Saat membaca sebuah blog remaja yang berisi ajakan untuk menjadi "sekuler"alias memisahkan agama dengan negara, saya sungguh bersyukur.
Bersyukur karena pernah berhasil menemukan buku "1001 INVENTIONS - The Enduring Legacy of Muslim Civilization". Sebuah buku keluaran National Geographic yang membahas perihal penemuan-penemuan jenius dari para ilmuwan muslim pada abad 7 sd 13 Masehi. Penemuan yang kelak menjadi dasar modernisasi penduduk dunia. Bahkan pada era sekarang. Era abad 21.
Contohnya adalah sistem chord musik oleh Al Farabi yang menggantikan sistem musik nada liner seperti harpa. Dimana kelak, alat musik modern juga menganut sistem chord musik ini seperti piano atau gitar.
Kemudian ada sistem robotik Al Jazari yang ketika saya kuliah elektro dan mikrocontroler, prinsip-nya masih sama. Terus ada sistem pasar tertutup yang kini dikenal sebagai Mall atau Piazza. Pesawat terbang, bom torpedo dan roket yang prinsipnya juga masih identik dengan era sekarang. Belum lagi sistem pengobatan Avicena (Ibnu Sina) dan oerasi bedah Al Zahrawi yang alat-alatnya masih sama plek dengan alat-alat bedah rumah sakit modern saat ini.
Belum lagi perihal tentang fotographi, wind mill dan lain sebagainya. Bahkan saya pun masih terkejut ketika tahu, sistem gear (gerigi) juga ditemukan oleh para ilmuan muslim ini. Kelak fungsinya berkembang menjadi sistem mekanika otomotif, mesin bahkan jam. Daaaan... masih banyak lagi.
Hal-hal inilah yang akhirnya membuat saya lebih mudah memberikan pemahaman dan alasan kepada anak-anak agar lebih dalam mempelajari agama. Khususnya agama yang kami anut. Islam.
Ya, saya paham dengan pemikiran remaja yang nge-blog soal sekular ini. Mungkin memang agama yang dianut penemu sistem sekuler memang sempat membuat mereka gagap teknologi. Dan ketika meninggalkan pemahaman agama mereka, baru melek. Namun bukan berarti harus pukul rata dengan agama-agama yang lain.
Islam malah sebaliknya, jika didalami dengan serius malah makin memajukan pola pikir bahkan tehnologi dan peradaban. Jikalau memang sepertinya muslim sekarang tampak "kurang" canggih. Mungkin karena umatnya sekarang lebih suka menggali perbedaaan teknik ibadah saja. Sedangkan perihal teknologi berhenti pada invention dan sisi pegembangannya mandeg. Mungkin loh ya...
Kemudian, sempat juga menyampaikan ke anak-anak, jangan sampailah seperti bapaknya yang masih kelas elementer agama Islamnya. Menerjemahkan Al Qur'an pun masih sebagian besar hanya berdasarkan terjemahan Depag.
Terjemahan yang kemarin sempat membuat sebagaian orang menganggap planet bumi itu datar. Padahal ilmuwan Islam sejak abad ke 9 seperti Al Battani, Ibnu Yunus dan lain sebagainya sudah menyimpulkan bahwa bumi itu bulat telur. Jauh sebelum Copernicus menyatakan serupa 600 tahun setelahnya.
Sempat saya cari-cari, kenapa mendadak muncul lagi pemahaman bahwa bumi itu datar, ternyata (salah satu) nya akibat penerjemahan kata "dakhaha" yang hanya diartikan "menghamparkan". Padahal artinya banyak dan luas. Salah satunya adalah "telur burung onta".
Diskusi soal terjemahan ini yang akhirnya juga sempat membuat anak-anak kepo tentang keyakinan bapaknya mengenai fenomena UFO. Memang selama ini, semenjak usia 10 tahun saya percaya bahwa UFO ini ada. Karena pernah membaca sebuah ayat Al Quran berisi info perihal mahluk melata di langit dan bumi yaitu:
"Di antara (ayat-ayat) tanda-tanda-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan makhluk-makhluk yang melata Yang Dia sebarkan pada keduanya. Dan Dia Maha Kuasa mengumpulkan semuanya apabila dikehendaki-Nya." (Asy-syura: 29)
Anak-anak pun menyerang dengan pertanyaan:
"Tu arti harfiah ala sekedar terjemahan Depag? Sudah ada buktinya belum? ..."
Dan masih banyak lagi... hahaha...
[Hazmi Srondol]
Tidak ada komentar
Posting Komentar