Ditambah Bank Indonesia seperti sudah jeri menggelontorkan cadangan devisa (uang cash negara). Apalagi bulan Mei-Juni 2015 sudah kehilangan 29 Trilyun rupiah untuk intervensi nilai tukar rupiah dipasar.
Tak ada pilihan lain kecuali menahan atau bahkan menutup impor barang-barang sekunder atau tersier (mewah), khususnya jika pemerintah gagal/tidak mampu menggenjot ekspornya untuk meraih selisih yang positif.
Dan, kalau memungkinkan--turunkan lagi para 'veteran' BI yang konon selama ini sukses menjaga/merangkul pemilik cadangan dollar dalam negeri agar tidak tergesa-gesa melepas dollarnya.
Akan gawat jika dollar terus menanjak begini. Sebisa mungkin ditahan pada nilai ini. Sudah banyak perusahaan-perusahaan lokal yang mempunyai hutang dalam bentuk dollar mulai pusing. Sedangkan pusingnya bos perusahaan, akan cepat menular ke bawah (karyawan/buruh) nya...
Belum lagi, jika cicilan hutang luar negeri adalah hutang pemerintah yang mulai jatuh tempo. Kebutuhan dollar untuk membayar juga semakin banyak. Makin jeblok dong rupiah. duuuuh.... :-(
[Hazmi Srondol]
***
Kutipan berita:
Jum’at 31 Juli 2015: Rupiah Kian Terpuruk ke Rp13.544 di Akhir Pekan
http://economy.okezone.com/…/rupiah-kian-terpuruk-ke-rp13-5…
Akhir pekan, nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terperosok. Rupiah kembali tembus pelemahan terendahnya di level Rp13.544 per USD.
Melansir data Bloomberg, Jumat (31/7/2015), kurs Rupiah pada perdagangan non-delivery forward (NDF), Rupiah tercatat melemah 80 poin atau 0,6 persen ke Rp13.539 per USD dibandingkan dengan penutupan sebelumnya di level Rp13.458 per USD.