untuk tanda tangan peresmian pejabat. Sebuah modal kampanye Pilpres/pilkada yang sudah bisa kita duga kalimat yang akan dipakai: "saya telah membangun ini dan itu..."
Persetan dengan caranya.
Dan malam ini, saya begitu teriris saat mendapatkan kabar terbakarnya Pasar Johar, Semarang. Pasar kebanggan warga Semarang.
Sedih sekaligus pening, apalagi dihubungkan dengan data APBD Kota Semarang tahun 2015 dimana "income" PAD hanya Rp. 3,04 Trilyun dan pengeluaran Rp. 3,61 Trilyun.
Tanda defisit anggaran Rp. 0,56 Trilyun. Dan sepertinya bakal membengkak dengan perbaikan pasar Johar ini.
Atau jika tidak ingin menambah kebengkakan anggaran, uang dari mana? Pemodal besar lagi? Atau hutang luar negeri?
Trus siapa yang bayar hutangnya?
http://berita.suaramerdeka.com/pasar-johar-terbakar/
***
Penulis: Hazmi Srondol
Tidak ada komentar
Posting Komentar